young boy reciting quran like qari abdul basit-mashallah

Surah Rahman - Beautiful and Heart trembling Quran recitation by Syed Sadaqat Ali

yatauhid.blogspot.com

Kamis, 30 Juli 2009

"orang yang suka menangis "

Facebook Catatan Maranto Basmallah yang berjudul Hadits Al ‘Irbadl bin Sariyah" orang yang suka menangis ": "hadits Irbadl. Dari hadits ini dapat diambil beberapa faidah :

1. Disyariatkannya memberi mau’idhah, yaitu : “Mengingatkan orang dengan hal yang dapat melembutkan hatinya dengan pahala atau hukuman.” (Qawa’id wal Fawa’id, Nadhim Sulthan, halaman 244)

Sifat-sifat mau’idhah (nasihat) yang baik"

"" Seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. " ( Qaaf ayat 17 - 18 )

"Hari ini dinamakan Jum'at, karena artinya merupakan turunan dari kata al-jam'u yang berarti perkumpulan, umat Islam berkumpul"

Facebook Catatan 'Lady Ukhti Fillah Rahimakumullah yang berjudul "Hari ini dinamakan Jum'at, karena artinya merupakan turunan dari kata al-jam'u yang berarti perkumpulan, umat Islam berkumpul/:

"" Seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. " ( Qaaf ayat 17 - 18 )

Kamis, 23 Juli 2009

SYIRIK DALAM HAL KETAATAN

Di antara pokok aqidah Islamiyah tentang rububiyah Allah subhanahu wata’ala adalah penetapan bahwa hukum-hukum syariat dan aturan perikehidupan manusia di alam semesta ini merupakan hak kepemilikan Allah semata yang tidak ada sekutu bagi-Nya. Allah sendiri menyetarakan kedudukan hak kepemilikan hukum ini dengan hak rububiyah-Nya yang lain, yaitu hak penciptaan. Allah subhanahu wata’ala berfirman :

“Ingatlah hanya milik-Nya hak penciptaan dan hukum. Maha Suci Rabb semesta alam.” (QS. Al A’raaf : 54)
Sedangkan konsekuensi dari penetapan hak-hak rububiyah Allah di atas adalah penetapan bahwa Allah adalah satu-satunya Dzat tempat mengabdi dan menghambakan diri. Sehingga Allah lanjutkan maksud dari pemberitaan ayat tadi dengan firman-Nya:
“Berdo’alah (beribadahlah) kepada Rabb kalian dengan terus menerus dan suara lembut. Sesungguhnya Dia tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas.” (QS. Al A’raaf : 55)
Hukum syariat tersebut merupakan jalan yang Allah ? tetapkan melalui lisan para rasul-Nya yang mulia. Para rasul yang diakhiri dengan kerasulan Muhammad ? telah menyatakan sikap yang benar dan lurus di dalam wujud ketundukan mereka kepada hukum tersebut. Allah ? mengkisahkan hal tersebut di dalam Kitab-Nya :
“Katakanlah (wahai Muhammad ?) sesungguhnya petunjuk Allah itulah yang sebenar-benarnya petunjuk. Dan kami diperintah untuk tunduk kepada Rabb semesta alam.” (QS. Al An’aam : 71)
Asy Syaikh Abdurrahman As Sa’di rahimahullah menafsirkan ayat di atas : “Petunjuk itu tidak lain adalah jalan yang Allah syariatkan melalui lisan rasul-Nya. Adapun selain jalan itu adalah sebuah kesesatan, kehinaan dan kehancuran. ( وَأُمِرْنَا لِنُسْلِمَ لِرَبِّ الْعَالَمِيْنَ ) dengan ketundukan untuk mentauhidkan Allah, penyerahan diri untuk mentaati perintah dan larangan-Nya serta masuk di dalam kemurnian ibadah kepada-Nya”.
Nampaklah – dengan keterangan yang ringkas namun bermakna dalam dari seorang ‘alim mufassir tadi – fungsi keberadaan hukum syariat Allah di muka bumi ini yaitu untuk ditaati dengan penuh ketundukan. Terlebih ketika ketaatan yang diiringi rasa ketundukan itu merupakan bagian inti atau bahkan makna dari ibadah.
Al Hafidh Ibnu Katsir rahimahullah menerangkan ucapannya yang dinukilkan oleh Asy Syaikh Abdurrahman Alu Syaikh rahimahullah di dalam Fathul Majid 1/85 bahwa ibadah itu sendiri bermakna ketaatan. Beliau mengatakan: “Dan ibadah kepada-Nya merupakan ketaatan dengan mengerjakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya”. Inilah hakikat agama Islam karena makna Islam itu sendiri adalah penyerahan diri kepada Allah ? yang mengandung ketundukan dan penghambaan diri.”
Dari sini sangatlah tepat bila Allah ? mengutus rasul-Nya ? untuk mengingatkan Ahlul Kitab tentang prinsip ketaatan yang agung itu. Allah ? berfirman:
“Katakanlah (wahai Muhammad ?), wahai Ahlul Kitab marilah bersatu dengan kalimat yang tidak ada perselisihan antara kami dan kalian bahwa tidak kita sembah kecuali Allah saja, tidak kita persekutukan Dia dengan sesuatu apa pun dan tidak pula sebagian kita menjadikan sebagian yang lain sebagai rabb selain Allah. Jika mereka berpaling maka katakanlah pada mereka persaksikanlah bahwa kami adalah kaum muslimin.” (QS. Ali Imran : 64)
Sisi kesesuaian ayat ini untuk dibacakan kepada mereka manakala prinsip ketaatan yang hanya diberikan kepada Allah ?, mereka selewengkan kepada pendeta-pendeta dan ulama-ulama mereka di atas kemaksiatan kepada Allah ?. Selama prinsip yang batil ini ada pada mereka maka selama itu pula tidak ada ikatan persatuan antara kaum muslimin dengan mereka. Prinsip ketaatan ini benar-benar menjadi jurang pemisah antara kaum muslimin dengan Ahlul Kitab.
Memang prinsip ketaatan yang batil ini merupakan ciri khas yang paling mencolok dalam akidah Ahlul Kitab. Allah ? beritakan di dalam firman-Nya :
“Mereka (Ahlul Kitab) menjadikan ulama dan pendeta mereka sebagai rabb-rabb selain Allah dan juga mereka mempertuhankan Al Masih putra Maryam. Padahal mereka hanya diperintah untuk beribadah kepada sesembahan yang satu. Tidak ada sesembahan yang berhak diibadahi melainkan Dia saja. Maha Suci Allah dari apa yang mereka persekutukan.” (QS. At Taubah : 31)
Asy Syaikh As Sa’di rahimahullah ketika menafsirkan ayat ini mengatakan : “Mereka (para pendeta dan ulama Ahlul Kitab) menghalalkan untuk para pengikutnya apa-apa yang Allah ? haramkan maka mereka pun ikut menghalalkannya. Demikian pula ketika mereka mengharamkan apa-apa yang dihalalkan Allah ? maka para pengikutnya pun ikut juga mengharamkannya. Mereka membuat syariat dan pemikiran yang bertentangan dengan ajaran para rasul maka para pengikut mereka mengikutinya. Mereka (para pengikut itu) juga berlebih-lebihan terhadap ulama dan ahli ibadah, mengagungkan, menjadikan kubur-kubur mereka sebagai berhala yng diibadahi selain Allah ? yang ditujukan sembelihan, do’a dan istighatsah kepada kubur-kubur itu.”
Asy Syaikh Ibnu ‘Utsaimin rahimahullah memberikan tambahan faidah yang berharga di dalam salah satu fatwa beliau: “Maka Allah ? menamai orang-orang yang diikuti itu dengan sebutan rabb tatkala mereka dijadikan sebagai pembuat syariat bersama Allah. Dan Dia menamai para pengikut dengan sebutan para penyembah tatkala mereka tunduk dan taat kepada para pemimpinnya di dalam bermaksiat kepada Allah ?.”
Hendaklah kita menyadari dengan sepenuhnya bahwa ketaatan Ahlul Kitab kepada selain Allah di dalam kemaksiatan bukan hanya merusak dan mengancam kemurnian tauhid uluhiyah mereka, bahkan menodai kesempurnaan keyakinan bahwa hukum itu mutlak milik Allah yang berarti telah masuk dalam rangkaian tauhid rububiyah-Nya. Maha Suci Allah dari perbuatan dhalim mereka.
Asy Syaikh As Sa’di mengungkapkan kebatilan ini ketika mengomentari ayat ke : 64 dari surat Ali Imran yang telah lalu : “Maka janganlah mentaati makhluk-makhluk Allah dalam bermaksiat kepada-Nya karena hal itu berarti menjadikan makhluk-makhluk tersebut menempati kedudukan rububiyah Allah.”
Keberadaan iman seseorang yang terkait dengan ketaatan yang mungkar ini sangat dipengaruhi dengan keyakinan yang ada pada hatinya.
Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah rahimahullah di dalam Majmu’ Fatawa 7/ 70 berkata : “Mereka orang-orang yang telah menjadikan para ahli ibadah dan ulama sebagai rabb-rabb selain Allah dengan mentaatinya di dalam penghalalan apa yang Allah haramkan dan pengharaman apa yang Allah halalkan terbagi menjadi dua jenis :
Pertama : Mereka mengetahui bahwa para ahli ibadah dan ulama itu telah merubah agama Allah kemudian mereka mengikutinya. Mereka meyakini tentang penghalalan apa yang Allah haramkan dan pengharaman apa yang Dia halalkan dalam rangka mengikuti pemimpin-pemimpin itu. Padahal mereka telah mengetahui bahwa para pemimpin tersebut telah menyelisihi agama para rasul. Maka ini adalah kekufuran. Allah dan rasul-Nya telah menjadikan perbuatan tersebut sebagai kesyirikan walaupun mereka tidak shalat dan sujud kepada para pemimpin tersebut. Maka siapa saja yang mengikuti seseorang di dalam menyelisihi agama Allah padahal dia telah mengetahui dan meyakini bahwa apa yang orang itu katakan bukanlah perkataan Allah dan rasul-Nya adalah seorang musyrik seperti halnya mereka (Ahlul Kitab).
Kedua : Mereka masih meyakini dan mengimani tentang haramnya apa yang diharamkan Allah dan halalnya apa yag dihalalkan-Nya. Namun mereka mentaati para pemimpinnya dalam kemaksiatan kepada Allah sebagaimana yang dilakukan seorang muslim berupa perbuatan-perbuatan maksiat yang dia masih meyakini bahwa perbuatan itu benar-benar kemaksiatan. Maka mereka dihukumi sebagai pelaku dosa besar sebagaimana yang telah shahih dari Nabi ? bahwa beliau bersabda
: ِإنَّمَا الطَّاعَةُ فِي الْمَعْرُوْفِ
“Hanyalah ketaatan itu di dalam perkara yang benar.” (Muttafaqun ‘Alaih)
Siapapun dari umat ini janganlah merasa aman untuk tidak terjatuh ke dalam perbuatan yang pernah dan sedang menimpa Ahlul Kitab hingga hari ini. Peringatan Allah ? kepada Ahlul Kitab merupakan peringatan bagi umat ini juga. Lebih-lebih ketika Nabi ? pernah bersabda:
لَتَتَّبِعُنَّ سُنَنَ مَنْ كَانَ قَبْلَكُمْ حَذْوَ الْقُذَّةِ بِالْقُذَّةِ حَتَّى لَوْ دَخَلُوْا جُحْرَ ضَبٍّ لَدَخَلْتُمُوْهُ قَالُوْا : يَا رَسُولَ اللهِ الْيَهُوْدُ وَ النَّصَارَى ؟ قَالَ : فَمَنْ
“Sungguh-sungguh kalian pasti akan mengikuti jejak orang-orang sebelum kalian seperti bulu anak panah yang menyerupai bulu anak panah yang lainnya. Sampai pun kalau mereka memasuki lubang biawak maka pasti kalian akan memasukinya juga. Mereka (para shahabat) bertanya: “Apakah mereka Yahudi dan Nashara ?” Beliau menjawab : “Siapa lagi kalau bukan mereka.” (Muttafaqun ‘Alaihi)
Sungguh telah terjadi sabda Nabi ? yang tidaklah beliau berbicara melainkan semata-mata dari wahyu Allah Yang Maha Mengetahui tentang apa yang akan terjadi. Apakah ketaatan Ahlul Kitab kepada para pemimpin mereka dalam kemaksiatan kepada Allah termasuk perkara yang sulit untuk ditiru umat ini yang beliau ? permisalkan dengan lubang biawak? Sekali-kali bukan. Terlalu banyak di antara umat ini -mudah-mudahan Allah ? selamatkan mereka- yang mentaati para pemimpinnya dalam kemaksiatan kepada Allah. Jauhnya mereka dari bimbingan akidah yang benar memaksa mereka untuk mengikuti segala tindak tanduk dan ucapan para pemimpinnya tanpa mau menengok ucapan Allah dan rasul-Nya. Tidak sedikit para anggota organisasi Islam sekalipun yang mengikuti dan taat terhadap undang-undang yang bertentangan dengan Al Qur’an dan As Sunnah. Terlalu sulit untuk dihitung jumlah penganut agama yang terbesar di negeri ini yang mendudukkan undang-undang manusia yang penuh kekurangan setingkat dengan undang-undang Allah dan rasul-Nya yang sempurna. Bahkan tatkala undang-undang mereka bertentangan dengan undang-undang Allah maka mereka dahulukan undang-undang mereka daripada undang-undang Allah dan rasul-Nya. Bagaimana pula umat yang mengharapkan hukum Allah dan rasul-Nya tegak di bumi ini justru menjadi umat terdepan di dalam memutuskan suatu perkara dengan selain keputusan Allah dan rasul-Nya. Apakah tidak terlintas sedikitpun di dalam benak-benak mereka bahwa tidaklah mungkin hukum Allah dan rasul-Nya tegak dengan mendudukkan hukum Allah dan rasul-Nya di bawah hukum manusia ?! Tidaklah mereka berhenti dan bertaubat kepada Allah melainkan ketika lepas dari jeratan hawa nafsu yang selalu mengajak kepada kejahatan. Wallahul Musta’an.


" Seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. " ( Qaaf ayat 17 - 18 )

Selasa, 21 Juli 2009

Cara Untuk Meningkatkan Iman Anda

Cara Untuk Meningkatkan Iman Anda:

1)Bacalah dan renungkan mengenai arti dari Quran. Kemudian ketenangan hati kita menjadi lembut. Untuk mendapatkan manfaat optimal, mengingatkan diri sendiri bahwa Allah berbicara kepada Anda. Orang yang dijelaskan dalam berbagai kategori dalam Quran; berpikir yang Anda menemukan satu ini adalah tentang anda.

2)-menyadari kebesaran Allah. Semuanya di bawah kontrol-Nya. Ada tanda-tanda dalam segala yang kita lihat kebesaran-Nya. Semuanya terjadi sesuai dengan izin-Nya. Allah lihatlah dan setelah melihat semuanya, bahkan semut hitam di batu hitam pada malam yang gelap gulita sekalipun.

3) Membuat-upaya untuk mendapatkan pengetahuan, setidaknya hal-hal dasar dalam kehidupan sehari-hari misalnya bagaimana cara wudu yang benar. Tahu arti di balik nama-nama Allah dan asifat-sifat-Nyat. Orang-orang yang taqwa adalah mereka yang memiliki pengetahuan. .

4)dimana saja kamu berada ingatlah Allah. Seperti saat ini kita dijaga oleh dua malaikat

5) Kita harus meningkatkan amalan baik. Satu kebaikan mengarah ke kebaikan. Allah akan memberikan jalan mudah bagi seseorang yang memberikan sedekah dan juga memudahkan bagi dia untuk melakukan perbuatan baik. Perbuatan baik harus dilakukan terus menerus, dan istiqomah..

6) ingatlah selalu kematian ,karena hal itu adalah kepastian dari –Nya,

7)Ingatlah saat –saat kita dialam kubur,yaitu ketika kita diletakkan dalam kubur, ketika
kita dinilai, apakah kita akan di surga atau neraka.

8) Ingatlahlah Allah dengan merendahkan hati,dan janganlah iri untuk urusan dunia,.

9)menunjukan kecintaan kita kepada Allah dengan tindakan. Kita harus berharap Allah akan menerima doa-doa kita, dan mengingatingat apa yang sudah kita lakukan sebelum tidur,apakah yang kita ketaatan atau malah pebuatan dosa yang kita lakukan?.

10)Menyadari bahwa segala sesuatu yang terjadi alam hidup ini adalah dari Allah saja,baik itu berupa kebaikan ataupun berupa keburukan. Itu semua adalah kebaikan dari Allah,”boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal itu baik menurut Allah,boleh jadi kamu mencintai sesuatu padahal itu adalah buruk dimata Allah,jadi kita harus melihat segala sesuatu dengan kaca mata Allah…

" Seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. " ( Qaaf ayat 17 - 18 )

" Seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. " ( Qaaf ayat 17 - 18 )

Tanda-tanda lemah imaan

Salaam alaikum semua saudara-saudara,

Tanda-tanda lemah imaan:

1)melakukan dosa dan tidak ada perasaan bersalah.

2)Memiliki hati yang keras dan tidak ada keinginan untuk membaca Quran.

3)Merasa terlalu malas untuk melakukan perbuatan baik, e.g. datang terlambat untuk salat

4)lalai dalam menjalankan Sunnah.

5) menggunakan waktu untuk sesuatu yang tidak bermanfaat

6) Tidak merasakan apa-apa-ketika mendengar ayat-ayat dari Quran, misalnya, ketika Allah memperingatkan kita dari hukuman-Nya dan janji kabar gembira.

7) sulit mengingat Allah dalam kesulitan dan melakukan dzikir

8) Tidak merasa berat untuk melanggar syariat islam

9) berlomba-lomba mencari status dan kekayaan.

10)Menjadi kaya dan pelit, yaitu tidak ingin berbagi dengan kekayaannya.

11) menyuruh orang lain untuk beruat baik,sementara dirinya tidak berbuat apa-apa

12) merasa tidak senang ketika ada orang lain maju

13)mengetahu halal dan haram , dan tidak menghindari yang makrooh thd sesuatu.

14) Memandang rendah orang-orang yang melakukan perbuatan baik yang sederhana, seperti pembersihan masjid.

15) Tidak merasa prihatin dengan situasi umat Islam.

16) Tidak ada rasa tanggung jawab untuk melakukan sesuatu untuk memajukan Islam.

17) tidak kuasa menhadapi musibah, misalnya berteriak dan menangis di pemakaman.

18)sibuk untuk memperdebatkan argumentasi tanpa bukti.

19)terlalu cinta dengan dunia, yaitu rasa sesal yang sangat saat ketika kehilangan hartanya

20)Menjadi asyik dan obsessive tentang diri.

Jangan Meremehkan Dosa

Senin, 07 April 2008 - 06:30:27, Penulis : Al-Ustadz Abu Muhammad AbdulMu’thi

(pengasuh ma’had al-anshor ,sleman Yogyakarta )

JANGAN MEREMEHKAN DOSA


Manusia adalah makhluk yang lalai. Tidak hanya lalai untuk mengerjakan amal ketakwaan namun juga lalai dari dosa-dosa. Lebih memilukan lagi jika manusia acap mengentengkan dosa atau maksiat yang ia perbuat. Seolah-olah dengan sikapnya itu, ia aman dari adzab Allah Subhanahu wa Ta'ala di dunia ataupun di akhirat.

Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menciptakan bumi dan menghiasinya dengan berbagai
perhiasan yang indah dan menawan untuk menguji hamba-Nya, siapa di antara mereka yang taat kepada-Nya dan siapa yang membangkang perintah-Nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
إِنَّا جَعَلْنَا مَا عَلَى اْلأَرْضِ زِينَةً لَهَا لِنَبْلُوَهُمْ أَيُّهُمْ أَحْسَنُ عَمَلاً. وَإِنَّا لَجَاعِلُونَ مَا عَلَيْهَا صَعِيدًا جُرُزًا
“Sesungguhnya Kami telah menjadikan apa yang ada di bumi sebagai perhiasan baginya, agar Kami menguji mereka siapakah di antara mereka yang terbaik amalannya. Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menjadikan (pula) apa yang ada di atasnya menjadi tanah rata lagi tandus.” (Al-Kahfi: 7-8)
Diperintahnya hamba untuk melakukan kebaikan dan dilarangnya dari kemaksiatan adalah semata-mata demi kebaikan hamba, karena Allah Subhanahu wa Ta'ala sangat penyayang terhadap manusia. Dan suatu hal yang pasti bahwa tidaklah Allah Subhanahu wa Ta'ala memerintahkan suatu kebaikan sekecil apapun kecuali pasti di dalamnya terkandung maslahat, baik disadari ataupun tidak. Demikian pula jika melarang sesuatu, tentu di dalamnya terdapat mudarat yang membahayakan hamba.

Kewajiban Mengagungkan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan Takut Kepada-Nya
Tak kenal maka tak sayang. Demikian keadaan orang yang tidak mengenal Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan nama-nama dan sifat-sifat-Nya. Sehingga, sesuai dengan kadar pengetahuan seseorang terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala, sebatas itu pula pengagungannya terhadap-Nya. Sesungguhnya mengenal Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan sebenar-benar pengenalan merupakan pokok kebaikan. Dengannya, seseorang selalu merasa diawasi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala. Sehingga tidaklah dia berucap kecuali yang benar dan tidak berbuat melainkan yang baik. Berbeda dengan orang yang tidak mengenal Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan sebenar-benar pengenalan. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَمَا قَدَرُوا اللهَ حَقَّ قَدْرِهِ
“Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya.” (Az-Zumar: 67)
Ayat ini mencakup setiap orang yang meremehkan kedudukan Allah Subhanahu wa Ta'ala seperti orang-orang atheis yang mengingkari adanya Allah Subhanahu wa Ta'ala. Demikian pula orang–orang musyrik yang meyakini adanya Allah Subhanahu wa Ta'ala serta meyakini bahwa Ia yang mengatur alam semesta, namun dalam beribadah mempersekutukan Allah Subhanahu wa Ta'ala dengan makhluk-Nya. Ayat ini juga meliputi orang–orang yang mengingkari nama-nama Allah Subhanahu wa Ta'ala dan sifat-sifat-Nya atau memercayainya tetapi menakwilkannya dengan selain makna yang sesungguhnya.
Termasuk meremehkan keagungan Allah Subhanahu wa Ta'ala adalah bermaksiat kepada-Nya dan melakukan apa yang diharamkan-Nya berupa kemaksiatan, serta meninggalkan ketaatan yang Allah Subhanahu wa Ta'ala wajibkan.
Suatu hal yang tidak diragukan lagi bahwa orang yang membangkang kepada makhluk (misalnya raja) berarti dia telah meremehkannya. Bagaimana dengan orang yang membangkang terhadap Al-Khaliq (Allah Subhanahu wa Ta'ala)?! (Lihat I’anatul Mustafid bi Syarhi Kitab At-Tauhid Asy-Syaikh Al-Fauzan, 2/442-447)

Sebab-sebab Terjatuhnya Seseorang dalam Maksiat
Sesungguhnya lemahnya keimanan dan keyakinan seseorang terhadap Allah Subhanahu wa Ta'ala, Dzat yang menciptakan makhluk dan yang mengaturnya, merupakan perkara yang berbahaya. Tidak adanya perasaan takut kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala akan menyebabkan seseorang meremehkan janji Allah Subhanahu wa Ta'ala dan ancaman-Nya. Janji-Nya di dunia (bagi yang taat) adalah kemenangan dan kebahagiaan, serta di akhirat adalah surga yang luasnya seperti langit dan bumi. Adapun ancaman-Nya (bagi yang membangkang) di dunia adalah kehinaan dan ketidaktentraman, serta di akhirat kelak adalah belenggu yang melilit tubuhnya dan diseret ke dalam neraka yang menyala-nyala.
Oleh karena itu, sudah menjadi keharusan atas hamba yang beriman untuk bertakwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala serta takut kepada-Nya dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Adalah ‘Umar bin Al-Khaththab radhiyallahu 'anhu berkata: “Kalau seandainya ada yang memanggil dari langit: ‘Wahai manusia, seluruh kalian masuk surga kecuali satu orang,’ maka saya khawatir bahwa sayalah orangnya.”
Di antara sebab terjatuhnya seseorang ke dalam maksiat adalah kebodohan seseorang tentang Allah Subhanahu wa Ta'ala dan syariat-Nya. Kebodohan merupakan penyakit kronis yang jika tidak segera diobati akan membinasakan pemiliknya. Obat dari kebodohan adalah mempelajari Al-Qur`an dan Sunnah (hadits Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam).
Cinta dunia dan tenggelam dalam kelezatannya sehingga melalaikan dari ketaatan juga faktor utama yang menyebabkan seseorang terjerumus ke dalam dosa. Demikian pula lalai dengan tujuan hidup yang sesungguhnya serta tidak mau mengambil pelajaran dari yang telah lewat. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
يَاأَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمْ وَاخْشَوْا يَوْمًا لاَ يَجْزِي وَالِدٌ عَنْ وَلَدِهِ وَلاَ مَوْلُودٌ هُوَ جَازٍ عَنْ وَالِدِهِ شَيْئًا إِنَّ وَعْدَ اللهِ حَقٌّ فَلاَ تَغُرَّنَّكُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا وَلاَ يَغُرَّنَّكُمْ بِاللهِ الْغَرُورُ
“Hai manusia, bertakwalah kepada Rabb kalian dan takutlah suatu hari yang (pada hari itu) seorang ayah tidak dapat menolong anaknya dan seorang anak tidak dapat (pula) menolong ayahnya sedikitpun. Sesungguhnya janji Allah adalah benar, maka janganlah sekali-kali kehidupan dunia memperdayamu dan jangan pula penipu (syaitan) memperdayamu dalam menaati Allah.” (Luqman: 33)
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga berfirman:
وَكَمْ أَهْلَكْنَا قَبْلَهُمْ مِنْ قَرْنٍ هُمْ أَشَدُّ مِنْهُمْ بَطْشًا فَنَقَّبُوا فِي الْبِلاَدِ هَلْ مِنْ مَحِيصٍ
“Dan berapa banyak umat-umat yang telah Kami binasakan sebelum mereka yang mereka itu lebih besar kekuatannya daripada mereka ini, padahal mereka (yang telah dibinasakan itu) pernah menjelajahi beberapa negeri. Adakah (mereka) mendapat tempat lari (dari kebinasaan)?” (Qaf: 36) [Lihat Taujihul Muslimin ila Thariq An-Nashri Wat Tamkin karya Muhammad Jamil Zainu, dkk, hal. 39-45)

Tingkatan-tingkatan Dosa
Dosa adalah bentuk pelanggaran terhadap larangan Allah Subhanahu wa Ta'ala atau meninggalkan apa yang diperintahkan-Nya. Dan dosa itu bertingkat-tingkat kejahatannya. Ada yang besar dan ada pula yang kecil. Adapun dosa besar adalah setiap pelanggaran yang pelakunya mendapatkan had (hukuman yang telah ada ketentuannya dari syariat) seperti membunuh, berzina dan mencuri, atau yang ada ancaman secara khusus di akhirat nanti berupa adzab dan kemurkaan Allah Subhanahu wa Ta'ala, atau yang pelakunya dilaknat melalui lisan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam. (Al-Kaba`ir karya Adz-Dzahabi rahimahullahu hal. 13-14, cet. Maktabah As Sunnah)
Adapun jumlah dosa besar lebih dari tujuh puluh. Sekian banyak dosa besar itupun bertingkat-tingkat. Ada dosa besar yang paling besar misalnya syirik, membunuh jiwa tanpa hak, dan durhaka kepada orangtua. Karena bahaya yang mengancam pelaku dosa besar di dunia dan di akhirat nanti, kita dapati sebagian ulama Ahlus Sunnah menulis kitab tentang dosa-dosa besar (al-kaba`ir) semisal Al-Imam Adz-Dzahabi dan Asy-Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab rahimahumallah. Hal ini agar orang tahu tentang dosa-dosa besar sehingga mereka akan menjauhinya.
Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menjanjikan surga dan ampunan-Nya bagi yang menjauhi dosa-dosa besar sebagaimana dalam firman-Nya:
إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلاً كَرِيْمًا
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya Kami hapus kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan Kami masukkan kamu ke tempat yang mulia (surga).” (An-Nisa`: 31)
Allah Subhanahu wa Ta'ala juga telah menjadikan orang yang meninggalkan dosa-dosa besar masuk dalam golongan orang yang beriman dan bertawakal kepada-Nya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
فَمَا أُوتِيتُمْ مِنْ شَيْءٍ فَمَتَاعُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَمَا عِنْدَ اللهِ خَيْرٌ وَأَبْقَى لِلَّذِينَ آمَنُوا وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ. وَالَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ اْلإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ وَإِذَا مَا غَضِبُوا هُمْ يَغْفِرُونَ
“Maka segala sesuatu yang diberikan kepadamu, itu adalah kenikmatan hidup di dunia; dan yang ada pada sisi Allah lebih baik dan lebih kekal bagi orang–orang yang beriman, dan hanya kepada Rabb mereka, mereka bertawakal, dan bagi orang–orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan-perbuatan keji, dan apabila mereka marah mereka memberi maaf.” (Asy-Syura: 36-37)
Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
الصَّلاَة ُالْـخَمْسُ وَالْـجُمُعَةُ إِلَى الْـجُمُعَةِ كَفَّارَةٌ لِمَا بَيْنَهُنَّ مَا لَمْ تُغْشَ الْكَبَائِرُ
“Shalat lima waktu dan Jum’at ke Ju’mat (berikutnya) adalah penghapus apa yang di antaranya dari dosa selagi dosa besar tidak didatangi (dilakukan).” (HR. Muslim Kitabut Thaharah Bab Fadhlul Wudhu wash Shalah ‘Aqibihi no. 233 dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu)

Kapan suatu Dosa menjadi Besar?
Ketika hendak melakukan dosa, janganlah melihat kepada kecilnya dosa. Namun lihatlah, kepada siapa dia berbuat dosa? Patutkah bagi seseorang yang diciptakan dan diberi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala sarana yang lengkap dan cukup, lantas melanggar larangan-Nya?!
Sesungguhnya suatu dosa bisa menjadi besar karena hal-hal berikut:

1. Dosa yang dilakukan secara rutin. Sehingga dahulu dikatakan: “Tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus, dan tidak ada dosa besar jika diikuti istighfar (permintaan ampunan kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala).”

2. Menganggap remeh suatu dosa. Ketika seorang hamba menganggap besar dosa yang dilakukannya maka menjadi kecil di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Namun jika ia menganggap kecil maka menjadi besar di sisi Allah Subhanahu wa Ta'ala. Disebutkan dalam suatu atsar bahwa seorang mukmin melihat dosa-dosanya laksana dia duduk di bawah gunung di mana ia khawatir gunung itu akan menimpanya. Sedangkan orang durhaka melihat dosa-dosanya seperti lalat yang hinggap di hidungnya lalu dia halau dengan tangannya. (Shahih Al-Bukhari no. 6308)

3. Bangga dengan dosa yang dilakukannya serta menganggap bisa melakukan dosa sebagai suatu nikmat. Setiap kali seorang hamba menganggap manis suatu dosa, maka menjadi besar kemaksiatannya serta besar pula pengaruhnya dalam menghitamkan hati. Karena setiap kali seorang berbuat dosa, akan dititik hitam pada hatinya.

4. Menganggap ringan suatu dosa karena mengira ditutupi oleh Allah Subhanahu wa Ta'ala dan diberi tangguh serta tidak segera dibeberkan atau diadzab. Orang yang seperti ini tidak tahu bahwa ditangguhkannya adzab adalah agar bertambah dosanya.

5. Sengaja menampakkan dosa di mana sebelumnya tidak ada yang mengetahuinya kecuali Allah Subhanahu wa Ta'ala, sehingga mendorong orang yang pada dirinya ada bibit–bibit kejahatan untuk ikut melakukannya. Demikian pula orang yang sengaja berbuat maksiat di hadapan orang. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
كُلُّ أُمَّتِـي مُعَافًى إِلاَّ الْـمُجَاهِرِيْنَ وَإِنَّ مِنَ الْـمُجَاهَرَةِ أَنْ يَعْمَلَ الرَّجُلُ بِاللَّيْلِ عَمَلاً ثُمَّ يُصْبِحُ وَقَدْ سَتَرَهُ اللهُ فَيَقُولُ: يَا فُلاَنُ، عَمِلْتُ الْبَارِحَةَ كَذَا وَكَذَا؛ وَقَدْ بَاتَ يَسْتُرُهُ رَبُّهُ وَيُصْبِحُ يَكْشِفُ سِتْرَ اللهِ عَنْهُ
“Semua umatku dimaafkan oleh Allah kecuali orang yang berbuat (maksiat) terang-terangan.

Dan di antara bentuk menampakkan maksiat adalah seorang melakukan pada malam hari perbuatan (dosa) dan berada di pagi hari Allah menutupi (tidak membeberkan) dosanya lalu dia berkata: ‘Wahai Si fulan, tadi malam aku melakukan begini dan begini.’ Padahal dia berada di malam hari ditutupi oleh Rabbnya namun di pagi hari ia membuka apa yang Allah Subhanahu wa Ta'ala tutupi darinya.” (HR. Al-Bukhari no. 6069 dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu)

Ibnu Baththal rahimahullahu mengatakan: “Menampakkan maksiat merupakan bentuk pelecehan terhadap hak Allah Subhanahu wa Ta'ala, Rasul-Nya, dan orang–orang shalih dari kaum mukminin…” (Fathul Bari, 10/486)

Sebagian salaf mengatakan: “Janganlah kamu berbuat dosa. Jika memang terpaksa melakukannya, maka jangan kamu mendorong orang lain kepadanya, nantinya kamu melakukan dua dosa.”
Oleh karena itu, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
الْمُنَافِقُونَ وَالْمُنَافِقَاتُ بَعْضُهُمْ مِنْ بَعْضٍ يَأْمُرُونَ بِالْمُنْكَرِ وَيَنْهَوْنَ عَنِ الْمَعْرُوفِ
“Orang–orang munafik laki-laki dan perempuan, sebagian dengan sebagian yang lain adalah sama, mereka menyuruh berbuat yang mungkar dan melarang berbuat yang ma’ruf.” (At-Taubah: 67)

6. Dosa menjadi besar jika dilakukan seorang yang alim (berilmu) yang menjadi panutan. (Lihat Taujihul Muslimin ila Thariq An-Nashri Wat Tamkin hal. 29-32 karya Muhammad Jamil Zainu)



Pengaruh Dosa atau Maksiat

Pengaruh dosa terhadap hati seperti bahayanya racun bagi tubuh.Dan tidak ada suatu kejelekan di dunia dan di akhirat kecuali sebabnya adalah dosa dan maksiat.
Apakah yang menyebabkan Adam dan Hawa dikeluarkan dari surga -tempat yang penuh kelezatan dan kenikmatan- kepada negeri yang terdapat berbagai penderitaan (dunia)?!
Apa pula yang menyebabkan Iblis diusir dari kerajaan yang ada di langit serta mendapat kutukan Allah ?!
Dengan sebab apa kaum Nabi Nuh 'alaihissallam yang kufur ditenggelamkan oleh banjir, kaum ‘Aad dibinasakan oleh angin, serta berbagai siksaan di dunia yang menimpa umat-umat terdahulu sehingga ada yang diubah tubuhnya menjadi kera dan babi?!
Itu semua adalah akibat dari dosa yang mereka lakukan. Hendaklah peristiwa yang telah berlalu cukup menjadi pelajaran yang berharga bagi orang-orang yang setelahnya. Karena orang yang baik adalah yang mampu mengambil pelajaran dari orang lain dan bukan menjadi pelajaran yang jelek bagi generasi setelahnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
فَكُلاًّ أَخَذْنَا بِذَنْبِهِ فَمِنْهُمْ مَنْ أَرْسَلْنَا عَلَيْهِ حَاصِبًا وَمِنْهُمْ مَنْ أَخَذَتْهُ الصَّيْحَةُ وَمِنْهُمْ مَنْ خَسَفْنَا بِهِ اْلأَرْضَ وَمِنْهُمْ مَنْ أَغْرَقْنَا وَمَا كَانَ اللهُ لِيَظْلِمَهُمْ وَلَكِنْ كَانُوا أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ
“Maka masing-masing (mereka itu) Kami siksa sebab dosanya, maka di antara mereka ada yang Kami timpakan kepadanya hujan batu kerikil, di antara mereka ada yang ditimpa suara keras yang mengguntur, di antara mereka ada yang Kami benamkan ke dalam bumi, dan di antara mereka ada yang Kami tenggelamkan. Dan Allah sekali-kali tidak hendak menganiaya mereka, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.” (Al-‘Ankabut: 40)
Dosa menghalangi seorang dari memperoleh ilmu yang bermanfaat. Karena ilmu merupakan cahaya yang Allah Subhanahu wa Ta'ala letakkan pada hati seseorang, sedangkan maksiat yang akan meredupkan cahaya tersebut. Tatkala Al-Imam Asy-Syafi’i rahimahullahu duduk di hadapan gurunya, Al-Imam Malik rahimahullahu, sang guru melihat kesempurnaan pemahaman Asy-Syafi’i rahimahullahu. Maka ia berpesan kepadanya: “Sungguh, aku memandang Allah Subhanahu wa Ta'ala telah meletakkan pada hatimu cahaya, maka janganlah kau padamkan dengan gelapnya kemaksiatan.”
Maksiat menyebabkan seorang terhalang dari rizki, sebagaimana sebaliknya yaitu takwa kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala akan mendatangkan rizki.
Adanya kegersangan pada hati orang yang berbuat maksiat dan kesenjangan antara dia dengan Allah Subhanahu wa Ta'ala.
Disulitkan urusannya, sehingga tidaklah ia menuju kepada suatu perkara kecuali ia mendapatkannya tertutup.
Kegelapan yang ia dapatkan pada hatinya. Ibnu ‘Abbas radhiyallahu 'anhuma berkata: “Sesungguhnya kebaikan mendatangkan sinar pada wajah, cahaya di hati, luasnya rizki, kuatnya badan, dan dicintai oleh makhluk. Sedangkan kejelekan (kemaksiatan) akan menimbulkan hitamnya wajah, gelapnya hati, lemahnya badan, berkurangnya rizki, dan kebencian hati para makhluk.
Kemaksiatan melenyapkan barakah umur serta memendekkannya. Karena, sebagaimana kebaikan menambahkan umur, maka (sebaliknya) kedurhakaan memendekkan umur.
Tabiat dari kemaksiatan adalah melahirkan kemaksiatan yang lainnya. Lihatlah hasad yang ada pada saudara-saudara Nabi Yusuf 'alaihissallam yang menyeret mereka kepada tindakan memisahkan antara bapak dan anaknya sehingga menimbulkan kesedihan pada orang lain, memutuskan hubungan kekerabatan, berucap dengan kedustaan, membodohi orang, dan yang sejenisnya.
Kemaksiatan menjadikan seorang hamba hina di mata Allah Subhanahu wa Ta'ala. Al-Hasan Al-Bashri rahimahullahu berkata: “Mereka (pelaku maksiat) rendah di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala sehingga mereka bermaksiat kepada-Nya, karena seandainya mereka orang yang mulia di hadapan Allah Subhanahu wa Ta'ala niscaya Allah k akan jaga mereka dari dosa. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَمَنْ يُهِنِ اللهُ فَمَا لَهُ مِنْ مُكْرِمٍ
“Dan barangsiapa yang dihinakan Allah maka tidak seorangpun yang memuliakannya.” (Al-Hajj: 18)
Kemaksiatan mengundang kehinaan, merusak akal. Dan jika dosa telah banyak maka pelakunya akan ditutup hatinya sehingga digolongkan sebagai orang–orang yang lalai.
Dosa memunculkan berbagai kerusakan di muka bumi, pada air, udara, tanaman, buah-buahan, dan tempat tinggal.
Kemaksiatan menghilangkan sifat malu yang merupakan pokok segala kebaikan serta melemahkan hati pelakunya.
Kemaksiatan menyebabkan hilangnya nikmat dan mendatangkan adzab. Ali bin Abi Thalib radhiyallahu 'anhu berkata: “Tidaklah turun suatu bencana kecuali karena dosa, dan tidaklah dicegah suatu bencana kecuali dengan taubat. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَمَا أَصَابَكُمْ مِنْ مُصِيبَةٍ فَبِمَا كَسَبَتْ أَيْدِيكُمْ وَيَعْفُو عَنْ كَثِيرٍ
“Dan apa saja musibah yang menimpa kamu adalah disebabkan oleh perbuatan tanganmu sendiri, dan Allah memaafkan sebagian besar (dari kesalahan-kesalahanmu).” (Asy-Syura: 30) [Lihat Al-Jawabul Kafi: 113-208, Taujihul Muslimin hal. 58-61]

Pelajaran dan Nasihat
Tatkala Allah Subhanahu wa Ta'ala menciptakan Adam 'alaihissallam dengan Tangan-Nya, Ia memuliakannya di hadapan para malaikat dengan memerintahkan mereka sujud kepadanya. Allah Subhanahu wa Ta'ala mengajarinya nama-nama segala sesuatu serta menempatkannya bersama istrinya Hawa di dalam surga, tempat berhuninya beragam nikmat. Allah Subhanahu wa Ta'ala juga memperingatkan kepada keduanya dari bahaya godaan Iblis serta melarang keduanya dari memakan dari buah pohon di surga, sebagai ujian.
Tetapi Iblis yang terkutuk selalu menggoda dengan bujuk rayunya yang manis hingga Adam dan Hawa memakan dari pohon yang terlarang tersebut. Keduanya pun bermaksiat kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala, maka dengan serta-merta lepaslah baju keduanya sehingga tampak auratnya. Kemudian keduanya dikeluarkan dari surga ke bumi, tempat yang penuh dengan kekeruhan dan keletihan. Namun Allah Subhanahu wa Ta'ala masih sayang kepada mereka berdua di mana keduanya sadar akan kesalahannya dan bertaubat sehingga Allah Subhanahu wa Ta'ala mengampuninya.
Perhatikan peristiwa yang menimpa Adam dan Hawa! Tadinya menempati surga dengan keindahannya serta dihormati oleh malaikat. Namun dengan satu kemaksiatan, kemuliaan dicabut, bajupun menjadi lepas sehingga tersingkap auratnya, serta harus menjalani kehidupan yang sengsara di dunia setelah sebelumnya hidup sentosa di surga.
Demikian pula di saat perang Uhud pada tahun ke-3 Hijriah, Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam menempatkan pasukan pemanah di atas bukit. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam berpesan kepada mereka untuk tidak meninggalkan posisi mereka baik muslimin kalah atau menang. Pada awalnya muslimin mampu memukul mundur pasukan musyrikin sehingga tiba saatnya mereka memunguti harta rampasan perang.
Para pemanah menyangka bahwa perang telah usai dan mengira tidak ada manfaatnya lagi mereka tetap di atas bukit. Sehingga sebagian mereka ingin turun, tetapi ditegur oleh sebagian yang lain dengan pesan dari Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam untuk tidak turun. Namun sebagian nekad turun dan bermaksiat pada perintah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Ketika itulah sebagian musyrikin melihat benteng pertahanan muslimin di atas bukit telah bisa ditembus sehingga mereka menyerang dari belakang bukit sisa-sisa pasukan pemanah sehingga mereka terbunuh.
Mereka pun menyerang muslimin dari belakang dalam keadaan pedang-pedang telah dimasukkan ke dalam sarungnya. Lalu datang pula serangan dari depan hingga mereka terjepit. Gugurlah sekian sahabat Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam sebagai syuhada dan sebagian lagi terluka, sampai Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam pun terluka dan terperosok ke dalam lubang yang dibuat oleh musyrikin. Sehingga mereka pulang ke Madinah dengan kekalahan, kaki terseok-seok, serta tubuh yang penuh luka. Itu semua disebabkan kemaksiatan sebagian pasukan muslimin.
Cobalah perhatikan! Dengan satu kemaksiatan, kemenangan yang sudah di depan mata hilang. Dan pahitnya kekalahan dirasakan oleh seluruh pasukan, padahal di dalamnya ada Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahabat yang mulia. Maka bisa dibayangkan bagaimana orang–orang yang setiap saat melanggar perintah Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam. Tidak takutkah mereka terhadap adzab yang akan ditimpakan?!

Tidak Mengentengkan Dosa
Terkadang seseorang menganggap enteng suatu dosa terlebih jika itu dosa kecil. Sehingga ia terus-menerus melakukannya dan kurang memedulikannya. Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam telah memperingatkan akan hal ini dengan sabdanya:
إِيَّاكُمْ وَمُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ فَإِنَّمَا مَثَلُ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ كَمَثَلِ قَوْمٍ نَزَلُوا بَطْنَ وَادٍ، فَجَاءَ ذَا بِعُوْدٍ وَجَاءَ ذَا بِعُودٍ، حَتَّى حَمَلُوا مَا انْضَجُّوا بِهِ خُبْزَهُمْ وَإِنَّ مُحَقَّرَاتِ الذُّنُوبِ مَتَى يُؤْخَذْ بِهَا صَاحِبُهَا تُهْلِكْهُ
“Berhati-hatilah kalian dari dosa-dosa kecil. Karena perumpamaan dosa kecil seperti suatu kaum yang singgah pada suatu lembah lalu datang seorang dengan membawa satu dahan (kayu bakar) dan yang lain (juga) membawa satu dahan hingga mereka telah mengumpulkan sesuatu yang bisa menjadikan roti mereka matang. Dan sesungguhnya dosa-dosa kecil, ketika pelakunya diadzab dengannya maka akan membinasakannya.” (HR. Ahmad, Ath-Thabarani, dan lain-lain dari jalan Sahl bin Sa’d radhiyallahu 'anhu dan dishahihkan oleh Asy-Syaikh Al-Albani rahimahullahu dalam Shahih Al-Jami’ no. 2686)
Waspadalah dari dosa dan jangan tertipu karena kecil atau sedikitnya. Lihatlah bagaimana dahulu Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam memotong tangan seorang pencuri karena mencuri (hanya) 3 dirham seperti dalam Shahih Al-Bukhari (no. 6795).
Dan seorang wanita masuk neraka gara-gara kucing yang dikurungnya. Dia tidak memberinya makan dan tidak melepasnya agar bisa memakan serangga bumi sehingga kurus dan mati. (Lihat Shahih Muslim no. 2619)
Demikian pula dahulu di zaman Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam ada seorang yang terbunuh di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala sehingga para sahabat memberikan ucapan selamat kepadanya. Tetapi Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan: “Tidak. Sesungguhnya pakaian yang dia curi dari harta rampasan perang Khaibar yang belum dibagi-bagi akan menyala atasnya api neraka.” [Lihat Shahih Muslim no.115 Kitabul Iman]

Menjauhi Tempat Maksiat
Pelaku maksiat membawa kesialan bagi dirinya dan orang lain. Sebab dikhawatirkan akan turun kepadanya adzab yang menyebar kepada yang lainnya, terkhusus bagi yang tidak mengingkari kemaksiatannya. Sehingga menjauh dari pelaku maksiat adalah suatu keharusan. Karena, jika kejahatan telah merajalela maka manusia akan binasa secara umum.
Demikian pula tempat-tempat orang yang bermaksiat dan tempat diadzabnya pelaku maksiat harus dijauhi karena dikhawatirkan turunnya adzab. Sebagaimana sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wa sallam kepada sahabatnya tatkala melewati daerah kaum Tsamud yang diadzab Allah Subhanahu wa Ta'ala (yang artinya): “Janganlah kalian masuk kepada mereka-mereka yang diadzab kecuali dengan menangis, karena dikhawatirkan akan menimpa kalian apa yang telah menimpa mereka.” (HR. Ahmad, lihat Ash-Shahihah no. 19)
Demikian pula tatkala ada seorang dari Bani Israil yang telah membunuh seratus nyawa lalu ia ingin bertaubat dan bertanya kepada seorang ‘alim, apakah masih ada taubat baginya? Dia menjawab: ”Ya.” Lalu dia menyarankan orang itu untuk pergi dari kampungnya yang jahat ke kampung yang baik.
Dari sini jelas bahwa menjauhi tempat-tempat maksiat dan pelaku maksiat termasuk perkara yang diperintahkan. Ibrahim bin Ad-ham rahimahullahu mengatakan: “Barangsiapa ingin taubat, hendaklah ia keluar dari tempat-tampat kedzaliman serta meninggalkan bergaul dengan orang yang dahulu ia bergaul dengannya (dalam maksiat). Jika hal ini tidak dilakukan maka dia tidak mendapatkan yang diharapkan.”
Waspadailah dosa karena dia suatu kesialan! Akibatnya sangat tercela, hukumannya pedih, hati yang menyukainya berpenyakit. Terbebas dari dosa suatu keberuntungan, selamat dari dosa tak ternilaikan, dan terfitnah (diuji) dengan dosa terlebih setelah rambut beruban adalah musibah besar. (Lihat Qala Ibnu Rajab hal. 53-55)

Segera Kembali ke Jalan Allah
Wahai orang yang tenggelam dalam dosa dan perbuatan nista, kembalilah kepada Allah Subhanahu wa Ta'ala! Sadarlah bahwa kamu akan menghadap Allah Subhanahu wa Ta'ala untuk mempertanggungjawabkan segala amal perbuatanmu di dunia ini! Belumkah tiba saatnya engkau berhenti dari diperbudak setan yang ujungnya engkau menjadi temannya di neraka yang menyala-nyala?! Lepaskanlah belenggu setan yang melilit dirimu, dan larilah menuju Ar-Rahman (Allah Subhanahu wa Ta'ala) dengan bersimpuh di hadapan-Nya, niscaya kamu diberi jaminan keamanan dan kebahagiaan. Lembaran hitam kelammu akan diganti dengan yang putih lagi bersih serta akan dibentangkan di hadapanmu jalan yang terang. Bersegeralah sebelum segala sesuatunya terlambat. Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:
وَتُوبُوا إِلَى اللهِ جَمِيعًا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ
“Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang–orang yang beriman supaya kamu beruntung.” (An-Nur: 31)
Wallahu a’lam.


" Seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. " ( Qaaf ayat 17 - 18 )

Kamis, 16 Juli 2009

Iman, Islam, dan Ihsan

. Iman, Islam, dan Ihsan
Pokok ajaran Islam ada 3, yaitu: Iman, Islam dan Ihsan.
Dasarnya adalah hadits sebagai berikut:
Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) dudukduduk
bersama Rasulullah Saw. Lalu muncul di hadapan kami
seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam sekali dan
tidak tampak tanda-tanda bekas perjalanan. Tidak seorangpun
dari kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap
Rasulullah Saw. Kedua kakinya menghempit kedua kaki
Rasulullah, dari kedua telapak tangannya diletakkan di atas
paha Rasulullah Saw, seraya berkata, "Ya Muhammad,
beritahu aku tentang Islam." Lalu Rasulullah Saw menjawab,
"Islam ialah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah
dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan
zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji apabila
mampu." Kemudian dia bertanya lagi, "Kini beritahu aku
tentang iman." Rasulullah Saw menjawab, "Beriman kepada
Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya,
hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan buruknya."
Orang itu lantas berkata, "Benar. Kini beritahu aku tentang
ihsan." Rasulullah berkata, "Beribadah kepada Allah seolaholah
anda melihat-Nya walaupun anda tidak melihat-Nya,
karena sesungguhnya Allah melihat anda. Dia bertanya lagi,
"Beritahu aku tentang Assa'ah (azab kiamat)." Rasulullah
menjawab, "Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang bertanya."
Belajar Iman, Islam, dan Ihsan
Iman, Islam, dan Ihsan 42
Kemudian dia bertanya lagi, "Beritahu aku tentang tandatandanya."
Rasulullah menjawab, "Seorang budak wanita
melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang tanpa sandal,
setengah telanjang, melarat dan penggembala unta masingmasing
berlomba membangun gedung-gedung bertingkat."
Kemudian orang itu pergi menghilang dari pandangan mata.
Lalu Rasulullah Saw bertanya kepada Umar, "Hai Umar,
tahukah kamu siapa orang yang bertanya tadi?" Lalu aku
(Umar) menjawab, "Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui."
Rasulullah Saw lantas berkata, "Itulah Jibril datang untuk
mengajarkan agama kepada kalian." (HR. Muslim)
a. Rukun Iman 6 Perkara
Iman adalah keyakinan kita pada 6 rukun iman. Islam adalah
pokok-pokok ibadah yang wajib kita kerjakan. Ada pun Ihsan
adalah cara mendekatkan diri kita kepada Allah.
Tanpa iman semua amal perbuatan baik kita akan sia-sia.
Tidak ada pahalanya di akhirat nanti:
” Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana
fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air oleh
orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu
dia tidak mendapatinya sesuatu apapun...” [An Nuur:39]

” Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalanamalan
mereka adalah seperti abu yang ditiup angin
dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang.
Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa
yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu
adalah kesesatan yang jauh.” [Ibrahim:18]
Iman ini harus dilandasi ilmu yang mantap sehingga kita bisa
menjelaskannya kepada orang lain. Bukan sekedar taqlid atau
ikut-ikutan.
Sebagaimana hadits di atas, rukun Iman ada 6. Pertama Iman
kepada Allah. Artinya kita meyakini adanya Allah dan tidak ada
Tuhan selain Allah. Di bab-bab berikutnya akan dijelaskan
secara rinci tentang hal ini.
Rukun Iman yang kedua adalah iman kepada Malaikat-malaikat
Allah. Kita yakin bahwa Malaikat adalah hamba Allah yang
selalu patuh pada perintah Allah.
Rukun Iman yang ketiga adalah beriman kepada KitabkitabNya.
Kita yakin bahwa Allah telah menurunkan Taurat
kepada Musa, Zabur kepada Daud, Injil kepada Isa, dan Al
Qur’an kepada Nabi Muhammad. Namun kita harus yakin juga
bahwa semua kitab-kitab suci di atas telah dirubah oleh


manusia sehingga Allah kembali menurunkan Al Qur’an yang
dijaga kesuciannya sebagai pedoman hingga hari kiamat nanti.
”Maka kecelakaan yng besar bagi orang-orang yang
menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu
dikatakannya; "Ini dari Allah", dengan maksud untuk
memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan
itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat
apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan
kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang
mereka kerjakan.” [Al Baqarah:79]
Kita harus meyakini kebenaran Al Qur’an dan
mengamalkannya:
”Kitab Al Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk
bagi mereka yang bertaqwa” [Al Baqarah:2]
Rukun Iman yang keempat adalah beriman kepada Rasul-rasul
(Utusan) Allah. Rasul/Nabi merupakan manusia yang terbaik
yang pantas dijadikan suri teladan yang diutus Allah untuk
menyeru manusia ke jalan Allah. Ada 25 Nabi yang disebut
dalam Al Qur’an yang wajib kita imani di antaranya Adam, Nuh,
Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad.


Karena ajaran Nabi-Nabi sebelumnya telah dirubah ummatnya,
kita harus meyakini bahwa Nabi Muhammad adalah Nabi
terakhir yang harus kita ikuti ajarannya.
” Muhammad bukanlah bapak dari seorang laki-laki di
antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup
nabi-nabi...” [Al Ahzab:40]
Rukun Iman yang kelima adalah beriman kepada Hari Akhir
(Kiamat/Akhirat). Kita harus yakin bahwa dunia ini fana. Suatu
saat akan tiba hari Kiamat. Pada saat itu manusia akan dihisab.
Orang yang beriman dan beramal saleh masuk ke surga.
Orang yang kafir masuk neraka.
Selain kiamat besar kita juga harus yakin akan kiamat kecil
yaitu mati. Setiap orang pasti mati. Untuk itu kita harus selalu
hati-hati dalam bertindak.
Rukun Iman yang keenam adalah percaya kepada
Takdir/qadar yang baik atau pun yang buruk. Meski manusia
wajib berusaha dan berdoa, namun apa pun hasilnya kita harus
menerima dan mensyukurinya sebagai takdir dari Allah.
b. Rukun Islam 5 Perkara


Ada pun rukun Islam terdiri dari 5 perkara. Barang siapa yang
tidak mengerjakannya maka Islamnya tidak benar karena
rukunnya tidak sempurna.
Rukun Islam pertama yaitu bersaksi bahwa tidak ada Tuhan
selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah. Asyhaadu
alla ilaaha illallaahu wa asyhaadu anna muhammadar
rasuulullaah. Artinya kita meyakini hanya Allah Tuhan yang
wajib kita patuhi perintah dan larangannya. Jika ada perintah
dan larangan dari selain Allah, misalnya manusia, yang
bertentangan dengan perintah dan larangan Allah, maka Allah
yang harus kita patuhi. Ada pun Muhammad adalah utusan
Allah yang menjelaskan ajaran Islam. Untuk mengetahui ajaran
Islam yang benar, kita berkewajiban mempelajari dan mengikuti
ajaran Nabi Muhammad.
Konsekwensi dari 2 kalimat syahadat adalah kita harus
mempelajari dan memahami Al Qur’an dan Hadits yang sahih
(minimal Kutuubus sittah: Bukhari, Muslim, Abu Daud, Tirmidzi,
An Nasaa’i, dan Ibnu Majah) dan mengamalkannya.
Rukun Islam kedua adalah shalat 5 waktu, yaitu: Subuh 2
rakaat, Dzuhur dan Ashar 4 raka’at, Maghrib 3 rakaat, dan Isya
4 raka’at. Shalat adalah tiang agama barang siapa
meninggalkannya berarti merusak agamanya.


Rukun Islam ketiga adalah puasa di Bulan Ramadhan. Yaitu
menahan diri dari makan, minum, hubungan seks, bertengkar,
marah, dan segala perbuatan negatif lainnya dari subuh hingga
maghrib.
Rukun Islam keempat adalah membayar zakat bagi para
muzakki (orang yang wajib pajak/mampu). Ada pun orang yang
mustahiq (berhak menerima zakat seperti fakir, miskin, amil,
mualaf, orang budak, berhutang, Sabilillah, dan ibnu Sabil)
berhak menerima zakat. Zakat merupakan hak orang miskin
agar harta tidak hanya beredar di antara orang kaya saja.
Rukun Islam yang kelima adalah berhaji ke Mekkah jika
mampu. Mampu di sini dalam arti mampu secara fisik dan juga
secara keuangan. Sebelum berhaji, hutang yang jatuh tempo
harus dibayar dan keluarga yang ditinggalkan harus diberi
bekal yang cukup. Nabi berkata barang siapa yang mati tapi
tidak berhaji padahal dia mampu, maka dia mati dalam
keadaan munafik.
c. Ihsan Mendekatkan Diri kepada Allah
Ada pun Ihsan adalah cara agar kita bisa khusyuk dalam
beribadah kepada Allah. Kita beribadah seolah-olah kita
melihat Allah. Jika tidak bisa, kita harus yakin bahwa Allah
SWT yang Maha Melihat selalu melihat kita. Ihsan ini harus kita


terapkan dalam kehidupan sehari-hari sehingga jika kita
berbuat baik, maka perbuatan itu selalu kita niatkan untuk
Allah. Sebaliknya jika terbersit niat kita untuk berbuat
keburukan, kita tidak mengerjakannya karena Ihsan tadi.
Orang yang ihsannya kuat akan rajin berbuat kebaikan karena
dia berusaha membuat senang Allah yang selalu melihatnya.
Sebaliknya dia malu berbuat kejahatan karena dia selalu yakin
Allah melihat perbuatannya.
Itulah sekilas pokok-pokok dari ajaran Islam. Semoga kita
semua bisa memahami dan mengamalkannya. Insya Allah
dalam bab-bab selanjutnya beberapa hal di atas akan dibahas
lebih rinci lagi.


" Seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. " ( Qaaf ayat 17 - 18 )

Niat:Awal dan penentu Semua Amal

Niat: Awal dan Penentu Semua Amal
Shaleh
Niat merupakan rukun pertama dari semua amal shaleh
(perbuatan baik) yang kita lakukan. Tanpa niat segala amal
ibadah kita sia-sia. Shalat, Puasa, Zakat, Haji kita batal jika
tidak ada niat. Tidak ada pahalanya.
"Barangsiapa tidak berniat puasa sebelum fajar, maka
tidak ada puasa baginya." [Imam Lima]
”Sesungguhnya amal-amal perbuatan tergantung niatnya,
dan bagi tiap orang apa yang diniatinya. Barangsiapa hijrahnya
kepada Allah dan rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan
rasul-Nya. Barangsiapa hijrahnya untuk meraih kesenangan
dunia atau menikahi wanita, maka hijrahnya adalah kepada
apa yang ia hijrahi” (HR Bukhari)
”Niat seorang mukmin lebih baik dari amalnya” (HR Al-
Baihaqi dan Ar-Rabii')
”Manusia dibangkitkan kembali kelak sesuai dengan niatniat
mereka” (HR Muslim)
Sebagaimana hadits di atas, niat bermacam-macam. Ada yang
niat mengerjakan sesuatu untuk Allah, ada pula untuk yang lain



seperti kesenangan dunia seperti pamer, harta, jabatan atau
wanita.
a. Niat yang Baik untuk Mendapat Ridha Allah SWT
Niat yang bagus adalah niat untuk mendapat ridho Allah SWT.
Atau untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
”Di antara orang-orang Arab Badwi ada orang yang beriman
kepada Allah dan hari kemudian, dan memandang apa yang
dinafkahkannya di jalan Allah untuk mendekatkannya kepada
Allah dan untuk memperoleh doa Rasul. Ketahuilah,
sesungguhnya nafkah itu untuk mendekatkan diri kepada Allah.
Kelak Allah akan memasukan mereka kedalam rahmat
(surga)Nya; Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha
Penyayang.” [At Taubah:99]
Orang yang berbuat kebaikan hanya untuk mendapat ridho
Allah akan mendapat pahala berlipat ganda:
”Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang
yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa
dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada
tiap-tiap bulir seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran)
bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (karunia-
Nya) lagi Maha Mengetahui.” [Al Baqarah:261]
”Dan perumpamaan orang-orang yang membelanjakan
hartanya karena mencari keridhaan Allah dan untuk keteguhan


jiwa mereka, seperti sebuah kebun yang terletak di dataran
tinggi yang disiram oleh hujan lebat, maka kebun itu
menghasilkan buahnya dua kali lipat. Jika hujan lebat tidak
menyiraminya, maka hujan gerimis (pun memadai). Dan Allah
Maha Melihat apa yang kamu perbuat” [Al Baqarah:265]
Niat kita harus benar-benar tulus hanya untuk Allah. Bukan
dengan lainnya:
Allah berfirman “Aku adalah yang paling tidak butuh kepada
syarikat, maka barangsiapa yang beramal suatu amalan
untuku lantas ia mensyerikatkan amalannya tersebut (juga)
kepada selainku maka Aku berlepas diri darinya dan ia
untuk yang dia syarikatkan” (HR. Ibnu Majah 2/1405 no.
4202, adapun lafal Imam Muslim (4/2289 no 2985) adalah,
“aku tinggalkan dia dan kesyirikannya”).
b. Tidak Boleh Niat karena Riya atau Pamer
Sering orang melakukan suatu kebaikan hanya karena riya.
Ingin dilihat orang sehingga orang mengatakan bahwa dia
adalah dermawan, pahlawan, dan sebagainya. Meski dia tidak
mengharapkan imbalan apa-apa kecuali dikenal orang sebagai
orang yang baik, dermawan atau philanthropist, Allah
mengatakan orang seperti itu sebagai teman setan dan
memberikan neraka sebagai balasannya:
Belajar Iman, Islam, dan Ihsan
Niat: Awal dan Penentu Semua Amal Shaleh 37
”Dan (juga) orang-orang yang menafkahkan harta-harta
mereka karena riya kepada manusia, dan orang-orang yang
tidak beriman kepada Allah dan kepada hari kemudian.
Barangsiapa yang mengambil syaitan itu menjadi temannya,
maka syaitan itu adalah teman yang seburuk-buruknya” [An
Nisaa’:38]
Imam Ghazali dalam kitab Ihya’ ’Uluumuddiin menggambarkan
orang yang riya sebagai berikut. Jika ada orang yang
melihatnya, baru dia shalat atau berbuat kebaikan lainnya. Tapi
jika tidak ada orang yang melihat, dia tidak mengerjakannya.
Orang seperti itu seperti orang yang shalat hanya jika ada
budak yang melihatnya di samping rajanya. Tapi begitu budak
itu tidak ada, yang tinggal hanya raja, dia bermalas-malasan.
Begitulah sikap orang yang riya terhadap Allah Raja Diraja,
Tuhan Semesta alam. Orang riya macam ini hanya membuat
gemas orang saja....
Orang yang menyebut kebaikan yang diperbuatnya, apalagi
sampai menyinggung hati orang yang menerima kebaikannya,
pahalanya hilang tidak berbekas:
”Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu
menghilangkan pahala sedekahmu dengan menyebutnyebutnya
dan menyakiti perasaan si penerima, seperti orang
yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan
dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka

perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada
tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu jadilah dia
bersih tidak bertanah. Mereka tidak mendapat apa-apa dari
yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk
kepada orang-orang yang kafir” [Al Baqarah:264]
c. Jangan Niatkan Amal untuk Mendapatkan Dunia atau
Harta
Banyak orang yang bekerja atau mencari uang hanya karena
ingin kaya atau dunia. Ini sangat berbahaya karena mereka
hanya akan dapat kekayaan atau dunia tanpa mendapatkan
pahala akhirat sedikit pun:
”Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan
perhiasannya, niscaya Kami berikan kepada mereka
balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan
mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.
Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali
neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka
usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka
kerjakan” [Huud:15-16]
Seharusnya niat tetap untuk mencari ridho Allah sehingga
mereka tetap mendapatkan pahala di akhirat. Meski pekerjaan
yang dilakukan sama, tapi karena niat berbeda hasilnya pun
berbeda.

Orang yang berusaha dengan niat mencari ridho Allah, niscaya
dia akan dapat kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Meski ada sebagian motivator yang baik, namun saya banyak
juga menyaksikan motivator yang memotivasi pembacanya
hanya untuk menjadi kaya/mendapat dunia. Ini berbahaya
karena bisa merusak niat dan amal/usaha pembacanya.
Saran saya pelajari teknik mencari uang dengan niat mencari
ridho Allah. Niatkan harta yang anda dapat selain untuk
menafkahi keluarga anda sesuai ajaran Islam juga untuk di
jalan Allah. Sebab siapa yang berusaha hanya ingin
kekayaan/dunia tidak mendapat akhirat sedikit pun:
”Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat
akan Kami tambah keuntungan itu baginya dan barang
siapa yang menghendaki keuntungan di dunia Kami
berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan
tidak ada baginya suatu bahagianpun di akhirat” [Asy
Syuura:20]
”...Barang siapa menghendaki pahala dunia, niscaya Kami
berikan kepadanya pahala dunia, dan barang siapa
menghendaki pahala akhirat, Kami berikan kepadanya pahala
akhirat. Kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang
bersyukur” [Ali ’Imran:145]

Oleh karena itu hendaknya sebelum mengerjakan sesuatu kita
niatkan pekerjaan kita ikhlas untuk Allah SWT:
”Kecuali orang-orang yang taubat dan mengadakan perbaikan
dan berpegang teguh pada (agama) Allah dan tulus ikhlas
(mengerjakan) agama mereka karena Allah. Maka mereka itu
adalah bersama-sama orang yang beriman dan kelak Allah
akan memberikan kepada orang-orang yang beriman pahala
yang besar” [An Nisaa’:146]
Meski apa yang diperbuat sama, namun Allah hanya akan
menerima perbuatan orang yang bertakwa:
”Ceritakanlah kepada mereka kisah kedua putera Adam (Habil
dan Qabil) menurut yang sebenarnya, ketika keduanya
mempersembahkan korban, maka diterima dari salah seorang
dari mereka berdua (Habil) dan tidak diterima dari yang lain
(Qabil). Ia berkata (Qabil): "Aku pasti membunuhmu!." Berkata
Habil: "Sesungguhnya Allah hanya menerima (korban) dari
orang-orang yang bertakwa." [Al Maa-idah:27]
Bab Niat ini sebetulnya amat penting. Karena niat itulah yang
menentukan apakah amal baik kita diterima oleh Allah atau
tidak. Oleh karena itu mari kita niatkan semua amal baik kita,
termasuk dalam membaca buku ini untuk Allah SWT.
Sumber: 1100 Hadits Terpilih (Sinar Ajaran Muhammad) - Dr.
Muhammad Faiz Almath - Gema Insani Press



" Seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. " ( Qaaf ayat 17 - 18 )

Rabu, 15 Juli 2009

Keutamaan Ilmu dan Kejayaan Islam di bidang ilmu Pengetahuan

Keutamaan Ilmu dan Kejayaan Islam di
Bidang Ilmu Pengetahuan
Sesungguhnya Islam adalah agama yang menghargai ilmu
pengetahuan. Dalam Islam, menuntut ilmu itu hukumnya wajib.
Artinya jika kita tidak mengerjakan kita berdosa:
”Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim lelaki dan
Muslim perempuan” [HR Ibnu Majah]
a. Allah Meninggikan Derajad orang yang Berilmu
Bahkan Allah sendiri lewat Al Qur’an meninggikan orang-orang
yang berilmu dibanding orang-orang awam beberapa derajad.
“Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu
pengetahuan beberapa derajad.” (Al Mujadilah: 11)
Pada surat Ali ‘Imran: 18 Allah SWT bahkan memulai dengan
dirinya, lalu dengan malaikatnya, dan kemudian dengan orangorang
yang berilmu. Jelas kalau Allah menghargai orang-orang
yang berilmu.
“Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan
melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat
dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang
demikian itu)” (Ali Imran:18)

Keutamaan Ilmu dan Kejayaan Islam di Bidang Ilmu Pengetahuan 25
Nabi Muhammad SAW juga sangat menghargai orang yang
berilmu. “Ulama adalah pewaris para Nabi” Begitu
sabdanya seperti yang dimuat di HR Abu Dawud.
Bahkan Nabi tidak tanggung-tanggung lebih menghargai
seorang ’alim (berilmu) daripada satu kabilah.
“Sesungguhnya matinya satu kabilah itu lebih ringan
daripada matinya seorang ‘alim.” (HR Thabrani)
Seorang ‘alim juga lebih tinggi dari pada seorang ahli
ibadah yang sewaktu-waktu bisa tersesat karena
kurangnya ilmu.
“Keutamaan orang ‘alim atas orang ahli ibadah adalah
seperti keutamaan diriku atas orang yang paling rendah
dari sahabatku.” (HR At Tirmidzi).
b. Hanya Orang Berilmu yang Memahami Kebenaran
Allah juga menyatakan bahwa hanya dengan ilmu orang bisa
memahami perumpamaan yang diberikan Allah untuk manusia.
“Dan perumpamaan-perumpamaan ini Kami buatkan untuk
manusia, dan tiada memahaminya kecuali orang-orang
yang berilmu” (Al ‘Ankabut:43)
Tuhan juga menegaskan hanya dengan ilmulah orang bisa
mendapat petunjuk Al Qur’an.


“Sebenarnya, Al Qur’an itu adalah ayat-ayat yang nyata di
dalam dada orang-orang yang diberi ilmu” (Al Ankabut:49)
Nabi Muhammad mewajibkan ummatnya untuk menuntut ilmu.
“Menuntut ilmu wajib bagi muslimin dan muslimah” begitu
sabdanya. “Tuntutlah ilmu dari sejak lahir hingga sampai ke
liang lahat.”
Jelas Islam menghargai ilmu pengetahuan dan mewajibkan
seluruh ummat Islam untuk mempelajarinya. Karena itu
pendapat mayoritas ummat Islam (terutama di pedesaan) yang
menganggap bahwa perempuan itu tidak perlu sekolah tinggitinggi,
soalnya nanti tinggalnya juga di dapur jelas
bertentangan dengan ajaran Islam.
Selain itu Nabi juga menyuruh agar ummat Islam menuntut ilmu
berkelanjutan hingga ajalnya. Karena itu seorang muslim
haruslah berusaha belajar setinggi-tingginya. Jangan sampai
kalah dengan orang kafir. Ummat Islam jangan cuma
mencukupkan belajar sampai SMA saja, tapi berusahalah
hingga Sarjana, Master, bahkan Doktor jika mampu. Jika ada
yang tak mampu secara finansial, adalah kewajiban kita yang
berkecukupan untuk membantunya jika dia ternyata adalah
orang yang berbakat.
Sekarang ini, tingkat pengetahuan ummat Islam malah kalah
dibandingkan dengan orang-orang kafir. Ternyata justru orangorang
kafir itulah yang mengamalkan ajaran Islam seperti
Belajar Iman, Islam, dan Ihsan
Keutamaan Ilmu dan Kejayaan Islam di Bidang Ilmu Pengetahuan 27
kewajiban menuntut Ilmu setinggi-tingginya. Jarang kita
menemukan ilmuwan di antara ummat Islam. Sebaliknya,
tingkat buta huruf sangat tinggi di negara-negara Islam.
Hal itu jelas menunjukkan bahwa kemunduran ummat Islam
bukan karena ajaran Islam, tapi karena ulah ummat Islam
sendiri yang tidak mengamalkan perintah agamanya. Ayat
pertama dalam Islam adalah “Iqra!” Bacalah! Di situ Allah
memperintahkan ummat Islam untuk membaca, tapi ternyata
tingkat buta huruf justru paling tinggi di negara-negara Islam.
Ini karena kita tidak konsekwen dengan ajaran Islam.
c. Mengajarkan Ilmu yang Bermanfaat Tak Pernah Putus
Pahalanya
Nabi juga mengatakan, bahwa mengajarkan ilmu yang
bermanfaat akan mendapat pahala dari Allah SWT, dan
pahalanya berlangsung terus-menerus selama masyarakat
menerima manfaat dari ilmunya..
“Apabila anak Adam meninggal, maka terputuslah amalnya
kecuali tiga, yaitu ilmu yang bermanfaat….”(HR Muslim)
d. Kejayaan Islam dalam Ilmu Pengetahuan
Pada awal masa Islam, ummat Islam melaksanakan ajaran tsb
dengan sungguh-sungguh. Mereka giat menuntut ilmu. Haditshadits
seperti “Siapa yang meninggalkan kampung halamannya
untuk mencari pengetahuan, ia berada di jalan Allah”, “Tinta


seorang ulama adalah lebih suci daripada darah seorang
syahid (martir)”, memberikan motivasi yang kuat untuk belajar.
Ummat Islam belajar dari orang Cina teknik membuat kertas.
Pabrik kertas pertama didirikan di Baghdad tahun 800, dan
perpustakaan pun tumbu dengan subur di seluruh negeri Arab
(baca: Islam) yang dulu dikenal sebagai bangsa nomad yang
buta huruf dan cuma bisa mengangon kambing.
Direktur observatorium Maragha, Nasiruddin At Tousi memiliki
kumpulan buku sejumlah 400.000 buah. Di Kordoba (Spanyol)
pada abad 10, Khalifah Al Hakim memiliki suatu perpustakaan
yang berisi 400.000 buku, sedangkan 4 abad sesudahnya raja
Perancis Charles yang bijaksana (artinya: pandai) hanya
memiliki koleksi 900 buku. Bahkan Khalifah Al Aziz di Mesir
memiliki perpustakaan dengan 1.600.000 buku, di antaranya
16.000 buah tentang matematika dan 18.000 tentang filsafat.
Belajar Iman, Islam, dan Ihsan
Keutamaan Ilmu dan Kejayaan Islam di Bidang Ilmu Pengetahuan 29
Pada masa awal Islam dibangun badan-badan pendidikan dan
penelitian yang terpadu. Observatorium pertama didirikan di
Damaskus pada tahun 707 oleh Khalifah Amawi Abdul Malik.
Universitas Eropa 2 atau 3 abad kemudian seperti Universitas
Paris dan Univesitas Oxford semuanya didirikan menurut
model Islam.
Para ilmuwan Islam seperti Al Khawarizmi memperkenalkan
“Angka Arab” (Arabic Numeral) untuk menggantikan sistem
bilangan Romawi yang kaku. Bayangkan bagaimana ilmu
Matematika atau Akunting bisa berkembang tanpa adanya
sistem “Angka Arab” yang diperkenalkan oleh ummat Islam ke
Eropa. Kita mungkin bisa menuliskan angka 3 dengan mudah
memakai angka Romawi, yaitu “III,” tapi coba tulis angka
879.094.234.453.340 ke dalam angka Romawi. Bingungkan?
Itulah sumbangan Islam pada dunia.
Selain itu berkat Islam pulalah maka para ilmuwan sekarang
bisa menemukan komputer yang menggunakan binary digit (0
dan 1) sebagai basis perhitungannya, kalau dengan angka
Romawi (yang tak mengenal angka 0), tak mungkin hal itu bisa
terjadi.
Selain itu Al Khawarizmi juga memperkenalkan ilmu Algorithm
(yang diambil dari namanya) dan juga Aljabar (Algebra).
Belajar Iman, Islam, dan Ihsan
Keutamaan Ilmu dan Kejayaan Islam di Bidang Ilmu Pengetahuan 30
Omar Khayam menciptakan teori tentang angka2 “irrational”
serta menulis suatu buku sistematik tentang Mu’adalah
(equation).
Di dalam ilmu Astronomi ummat Islam juga maju. Al Batani
menghitung enklinasi ekleptik: 23.35 derajad (pengukuran
sekarang 23,27 derajad).
Dunia juga mengenal Ibnu Sina (Avicenna) yang karyanya Al
Qanun fit Thibbi diterjemahkan ke bahasa Latin oleh Gerard de
Cremone (meninggal tahun 1187), yang sampai zaman
Renaissance tetap jadi textbook di fakultas kedokteran Eropa.
Ar Razi (Razes) adalah seorang jenius multidisiplin. Dia bukan
hanya dokter, tapi juga ahli fisika, filosof, ahli theologi, dan ahli
syair. Eropa juga mengenal Ibnu Rusyid (Averroes) yang ahli
dalam filsafat.
Ilmuwan Islam juga mengutamakan percobaan/eksperimen
ketimbang Filsuf Yunani yang mengandalkan rasio. Ilmuwan
Islam menemukan metode Ilmiah (Scientific Method) dengan
pengamatan yang teliti, percobaan yang terkontrol, dan
pencatatan-pencatatan yang hati-hati.
Sebagai contoh Ibnu Al Haytham (Alhacen) dalam ”Book of
Optics” (1021) dengan berbagai observasi empiris dan
percobaan telah memperkenalkan Metode Ilmiah Modern.
Rosanna Gorini menulis:


”Menurut mayoritas sejarawan, Alhaytham adalah pionir
Metode Ilmiah Modern. Dengan bukunya dia merubah arti
istilah Optik dan membuat berbagai percobaan sebagai bukti
standar di bidangnya. Penyelidikannya bukan hanya
berdasarkan teori, tapi bukti percobaan. Dan percobaannya
sangat sistematis dan dapat diulang.” (Wikipedia)
Dan masih banyak lagi kemajuan yang dicapai oleh ummat
Islam di bidang ilmu pengetahuan. Ketika terjadi perang salib
antara raja Richard the Lion Heart dan Sultan Shalahuddin,
boleh dikata itu adalah pertempuran antara bangsa barbar
dengan bangsa beradab. Raja Richard yang terkenal itu
ternyata seorang buta huruf, (kalau rajanya buta huruf,
bagaimana rakyat Eropa ketika itu?) sedangkan Sultan Saladin
bukan saja seorang yang literate (bisa membaca), tapi juga
seorang ahli di bidang kedokteran. Ketika raja Richard sakit
parah dan tak seorangpun dokter ahli Eropa yang mampu
mengobatinya, Sultan Shalahuddin mempertaruhkan nyawanya
dan menyelinap di antara pasukan raja Richard dan
mengobatinya. Itulah bangsa Islam ketika itu, bukan saja pintar,
tapi juga welas asih. Jika kita menonton film “Robin Hood the
Prince of Thieves” yang dibintangi Kevin Kostner, tentu kita
maklum bagaimana Robin Hood terkejut dengan kecanggihan
teknologi bangsa Moor (Islam) seperti teropong.
e. Mari Menuntut Ilmu yang Bermanfaat!

Tapi itu sekarang tinggal sejarah. Ummat Islam sekarang tidak
lagi menghargai ilmu pengetahuan tak heran jika mereka jadi
bangsa yang terbelakang. Hanya dengan menghidupkan ajaran
Islam-lah kita bisa maju lagi.
Ummat Islam harus kembali giat menuntut ilmu. Menurut Imam
Al Ghazali, sesungguhnya menuntut ilmu itu ada yang fardu
‘ain (wajib bagi setiap Muslim) ada juga yang fardu kifayah
(paling tidak ada segolongan ummat Islam yang
mempelajarinya).
Ilmu agama tentang mana yang wajib dan mana yang halal
seperti cara shalat yang benar itu adalah wajib bagi setiap
muslim. Jangan sampai ada seorang ahli Matematika, tapi cara
shalat ataupun mengaji dia tidak tahu. Jadi ilmu agama yang
pokok agar setiap muslim bisa mengerjakan 5 rukun Islam dan
menghayati 6 rukun Iman serta mengetahui kewajiban dan
larangan Allah harus dipelajari oleh setiap muslim. Untuk apa
kita jadi ahli komputer, kalau kita akhirnya masuk neraka
karena tidak pernah mengetahui cara shalat?
Adapun ilmu yang memberikan manfaat bagi ummat Islam
seperti kedokteran yang mampu menyelamatkan jiwa manusia,
ataupun ilmu teknologi persenjataan seperti pembuatan tank
dan pesawat tempur agar ummat Islam bisa mempertahankan
diri dari serangan musuh adalah fardu kifayah. Paling tidak ada
segolongan muslim yang menguasainya.


Semoga kita semua bisa mengamalkan ajaran Islam dan bisa
menegakkan kalimah Allah.
Referensi:
1. Ihya ‘Ulumuddiin karangan Imam Al Ghazali
2. Janji-janji Islam karangan Roger Garaudy
3. Wikipedia

" Seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. " ( Qaaf ayat 17 - 18 )

Menuntut Ilmu itu Wajib

Menuntut Ilmu itu Wajib
”Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim lelaki dan
Muslim perempuan” [HR Ibnu Majah]
"Barangsiapa menempuh suatu jalan untuk mencari ilmu,
Allah akan memudahkan baginya jalan menuju surga."
[Bukhari-Muslim]
Menuntut ilmu wajib bagi setiap Muslim. Artinya jika kita
menuntut ilmu kita mendapat pahala. Sebaliknya jika tidak, kita
berdosa.
Tanpa ilmu semua amal kebaikan yang kita lakukan akan
ditolak (HR Muslim). Kenapa? Karena bisa jadi amal kita itu
justru keliru dan malah merugikan orang. Sebagai contoh, jika
ada orang yang membangun jembatan yang sangat besar
melintas sungai, jika tanpa ilmu jembatan tersebut bisa runtuh
dan menewaskan orang yang melewatinya. Begitu pula jika kita
shalat tanpa ilmu, maka shalat kita bisa keliru. Mungkin ada
rukun yang keliru atau malah tidak dikerjakan sama sekali.
a. Larangan Taqlid atau Membebek tanpa Ilmu
Dalam Islam kita dilarang membebek/taqlid meski kita
mengikuti ulama:
Belajar Iman, Islam, dan Ihsan
Menuntut Ilmu itu Wajib 17
”Janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya...” [Al Israa’:36]
Kenapa? Itu sudah dijelaskan ayat di atas. Apalagi ulama juga
banyak yang berbeda pendapat. Bahkan Imam Al Ghazali
mengatakan ada 2 ulama yaitu ulama akhirat (yang benar) dan
ulama su’ (jahat) yang justru menyesatkan manusia.
Celaka atas umatku dari ulama yang buruk. (HR. Al Hakim)
Sesatnya ummat Yahudi dan Nasrani karena mereka taqlid
kepada ulama mereka sehingga ketika para ulama mereka
mengharamkan yang halal atau menghalalkan yang haram,
mereka pun mengikutinya:
”Mereka menjadikan orang-orang alimnya dan rahib-rahib
mereka sebagai tuhan selain Allah...[At Taubah:31]
”Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian
besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib
Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan
batil dan mereka menghalang-halangi manusia dari jalan
Allah...” [At Taubah:34]
Tentu anda bertanya, ”Saya kan masih awam. Kalau saya tidak
mengikuti ulama bagaimana?” Belajar pada ulama yang lurus
itu wajib. Tapi anda harus dapat dalil Al Qur’an dan Hadits dari
guru anda. Bukan sekedar ucapan guru anda belaka. Sebab
sumber pedoman dalam Islam hanya Al Qur’an dan Hadits.
Belajar Iman, Islam, dan Ihsan
Ada pun pendapat selain Allah dan Nabi itu tidak maksum.
Sering salah dan berbeda-beda antara satu ulama dengan
ulama lainnya. Anda bisa memeriksa kebenaran ajaran guru
anda dengan memeriksa dalil Al Qur’an dan Hadits yang dia
berikan.
“Katakanlah, ‘Taatilah Allah dan Rasul-Nya! Jika kamu
berpaling, maka sesungguhnya Allah tidak menyukai
orang-orang kafir.” (Q.S. Ali Imran: 32)
“Aku tinggalkan dua perkara untuk kalian. Selama kalian
berpegang teguh dengan keduanya tidak akan tersesat
selama-lamanya, yaitu Kitabullah dan Sunnahku...” [HR
Imam Malik]
Guru yang baik akan memberikan anda dalil Al Qur’an dan
Hadits untuk setiap ilmu agama yang dia berikan. Sebagai
contoh, dalil untuk mengerjakan shalat dan membayar zakat
adalah:
”Dirikanlah shalat, tunaikanlah zakat dan ruku'lah beserta
orang-orang yang ruku'” [Al Baqarah:43]
Ada baiknya anda berguru pada banyak guru sebagaimana
Imam Malik yang sampai mempunyai 900 guru sehingga bisa
membandingkan ajaran guru yang satu dengan yang lainnya
dan memilih dalil mana yang terkuat.
Belajar Iman, Islam, dan Ihsan
b. Ilmu yang Wajib Kita Pelajari adalah Ilmu yang
Bermanfaat
Anas ra berkata: Rasulullah SAW berdoa: "Ya Allah,
manfaatkanlah untuk diriku apa yang telah Engkau ajarkan
kepadaku, ajarilah aku dengan apa yang bermanfaat bagiku,
dan limpahkanlah rizqi ilmu yang bermanfaat bagiku)." Riwayat
Nasai dan Hakim.
Menurut Imam Al Ghazali dalam kitab Ihya’ ’Uluumuddiin,
mempelajari ilmu agama tentang kewajiban agama, serta
halal/haram adalah fardlu ’ain. Artinya setiap Muslim wajib
mempelajarinya. Contohnya karena sholat itu wajib, kita harus
mempelajari shalat. Segala macam yang berkaitan dengan
sahnya sholat seperti wudlu dan mandi junub juga harus kita
pelajari. Sebab jika kita junub dan tidak tahu cara mandi junub
sehingga kita berhadats besar, maka segala sholat yang kita
lakukan sia-sia karena bersih dari segala najis dan hadats itu
adalah syarat sahnya shalat.
Padahal Shalat itu tiang agama. Shalat adalah amal yang
pertamakali diperiksa di Hari Kiamat. Jika shalatnya rusak,
meski amalan yang lain sangat baik, otomatis ke neraka.
Bagaimana jika shalat kita masih belum betul? Jawabannya
kita harus selalu belajar/mengaji kepada para ustadz. Sebab
selama kita masih menuntut ilmu, Allah masih memaklumi. Tapi
Belajar Iman, Islam, dan Ihsan
jika sudah salah tidak mau belajar, ini adalah calon yang tepat
untuk menghuni neraka....
Ada pun ilmu-ilmu lain seperti Ilmu Kedokteran agar kita bisa
menolong orang sakit atau ilmu Peperangan agar dapat
mempertahankan negara itu adalah Fardlu ’Ain. Jika semua
Muslim tidak melakukannya, semua berdosa. Tapi jika ada
beberapa orang yang mengerjakannya, semua terbebas dari
kewajiban itu.
Ilmu yang tidak bermanfaat bahkan membawa mudlarat seperti
ilmu sihir, ilmu ramal/nujum haram untuk dipelajari dan
diamalkan.
c. Ilmu harus Segera Diamalkan/Dikerjakan
Ilmu jika tidak diamalkan akan sia-sia. Tidak ada manfaat.
Orang yang sudah capek-capek belajar ilmu kedokteran
kemudian tidak memanfaatkannya untuk menolong orang
sebagai dokter maka ilmu itu tidak bermanfaat baginya. Jika
kita belajar doa ”Bismillahi tawakkaltu...” ketika akan bepergian
kemudian tidak membacanya maka ilmu itu tak bermanfaat
bagi kita.
Ilmu begitu didapat harus langsung diamalkan. Sebab jika
menunggu banyak kemudian baru mengamalkannya, itu
sangat...sangat berat.
Belajar Iman, Islam, dan Ihsan
Menuntut Ilmu itu Wajib 21
Seorang alim yang tidak beramal seperti lampu yang
membakar dirinya sendiri (HR Ad-Dailami)
„Sesungguhnya orang-orang yang beriman dan
mengerjakan amal-amal yang saleh bagi mereka surga yang
mengalir di bawahnya sungai-sungai; itulah keberuntungan
yang besar.“ [Al Buruuj:11]
Di dalam Al Qur’an banyak ayat yang menulis bahwa orang
yang beriman dan beramal kebaikan akan masuk surga. Orang
yang tidak beramal akan merugi. Orang yang punya ilmu tapi
tidak mengamalkannya itu seperti pohon yang tidak berbuah.
Tidak ada manfaatnya.
d. Setelah Mengamalkan Ilmu, Ajarkan Ilmu ke Orang Lain
Setelah kita mengamalkan ilmu kita, kita juga wajib untuk
mengajarkannya.
Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah
pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla, dan
mengajarkannya kepada orang yang tidak mengetahuinya
adalah sodaqoh. Sesungguhnya ilmu pengetahuan
menempatkan orangnya, dalam kedudukan terhormat dan
mulia (tinggi). Ilmu pengetahuan adalah keindahan bagi ahlinya
di dunia dan di akhirat. (HR. Ar-Rabii')
Wahai Abu Dzar, kamu pergi mengajarkan ayat dari
Kitabullah lebih baik bagimu daripada shalat sunnah
Belajar Iman, Islam, dan Ihsan
Menuntut Ilmu itu Wajib 22
seratus rakaat. Pergi mengajarkan satu bab ilmu lebih baik
daripada shalat seribu raka'at. (HR. Ibnu Majah)
Itulah keutamaan mengajarkan ilmu. Jika kita tidak
mengajarkannya atau merahasiakannya resikonya sebagai
berikut:
Barangsiapa ditanya tentang suatu ilmu lalu
dirahasiakannya maka dia akan datang pada hari kiamat
dengan kendali di mulutnya dari api neraka. (HR. Abu
Daud)
e. Ajarkan Ilmu Tauhid ke Lingkungan Terdekat
Hendaknya kita mengajarkan Tauhid ke lingkungan
terdekat kita. Sebagai contoh, Luqman mengajarkan
anaknya agar tidak mempersekutukan Allah:
„Luqman berkata kepada anaknya, di waktu ia memberi
pelajaran kepadanya: "Hai anakku, janganlah kamu
mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan
Allah adalah benar-benar kezaliman yang besar." [Luqman:13]
f. Kerjakan Lebih Dulu Sebelum Anda Mengajarkan Ilmu
ke Orang Lain
„Mengapa kamu suruh orang lain berbuat baik, sedang
kamu sendiri tidak mengerjakannya?...“ [Al Baqarah:44]
Belajar Iman, Islam, dan Ihsan
Menuntut Ilmu itu Wajib 23
Itu adalah kecaman Allah terhadap orang yang sering ceramah
agar manusia berbuat baik sedang dia sendiri tidak
mengerjakan apa yang diceramahkannya.
Mengerjakan kebaikan memang hal yang sulit. Semoga Allah
SWT memberi kita kekuatan untuk melakukan itu.
Amal harus sesuai dengan ilmu. Ulama yang tidak
mengerjakan ilmunya, apalagi itu menyangkut hal yang wajib
atau haram, maka dosanya dua kali lipat dibanding dengan
orang yang biasa.
Orang yang paling pedih siksaannya pada hari kiamat ialah
seorang alim yang tidak mengamalkan ilmunya. (HR Al-
Baihaqi)
Ilmu yang Bermanfaat jika Sudah Dipelajari Harus
Diimani/diyakini Kebenarannya. Kemudian Diamalkan.
Setelah itu Diajarkan


" Seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. " ( Qaaf ayat 17 - 18 )

SURAT AL-LAHAB DAN AL-KAFIRUN

SURAT AL-LAHAB DAN AL-KAFIRUN


Pelajaran 1 disini filenya
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat :
1. Membaca surat al-Lahab dan al-Kafirun dengan lancar
2. Mengartikan surat al-Lahab dan al-Kafirun dengan lancar


A. Membaca Surat al-Lahab dan al-Kafirun
Sebelum membaca al-Qur’an, ada beberapa hal yang perlu kita ketahui :
1. Berwudhu terlebih dahulu sebelum membaca al-Qur’an.
2. Bacalah dengan khusyu, tartil dan fasih sesuai dengan tajwid.
3. Surat al-Lahab dan al-Kafirun tergolong surat Makkiyah, karena diturunkan di kota Mekkah.
4. Jumlah ayat surat al-Lahab ialah 5 ayat, sedangkan surat al-Kafirun ialah 6 ayat.
5. Al-Lahab artinya gejolak api, sedangkan al-Kafirun artinya orang-orang kafir.
6. Awali membaca al-Qur’an dengan ta’awudz dan basmalah.
Baca dan hafalkanlah surat al-Lahab dan al-Kafirun di bawah ini dengan bacaan yang baik dan benar.
1. Bacaan Surat al-Lahab

A’uudzu billaahi minas syaithaanir rajiim


1. Tabbat yadaa abii lahabiw watabb
2. Maa aghnaa anhu maa luhuu wa maa kasab
3. Sayashlaa naaran dzaata lahab
4. Wamra atuhuu hammaa latal hatab
5. Fii jiidihaa hablum mim masad

2. Bacaan Surat al-Kafirun

A’uudzu billaahi minas syaithaanir rajiim

Bismillaahir rahmaanir rahiim

1. Qul yaa ayyuhal kaafiruun

2. Laa a’budu maa ta’buduun

3. Walaa antum ‘aabiduuna maa a’bud

4. Walaa ana ‘aabidum maa ‘abattum

5. Walaa antum ‘aabiduuna maa a’bud

6. Lakum diinukum waliyadiin.

B. Mengartikan Surat al-Lahab dan al-Kafirun
Mengartikan al-Qur’an sangat penting untuk kita pelajari, sebab dengan mengetahui arti ayat al-Qur’an maka kita akan mengetahui serta memahami makna yang terkandung dalam ayat yang kita baca.
Berikut terjemahan arti dari surat al-Lahab dan al-Kafirun :
1. Arti Surat al-Lahab

Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

1. Celakalah kedua tangan Abu Lahab dan celakalah dia

2. Harta bendanya dan apa yang diusahakan tidak berguna bagi dirinya

3. Ia akan masuk api yang menyala-nyala

4. (Demikian pula) istrinya pembawa kayu bakar

5. Yang dilehernya ada tali dari sabut.
Surat al-Lahab menempati urutan ke-111 dalam al-Qur’an, berjumlah 5 ayat, dan diturunkan sesudah surat al-Fath. Nama surat al-Lahab diambil dari kata “Lahab” yang artinya nyala atau gejolak api yang terdapat pada ayat ketiga surat tersebut. Surat al-Lahab disebut juga dengan nama surat al-Masad.
Isi pokok surat al-Lahab menceritakan tentang Abu Lahab dan istrinya yang selalu menentang ajaran Islam yang dibawa Nabi Muhammad saw. Dalam ayat tersebut dijelaskan bahwa mereka berdua akan celaka, yakni akan dimasukkan Allah swt ke dalam api neraka yang panas apinya bergejolak. Segala harta benda dan apapun yang diusahakan keduanya tidak berguna untuk menyelamatkan mereka dari adzab Allah swt.
Khusus pada ayat keempat yang artinya “pembawa kayu bakar” dalam bahasa Arab mengandung kiasan yang artinya penyebar fitnah. Maksudnya istri Abu Lahab adalah tipe wanita yang kian kemari sibuk menyebarkan fitnah kepada semua orang untuk menjelek-jelekkan Nabi Muhammad saw dan kaum Muslimin.
2. Arti Surat al-Kafirun

Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang

1. Katakanlah, hai orang-orang kafir

2. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah

3. Dan kamu bukan penyembah Tuhan yang aku sembah

4. Dan aku tidak pernah menjadi penyembah apa yang kamu sembah

5. Dan kamu tidak pernah menjadi penyembah Tuhan yang aku sembah

6. Untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku.

Surat al-Kafirun menempati urutan ke-109 dalam susunan al-Qur’an, berjumlah 6 ayat dan diturunkan sesudah surat al-Ma’un. Surat al-Kafirun merupakan penegasan bahwa Rasulullah saw tidak akan mengikuti agama orang kafir, sekaligus sebagai isyarat tentang habisnya semua harapan orang-orang kafir dalam usaha mereka mempengaruhi Nabi Muhammad saw agar meninggalkan dakwahnya.
Pada mulanya orang-orang kafir Mekkah menawarkan dan mengajak Nabi Muhammad saw dan para pengikutnya untuk menyembah Tuhan mereka (berhala), serta mereka berjanji akan melakukan hal yang sama, yakni menyembah Tuhannya ummat Islam. Akan tetapi ajakan mereka langsung ditolak dengan tegas oleh Nabi Muhammad saw melalui surat ini.
Pada ayat terakhir ditegaskan bahwa untukmulah agamamu dan untukkulah agamaku, sehingga habislah harapan mereka dalam usaha mempengaruhi Nabi saw dan para pengikutnya.

C. Hadits Tentang Persaudaraan Muslim






























Rangkuman


1. Surat al-Lahab dan al-Kafirun keduanya tergolong surat Makkiyah.
2. Surat al-Lahab terdiri atas 5 ayat, sedangkan al-Kafirun ada 6 ayat.
3. Al-Lahab artinya nyala atau gejolak api, sedang al-Kafirun artinya orang-orang kafir.
4. Nama surat al-Lahab terdapat pada akhir ayat ketiga, sedangkan surat al-Kafirun pada akhir ayat pertama.
5. Kandungan surat al-Lahab berisi tentang kisah Abu Lahab dan istrinya yang menentang ajaran Islam dan berusaha menghalang-halangi dakwah Nabi saw.
6. Kandungan surat al-Kafirun berisi tentang kisah orang-orang kafir yang berusaha untuk menawarkan dan mengajak Nabi Muhammad saw untuk menyembah Tuhan mereka, dan mereka akan menyembah Tuhan yang disembah ummat Islam.
7. Ketegasan Nabi Muhammad saw dalam menolak segala sesembahan selain Allah swt.
8. Sebelum membaca al-Qur’an biasakan berwudhu terlebih dahulu, dan awali bacaan al-Qur’an dengan membaca ta’awudz dan basmalah.

























KITAB-KITAB ALLAH


Pelajaran 2
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat :
1. Menyebutkan kitab-kitab Allah swt dan Rasul-rasul yang menerimanya
2. Mengetahui kandungan beriman kepada kitab-kitab Allah swt
3. Menjelaskan faedah beriman kepada kitab-kitab Allah swt


A. Menyebutkan Nama-nama Kitab Allah swt
Kitab suci adalah kumpulan wahyu atau firman Allah swt yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul sesuai kehendak-Nya. Tujuan Allah swt menurunkan kitab suci adalah agar dapat dijadikan pedoman hidup bagi ummat manusia agar selamat di dunia dan akhirat.
Secara umum isi kandungan kitab-kitab yang diturunkan Allah swt kepada para Nabi dan Rasul adalah :
1. Perintah untuk mentauhidkan (mengesakan) Allah swt.
2. Aturan yang baik dan buruk dalam kehidupan manusia.
3. Peristiwa masa lalu untuk dijadikan ibrah (pelajaran).
4. Peringatan dan kabar gembira.
Sebagai seorang muslim kita wajib mengimani kitab-kitab yang Allah swt turunkan kepada para Nabi dan Rasul-Nya. Adapun kitab-kitab yang Allah swt turunkan terdiri dari shuhuf (lembaran-lembaran suci) dan empat buah kitab suci, yaitu sebagai berikut :
1. Shuhuf artinya lembaran-lembaran suci, yaitu lembaran-lembaran yang diberikan kepada Nabi Ibrahim dan Nabi Musa ‘alaihimassalam.
2. Zabur artinya puji-pujian, yaitu kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Daud as.
3. Taurat artinya perjanjian lama, yaitu kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Musa as.
4. Injil artinya perjanjian baru, yaitu kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Isa as.
5. Al-Qur’an artinya bacaan, yaitu kitab suci yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
Untuk mempermudah menghafal nama-nama kitab tersebut di atas, bisa dihafal dengan cara menyingkatnya dengan kata-kata :

ZA = Zabur
TA = Taurat
IN = Injil
QU = Qur’an
Kitab suci diturunkan Allah swt kepada para Nabi dan Rasul sebagai bukti bahwa mereka adalah benar sebagai Nabi dan Rasul Allah swt. Kitab-kitab suci tersebut diturunkan kepada para Nabi dan Rasul sesuai dengan kondisi dan situasi pada saat itu, hanya al-Qur’an saja sebagai kitab suci terakhir yang bisa digunakan sepanjang masa sampai hari akhir, sebab al-Qur’an adalah penyempurna kitab-kitab sebelumnya.
Berikut ini nama-nama kitab suci Allah swt yang diturunkan kepada para Nabi dan Rasul-Nya :
1. Shuhuf
Kumpulan wahyu Allah swt yang diberikan kepada Nabi Ibrahim as dan Musa as yang berupa lembaran-lembaran suci.
2. Kitab Zabur
Kitab suci yang diturunkan Allah swt kepada Nabi Daud as yang berisi tentang do’a dan pujian kepada Tuhan (Mazmur) tentang segala nikmat yang dianugerahkan Allah swt kepada hamba-hamba-Nya.
3. Kitab Taurat
Taurat artinya syari’at atau hukum. Kitab Taurat merupakan kitab suci yang diturunkan Allah swt kepada Nabi Musa as yang berisi sepuluh firman atau hukum Allah swt, di antaranya mengakui keesaan Allah swt, larangan menyembah berhala, larangan menyebut nama Allah swt dengan sia-sia, memulyakan hari Sabtu, menghormati Ibu, dan larangan menguasai milik orang lain.
4. Kitab Injil
Kata Injil berasal dari bahasa Yunani artinya kabar gembira, maksudnya Nabi Isa as menggembirakan ummatnya dengan berita akan datangnya nabi akhir zaman, yakni Nabi Muhammad saw.
Kitab Injil berisi firman-firman Allah swt yang mengajarkan kebersihan jiwa raga dari nafsu dunia, maksudnya ajaran yang bersifat zuhud atau tidak mengutamakan urusan dunia.
5. Kitab Al-Qur’an
Al-Qur’an merupakan kitab suci terakhir yang Allah swt turunkan kepada nabi akhir zaman, yakni Nabi Muhammad saw untuk menyempurnakan kitab-kitab sebelumnya.
Al-Qur’an secara bahasa artinya bacaan, sedangkan secara istilah adalah kitab suci yang diturunkan Allah swt kepada Nabi Muhammad saw sebagai pedoman hidup dan membacanya merupakan ibadah.
Kitab suci al-Qur’an berisi tentang aqidah, akhlak, ibadah, syariat, muamalah, seruan, peringatan dan kabar gembira, serta perintah dan larangan.

B. Mengetahui Kandungan Beriman kepada Kitab-kitab Allah swt
Al-Qur’an diturunkan pertama kali ketika Nabi saw sedang berkhalwat (mengasingkan diri) di Gua Hira yang berada di Bukit Jabal Nur di luar kota Mekkah. Surat yang pertama kali turun ialah surat al-‘Alaq ayat 1-5 pada bulan Ramadhan atau sekitar bulan Agustus 610 M. Diturunkan oleh Malaikat Jibril as yang datang sambil memeluk Nabi Muhammad saw seraya mengajarkan Nabi untuk mengikuti apa yang diucapkannya dari Rabbnya.
Firman Allah swt :


Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah dan Tuhanmulah yang Maha Mulia. Yang mengajar (manusia) dengan perantaraan kalam. Dia mengajarkan manusia apa yang tidak diketahuinya. (QS. al-‘Alaq : 1-5)
Dengan diterimanya wahyu pertama, maka resmilah beliau menjadi seorang Rasul, sebab wahyu yang pertama sebagai pertanda kenabiannya.
Adapun isi kandungan al-Qur’an meliputi :
1. Aqidah, tentang ketauhidan atau keimanan kepada Allah swt.
2. Ibadah, tentang cara-cara ibadah atau pengabdian kepada Allah swt.
3. Syari’ah, tentang hukum-hukum Allah swt.
4. Muamalah, tentang hubungan manusia dengan sesama dan hubungan manusia dengan alam sekitarnya.
5. Akhlak, tentang tata cara bagaimana seorang Muslim bersikap, bertingkah laku, dan berbuat dalam kehidupan di dunia.
6. Peringatan, kabar gembira, seruan, dan larangan.
Al-Qur’an merupakan pokok atau sumber utama aturan dalam ajaran Islam. Al-Qur’an merupakan sumber hukum dari segala hukum yang berlaku dalam agama Islam. Maka kita semua wajib mengimaninya, salah satu di antaranya dengan mengamalkan isi kandungan al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari.
Ada beberapa nama lain al-Qur’an di antaranya :
1. Al-Huda, artinya petunjuk ke jalan yang lurus.
2. Al-Kitab, artinya kitab yang berisi firman Allah swt.
3. Al-Furqan, artinya pembeda antara yang baik dan buruk.
4. Al-Bayan, artinya yang menjelaskan segala persoalan.
5. Az-Zikru, artinya peringatan.
6. Al-Karim, artinya yang mulia.

C. Faedah Beriman kepada Kitab-kitab Allah
Sebagaimana diketahui bahwa beriman kepada kitab-kitab Allah swt yang telah diturunkan kepada para Nabi dan Rasul-Nya merupakan suatu kewajiban sebagai seorang muslim, karena beriman kepada kitab-kitab Allah swt adalah rukun iman yang ketiga.
Beriman kepada kitab-kitab-Nya dapat menambah ketaqwaan kita kepada Allah swt, di antaranya :
1. Kita mengimani bahwa Allah swt telah menurunkan kitab-kitabNya kepada para Nabi dan Rasul.
2. Kitab-kitab yang diturunkan oleh Allah swt menjadi pedoman bagi orang hidup yang berusaha mengamalkannya.
3. Para Rasul mengajarkan kebenaran dan membersihkan ummat mereka dari berbagai bentuk kesyirikkan dengan kitab-kitab yang Allah swt turunkan.
Iman kepada kitab-kitab mengandung empat unsur :
1. Mengimani bahwa benar-benar diturunkan dari Allah swt.
2. Mengenali kitab-kitab yang sudah kita kenali nama-namanya.
3. Membenarkan semua beritanya yang benar.
4. Mengerjakan seluruh hukum yang belum di nasakh (dihapus).
Firman Allah swt :


Artinya : Dan Kami telah turunkan kepadamu al-Qur’an dengan membawa kebenaran, membenarkan apa yang sebelumnya yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan sebagai batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain. (QS. al-Maidah : 48)
Adapun buah iman kepada kitab-kitab Allah swt sebagai berikut :
1. Mengetahui perhatian Allah swt terhadap hamba-hambaNya sehingga menurunkan kitab yang menjadi hidayah bagi setiap kaum.
2. Mengetahui hikmah Allah swt dalam syara’atau hukumNya, sehingga menetapkan hukum yang sesuai dengan tingkah laku setiap ummat, seperti firman Allah swt :

Artinya : ...untuk tiap-tiap ummat di antara kamu, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. (QS. al-Maidah : 48)
3. Mensyukuri nikmat Allah swt.


Rangkuman
1. Kitab suci adalah kumpulan wahyu / firman Allah swt.
2. Secara umum kitab suci berisi seruan tentang : keesaan Allah swt, peraturan yang baik dan buruk, cerita masa lalu, dan peringatan.
3. Ada empat kitab suci Allah swt yang wajib diimani, yaitu : Zabur, Taurat, Injil, dan al-Qur’an.
4. Nama lain al-Qur’an diantaranya : al-Huda, al-Kitab, al-Furqan, al-Bayan, az-Zikru, dan al-Karim.
5. Kemurnian dan kesucian al-Qur’an akan tetap terjaga hingga akhir zaman.
6. Wahyu pertama yang diterima Nabi Muhammad saw adalah surat al-‘Alaq ayat 1-5, sedangkan wahyu terakhir yang diterima Nabi Muhammad saw adalah surat al-Maidah ayat 3.
7. Beriman kepada kitab-kitab Allah swt merupakan rukun iman yang ketiga, sehingga setiap muslim wajib mengimaninya.
KISAH RASUL-RASUL ULUL AZMI


Pelajaran 3
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat :
1. Menceritakan kisah Nabi Nuh as
2. Menceritakan kisah Nabi Ibrahim as
3. Menceritakan kisah Nabi Musa as
4. Menceritakan kisah Nabi Isa as
5. Menceritakan kisah Nabi Muhammad saw.


A. Menceritakan Kisah Nabi Nuh as



B. Menceritakan kisah Nabi Ibrahim as


C. Menceritakan kisah Nabi Musa as
Nabi Musa as dilahirkan di negeri Mesir pada zaman pemerintahan Raja Fir’aun. Fir’aun adalah seorang raja kafir, sangat kejam dan zhalim, bahkan menganggap dirinya sebagai Tuhan penguasa alam.
Syahdan, pada suatu malam Fir’aun bermimpi bahwa mahkota yang dipakainya hilang. Fir’aun lalu memanggil semua ahli nujum untuk dapat menakwilkan mimpinya. Dari keterangan ahli nujum meramalkan bahwa pada suatu saat kekuasaan raja terancam, maka Fir’aun memerintahkan kepada bala tentaranya agar setiap bayi laki-laki yang lahir di negerinya harus dibunuh.
Ketika bayi laki-laki putra Imran dan Yukabad yang bernama Musa lahir dan telah berusia 3 bulan, maka Allah swt memberikan ilham kepada Yukabad agar bayinya disembunyikan dalam peti dan dihanyutkan ke sungai Nil. Dalam melaksanakan perintah tersebut ibunda Musa tidak boleh bersedih hati dan cemas, karena Allah swt menjamin akan mengembalikan bayinya dan kelak akan menjadi seorang nabi dan rasul Allah swt.
Selanjutnya, peti yang dihanyutkan itu ditemukan oleh istri Fir’aun yang bernama Asiah yang ketika itu sedang bersantai bersama dayangnya di tepi sungai Nil, bayi itu diambil dan dijadikan sebagai anak angkatnya.
Hampir saja bayi tersebut dibunuh oleh Fir’aun tetapi dicegah oleh istrinya, sebab ia tidak punya anak dan ia sangat sayang kepada bayi itu. Kejadian aneh yakni ketika bayi itu menangis, istri Fir’aun segera mencari seorang wanita untuk menyusukannya, namun setiap wanita yang disuruh tidak dapat menyusukannya. Akhirnya ada seorang ibu yang dapat menyusukannya dan ternyata ibu yang dapat menyusukannya adalah Yukabad ibunya sendiri.
Berikut kisah-kisah perjalanan Nabi Musa as :
1. Mukjizat Nabi Musa as
Sedikitnya ada 5 macam mukjizat yang diberikan Allah swt kepada Nabi Musa as, di antaranya sebagai berikut :
a. Atas perintah Allah swt tongkat yang dipukulkan Nabi Musa as ke Laut Merah, tiba-tiba laut membelah dan membentuk jalan raya. Nabi Musa as bersama kaumnya berhasil menyeberang ke lautan dan selamat dari kejaran tentara Fir’aun, sementara Fir’aun dan tentaranya tenggelam ditelan Laut Merah.
b. Sesuai keterangan surat al-A’raf ayat 160 bahwa tongkat yang dipukulkan Nabi Musa as ke sebuah batu dan dari batu besar itu memancarlah air.
c. Dalam surat al-A’raf ayat 107, 117-120 diterangkan bahwa tongkat Nabi Musa as yang dilemparkan berubah menjadi ular besar yang menelan ribuan ular-ular kecil yang dibikin oleh tukang sihir Fir’aun.
Firman Allah swt :


Artinya : Maka Musa melemparkan tongkatnya, lalu tiba-tiba tongkat itu menjadi ular besar. (QS. al-A’raf : 107)
d. Atas kehendak Allah swt gunung Sinai mampu diangkat oleh Nabi Musa as.
e. Dikirimnya belalang, kutu, katak, dan darah ke tengah-tengah kaum Raja Fir’aun.
2. Nabi Musa as dengan Bani Israil
Nabi Musa as dan pengikutnya menyeberangi lautan yang telah terbelah menjadi jalan raya, Fir’aun dan tentaranya mengejar mengikuti jalan raya itu. Namun setelah mereka berada di tengah-tengah jalan raya itu, tiba-tiba laut yang terbelah itu berubah kembali menyatu dan akhirnya tenggelamlah Fir’aun dan semua bala tentaranya. Sementara atas izin Allah swt Nabi Musa as dan pengikutnya berhasil selamat menyeberangi Laut Merah.
3. Nabi Musa as dengan lembu betina
Dikisahkan pada suatu hari telah terjadi pembunuhan karena harta pusaka, tidak diketahui siapa pelakunya. Nabi Musa as memerintahkan untuk menyembelih seekor lembu betina, setelah lembu itu disembelih dan diambil ekornya, lalu dipukulkan pada mayat. Atas izin Allah swt mayat itu hidup kembali dan berkata : yang membunuh aku adalah anakku sendiri. Setelah mayat itu berbicara akhirnya mati kembali.
Firman Allah swt :


Artinya : Lalu Kami berkata : pukullah mayat itu dengan sebagian dari anggota sapi betina itu. Demikianlah Allah swt menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasaanNya agar kamu mengerti. (QS. al-Baqarah : 73)
4. Nabi Musa as dengan Khidir as
Sehebat apapun Nabi Musa as beliau juga seorang manusia yang tentunya juga punya kekurangan atau kelemahan, untuk itu Allah swt memerintahkan agar beliau menemui seorang hamba Allah swt yang shaleh sekaligus hamba yang dikaruniai lautan ilmu.
Setelah sekian lama dalam pencarian, akhirnya Nabi Musa as bertemu dengan seorang hamba yang dimaksud, hamba mulia tersebut tiada lain adalah Khidir as. Ada yang berpendapat bahwa beliau adalah seorang nabi, namun ada juga yang berpendapat bahwa beliau bukan nabi tetapi seorang hamba shaleh yang dikaruniai begitu banyak ilmu dari Allah swt.
Ketika Nabi Musa as telah mengemukakan maksud dan tujuan untuk berguru kepada beliau, maka Khidir as berpesan kepada Nabi Musa as agar tidak menanyakan segala perbuatan yang dilakukannya sebelum waktunya beliau menerangkan dan menjelaskan.
Adapun perbuatan-perbuatan Khidir as yang dipesan supaya jangan ditanyakan sebelum dijelaskan adalah sebagai berikut :
a. Pertama, Khidir as mengambil beberapa papan geladak kapal yang sedang ditumpangi, kemudian melubangi kapal itu. Nabi Musa as keheranan dan bertanya : Mengapa engkau lubangi kapal itu, hai Khidir ? Khidir as tidak menjawab dan berkata : Bukankah sudah kukatakan bahwa engkau tidak akan sabar mengikuti aku ?
b. Kedua, Khidir as membunuh seorang anak kecil. Kembali Nabi Musa as dibuat heran, bahkan ini dianggap perbuatan mungkar, lalu bertanya : Mengapa engkau bunuh anak yang masih suci tanpa dosa, hai Khidir ? Khidir as berkata : Bukankah sudah kukatakan bahwa engkau tidak akan sabar bersamaku ?
c. Ketiga, Khidir as mengajak Nabi Musa as untuk menegakkan dinding, memperbaiki sebuah bangunan yang telah roboh, sedang beliau tidak meminta upah. Nabi Musa as semakin heran dan bertanya : Mengapa engkau tidak mau meminta upah memperbaiki bangunan rusak itu, hai Khidir ? Setelah tiga kali Nabi Musa as melanggar janjinya untuk tidak menanyakan perbuatan yang dilakukan Khidir as sebelum beliau menjelaskan dan menerangkannya, akhirnya Khidir as pergi dan meninggalkan Nabi Musa as.
Namun sebelum berpisah Khidir as sempat menjelaskan maksud dan tujuan melakukan tindakan-tindakan itu, yakni :
a. Perbuatan pertama, karena di negeri itu ada raja yang suka merampas kapal milik rakyat. Kapal yang dilubangi adalah milik orang yang sangat miskin dan merupakan kapal satu-satunya yang bisa dijadikan sumber penghasilan bagi keluarganya, karena itu kapal dilubangi agar tidak dirampas oleh raja yang zhalim itu.
b. Perbuatan kedua, karena anak kecil itu kelak akan membuat fitnah bagi kedua orang tuanya apabila dia sudah dewasa.
c. Perbuatan ketiga, karena bangunan itu milik anak yatim. Di bawah rumah tersebut tersimpan harta pusaka yang banyak agar kelak ia dapat mengambil harta pusakanya di bawah tembok yang diperbaiki itu.
Semua yang dilakukan Khidir as bukan atas kemauan dan kehendak sendiri, melainkan tuntunan wahyu Allah swt. Hal itu agar menjadi pelajaran yang berharga bagi ummat Nabi Musa as kelak.
Untuk kesempurnaan tugasnya sebagai seorang Rasul, Nabi Musa as melanjutkan perjalanan ke Bukit Sina, dimana setelah 40 malam beliau di bukit itu, akhirnya beliau menerima kitab suci Taurat. Selama kepergian beliau ummatnya banyak yang murtad, padahal beliau sudah meminta bantuan kepada saudaranya yaitu Nabi Harun as.
Sebagian ummatnya menyembah patung anak sapi dari emas yang dapat berbicara. Patung tersebut adalah hasil karya pematung bernama Samiri, yang akhirnya berhasil diusir oleh Nabi Musa as.
D. Menceritakan kisah Nabi Isa as
1. Ibunda Nabi Isa as
Ibunda Nabi Isa as bernama Maryam, beliau adalah seorang wanita yang suci dan mulia hatinya. Maryam adalah putri dari pasangan Imran dan Hannah, suatu pasangan keluarga terkemuka dari kalangan Bani Israil di negeri Palestina.
Sudah sekian lama pasangan Imran dan Hannah belum dikaruniai seorang anak, padahal segala macam usaha dan do’a sudah dilakukannya. Akhirnya Allah swt mengabulkan do’a keduanya, dan Hanna pun hamil. Imran bernazar kepada Allah swt jika istrinya melahirkan anak, maka anaknya akan mengabdi di Baitul Makdis, yaitu sebuah tempat suci orang Palestina.
Anak yang terlahir seorang perempuan dan diberi nama Maryam. Sejak kecil Maryam sudah menjadi anak yang taat dan patuh kepada kedua orang tuanya, rajin beribadah, dan halus budi bahasanya. Setelah ayahnya wafat, Maryam dipelihara oleh pamannya bernama Zakariya, seorang nabi bagi kaum Bani Israil. Sesuai nazar ayahnya, Maryam ditempatkan di ruangan khusus di Baitul Makdis untuk beribadah, bermunajat dan berkhalwat.
Pernah di suatu saat Nabi Zakaria as menjumpai di tempat mihrab Maryam ada banyak buah-buahan yang pada masa itu bukan musim berbuah, itulah hidangan yang Allah swt turunkan dari langit.
2. Kelahiran Nabi Isa as
Suatu saat datanglah Malaikat Jibril as yang menjelma menjadi manusia, seraya mengabarkan kepada Maryam bahwa ia akan melahirkan seorang anak laki-laki. Maryam bertanya kepada Malaikat Jibril as : Bagaimana mungkin aku bisa memperoleh seorang anak, sedang aku belum pernah tersentuh seorang laki-laki dan aku bukanlah seorang wanita yang jahat ? Malaikat Jibril as menjawab : Ini adalah kehendak Tuhanmu, dan bagiNya hal itu adalah sangat mudah, karena tidak ada sesuatu yang mustahil dalam kekuasaanNya. Allah swt telah mentakdirkan itu untuk dijadikannya suatu tanda kebesaran dan kekuasaanNya, serta sebagai rahmat bagi manusia dan hamba-hambaNya.
Benar saja akhirnya Maryam mengandung, dan ketika kandungannya telah mencapai 9 bulan, Maryam pergi meninggalkan desanya untuk menghindari fitnah. Di bawah pohon kurma di daerah Betlehem Maryam beristirahat dan disitulah Nabi Isa as dilahirkan.
Berita tentang Maryam melahirkan terdengar oleh seluruh penduduk Palestina, yang kemudian mereka marah dan bertanya : Hai Maryam, dari siapa engkau peroleh anak ini ? Maryam diam membisu dan atas kekuasaan Allah swt justru bayinya yang menjelaskan : Sesungguhnya aku ini hamba Allah swt. Allah swt akan memberikan kepadaku sebuah kitab Injil dan menjadikan aku seorang nabi dan rasul. Aku diwasiatkan oleh Allah swt untuk mendirikan shalat, membayar zakat, berbakti kepa ibuku, dan aku tidak dijadikan orang yang sombong dan celaka.
Firman Allah swt :




Artinya : Berkata Isa as : Sesungguhnya aku ini hamba Allah swt. Dia memberiku al-Kitab (Injil) dan menjadikan aku seorang nabi, serta menjadikan aku seorang yang diberkahi di mana saja aku berada. Dia memerintahkan kepadaku mendirikan shalat, dan menunaikan zakat selama aku hidup, berbakti kepada ibuku, dan Dia tidak menjadikan aku seorang yang sombong lagi celaka. (QS. Maryam : 30-32)
3. Mukjizat Nabi Isa as
Di antara mukjizat yang Allah swt berikan kepada Nabi Isa as yaitu :
a. Salah satu manusia yang dikaruniai Allah swt dapat berbicara ketika masih bayi.
b. Membuat burung dari tanah, kemudian burung itu hidup dan terbang.
c. Dapat menghidupkan kembali orang yang sudah mati.
d. Dapat menyembuhkan orang buta sehingga dapat melihat kembali.
e. Dapat menyembuhkan penyakit lepra atau kulit.
f. Dapat menurunkan makanan dan hidangan dari langit.
4. Ajaran Nabi Isa as
Nabi Isa as diangkat menjadi nabi dan rasul pada usia 30 tahun. Adapun di antara ajaran yang menjadi tugas baginya yaitu :
a. Mengajarkan tauhid kepada ummatnya yakni Bani Israil.
b. Mengajak kaumnya beriman kepada Allah swt.
c. Mengajarkan agar senantiasa berbuat baik.
d. Menyuruh agar menjahui perbuatan jahat dan maksiat.
e. Mengembalikan Bani Israil agar kembali ke jalan yang benar.
Nabi Isa as sempat dikejar-kejar hendak dibunuh oleh raja yang tidak suka kepada dakwahnya, namun Allah swt berkehendak lain dengan mengangkat Nabi Isa as ke langit, dan menggantikannya dengan seorang laki-laki yang wajah dan tubuhnya sangat mirip dengan Nabi Isa as. Laki-laki tersebut bernama Yahuza, salah seorang murid Nabi Isa as yang berkhianat.
Firman Allah swt :


Artinya : Tetapi Allah swt telah mengangkat Nabi Isa as kepadaNya, dan Allah swt Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. an-Nisa : 158)

E. Menceritakan kisah Nabi Muhammad saw.






















Rangkuman


1. Ulul Azmi artinya ketabahan luar biasa yang dimiliki oleh para rasul dalam menegakkan agama Allah swt.
2. Rasul yang termasuk ke dalam ulul azmi ada 5, yaitu Nuh as, Ibrahim as, Musa as, Isa as, dan Muhammad saw.
3. Jumlah nabi itu pada dasarnya ada ribuan, namun yang wajib diketahui ada 25 nabi, sedangkan di antara 25 nabi tersebut terseleksi 5 yang terbaik yang tergabung dalam rasul-rasul ulul azmi.
4.
















































AKHLAK TERPUJI

Pelajaran 4
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat :
1. Meneladani akhlak Nabi Nuh as
2. Meneladani akhlak Nabi Ibrahim as
3. Meneladani akhlak Nabi Musa as
4. Meneladani akhlak Nabi Isa as
5. Meneladani akhlak Nabi Muhammad saw


A. Meneladani Akhlak Nabi Nuh as

B. Meneladani Akhlak Nabi Ibrahim as

C. Meneladani Akhlak Nabi Musa as
Sebagai seorang hamba dan rasul Allah swt, Nabi Musa as sangat masyhur pada zamannya. Hal itu terbukti sejak lahir sudah membuat gempar seluruh negeri Mesir. Berikut beberapa peristiwa yang dapat dijadikan keteladanan tentang perilaku Nabi Musa as :
1. Seorang bayi yang dimasukan ke dalam peti dan dihanyutkan ke sungai Nil ternyata masih selamat,ini termasuk peristiwa langka yang tanpa perlindungan dari Allah swt mustahil akan selamat.
2. Di saat raja Fir’aun sangat cemas terhadap kelahiran bayi laki-laki di negerinya dengan memerintahkan supaya dibunuh, namun justru bayi Musa as ditemukan dan diasuh oleh istri beliau sendiri yakni Asiah, bahkan menjadi anak angkatnya, ini menunjukan kebesaran Allah swt.
3. Dalam kehidupan di keluarga istana yang penuh dengan kemewahan, namun Nabi Musa as tidak berlaku sombong dan angkuh, justru ia tumbuh menjadi seorang yang mulia dan agung, serta beliau akan menjadi seorang besar yang mampu menghancurkan Fir’aun dan kerajaannya, sungguh Allah swt Maha Kuasa atas segala sesuatu.
4. Sekalipun Nabi Musa as adalah seorang nabi yang dikaruniai ilmu yang sangat luas namun beliau tidak takabur, hal ini dapat dibuktikan dengan 2 peristiwa, yaitu :
a. Nabi Musa as mampu menunjukan siapa pelaku pembunuhan yang terjadi atas keluarga yang memperebutkan harta pusaka.
Firman Allah swt :



Artinya : Lalu Kami berkata : pukullah mayat itu dengan sebagian dari anggota sapi betina itu. Demikianlah Allah swt menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan memperlihatkan kepadamu tanda-tanda kekuasaanNya agar kamu mengerti. (QS. al-Baqarah : 73)
b. Nabi Musa as tetap rendah hati dan patuh terhadap perintah Allah swt supaya mau berguru kepada Khidir as yang dikaruniai ilmu yang lebih banyak dari ilmu Nabi Musa as, hal itu agar ia menjadi orang yang sabar dan tawakkal kepada Allah swt.
Firman Allah swt :


Artinya : Katakanlah, jika sekiranya lautan menjadi tinta untuk menulis kalimat-kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis ditulis kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun Kami datangkan tambahan sebanyak itu pula. (QS. al-Kahfi : 109)

D. Meneladani Akhlak Nabi Isa as
Kelahiran Nabi Isa as tanpa kehadiran seorang ayah merupakan kebesaran Allah swt yang telah ditunjukan kepada hamba-hambaNya. Nabi Isa as dikenal sebagai seorang yang sangat kuat pendiriannya, hal ini dibuktikan dengan peristiwa yang menimpa dirinya ketika ia dikepung dan dikejar-kejar oleh orang kafir dari Bani Israil untuk membunuhnya.
Disebutkan di dalam al-Qur’an bahwa kaum kafir Bani Israil telah membunuh orang yang diserupakan oleh Allah swt mirip dengan Nabi Isa as. Jadi sesungguhnya Nabi Isa as tidak ditangkap dan disalib, tetapi diangkat dan diselamatkan oleh Allah swt.
Firman Allah swt :


Artinya : Tetapi (yang sebenarnya) Allah swt telah mengangkat Nabi Isa as kepadaNya, dan Allah swt Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. an-Nisa : 158)
Kaum Bani Israil sendiri meragukan penangkapan dan pembunuhan terhadap Nabi Isa as karena beberapa sebab, yaitu :
1. Jika yang dibunuh itu Nabi Isa as, lalu kemana Yahuza yang telah mengkhianati Nabi Isa as ?
2. Jika yang dibunuh itu Yahuza, lalu kemana Nabi Isa as ?
Atas kesabaran dan ketabahan hatinya bahwa dirinya bukan Tuhan tetapi manusia biasa, akhirnya Allah swt menyelamatkan Nabi Isa as dari upaya pembunuhan dan penyaliban.
Firman Allah swt :


Artinya : Dan Kami angkat ia ke tempat yang tinggi. (QS. Maryam : 57)

Sebagai seorang Muslim kita wajib meneladani sikap teguh hati atau kuat dalam pendirian sebagaimana yang dimiliki Nabi Isa as.

E. Meneladani Akhlak Nabi Muhammad saw





























Rangkuman

1. Sebagai seorang muslim kita wajib meneladani sikap terpuji dari para nabi dan rasul, khususnya para rasul yang tergabung dalam ulul azmi.
2. Rasul-rasul yang termasuk ulul azmi yaitu Nuh as, Ibrahim as, Musa as, Isa as, dan Muhammad saw.
3.












































PUASA RAMADHAN

Pelajaran 5
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat :
1. Menyebutkan syarat puasa
2. Menyebutkan rukun puasa
3. Menyebutkan pembatal-pembatal puasa
4. Menyebutkan amalan sunnah puasa
5. Melaksanakan shalat tarawih dan tadarrus al-Qur’an

Puasa ialah menahan diri dari makan,minum, dan hawa nafsu dari terbit fajar yang kedua sampai terbenamnya matahari. Salah satu kewajiban yang Allah swt perintahkankan kepada orang-orang beriman ialah ibadah puasa di bulan suci Ramadhan.
Firman Allah swt :

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu, agar kamu bertaqwa. (QS. al-Baqarah : 183)
A. Syarat-syarat dalam Puasa
Agar dalam melaksanakan ibadah puasa di bulan suci Ramadhan tidak terjadi kesalahan-kesalahan, maka alangkah baiknya kita wajib mengetahui beberapa syarat-syarat yang harus dipenuhi agar puasa kita diterima oleh Allah swt.
Adapun syarat-syarat dalam puasa terbagi menjadi dua, yakni syarat wajib dan syarat sah.
1. Syarat wajib puasa
a. Seorang Muslim, tidak ada kewajiban puasa orang kafir sebelum masuk Islam.
b. Berakal sehat, tidak ada kewajiban puasa orang gila sampai kembali berakal sehat atau normal.
c. Kuat atau mampu, tidak ada kewajiban puasa orang sakit berat sampai sembuh.
d. Sudah baligh (dewasa), tidak ada kewajiban puasa anak kecil sebelum dapat membedakan (yang baik dengan yang buruk).
2. Syarat sah puasa
a. Beragama Islam, tidak sah puasa orang kafir sebelum masuk Islam.
b. Berakal, tidak sah puasa orang gila sampai kembali berakal.
c. Tamyiz, tidak sah puasa anak kecil sebelum dapat membedakan (yang baik dengan yang buruk).
d. Suci dari haid dan nifas, tidak sah puasa wanita haid dan nifas, sebelum berhenti dari haid dan suci dari nifas.
e. Pada waktu yang diperbolehkan berpuasa
f. Niat, harus di malam hari untuk setiap hari dalam puasa wajib.
Sabda Nabi saw :

Artinya : Barangsiapa yang tidak berniat puasa pada malam hari sebelum fajar, maka tidak sah puasanya. (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, An-Nasai dan at-Tirmidzi).
Hadits di atas menunjukan bahwa puasa tidak sah apabila tidak niat pada malam harinya, yaitu dengan meniatkan puasa di salah satu bagian malam.
B. Rukun-rukun Puasa
Sebagaimana puasa mempunyai syarat-syarat tertentu, maka puasa juga mempunya beberapa rukun yang harus dipenuhi agar puasanya dapat diterima oleh Allah swt.
Adapun rukun-rukun puasa sebagai berikut :
1. Berniat pada malam harinya, artinya tidak sah puasa wajib seseorang apabila tidak berniat di malam harinya.
Sabda Rasulullah saw :

Artinya : Sesungguhnya Nabi saw bersabda, barangsiapa yang tidak berniat puasa pada malam hari sebelum fajar, maka tidak sah puasanya. (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, An-Nasai dan at-Tirmidzi)
2. Menahan diri dari makan dan minum, serta semua yang membatalkan puasa dari terbit fajar hingga terbenam matahari.
C. Pembatal-pembatal Puasa
Di dalam kita menjalankan ibadah puasa Ramadhan sangat dianjurkan agar berhati-hati, karena apabila melakukan hal-hal yang dilarang oleh agama maka dapat membatalkan puasa kita.
Kurang lebih ada delapan hal-hal yang dapat membatalkan puasa, yaitu :
1. Makan dan minum dengan sengaja, namun jika dilakukan karena lupa maka tidak batal puasanya.
2. Jima’(bersetubuh) suami istri pada siang hari.
3. Memasukkan makanan ke dalam perut, termasuk dalam hal ini adalah suntikkan yang mengenyangkan dan transfusi darah bagi orang yang berpuasa.
4. Mengeluarkan mani dalam keadaan terjaga karena onani, bersentuhan, ciuman atau sebab lain dengan sengaja. Adapun keluar mani karena mimpi tidak membatalkan puasa karena keluarnya tanpa sengaja.
5. Keluarnya darah haid dan nifas. Manakala seorang wanita mendapati darah haid atau nifas maka batallah puasanya, baik pada pagi, siang, atau sore hari sebelum terbenam matahari.
6. Sengaja muntah, dengan mengeluarkan makanan atau minuman dari dalam perut melalui mulut.
Hal ini didasarkan pada sabda Nabi saw :


Artinya : Barangsiapa muntah tanpa sengaja maka tidak wajib qadha, sedang barang siapa muntah dengan sengaja maka wajib qadha. (HR. Ahmad, Abu Daud, Ibnu Majah, dan Tirmidzi)
7. Murtad dari Islam, karena perbuatan ini menghapuskan segala amal kebaikan.
Firman Allah swt :


Artinya : Seandainya mereka mempersekutukan Allah swt, niscaya lenyaplah dari mereka amalan yang telah mereka kerjakan. (QS. al-An’am : 88)
8. Gila atau sakit ayan, yaitu lupa ingatan.
Tidak batal puasa seseorang yang melakukan sesuatu yang membatalkan puasa karena tidak tahu, lupa atau dipaksa. Demikian juga jika tenggorokannya kemasukan debu, lalat, atau air tanpa disengaja.
Jika wanita nifas telah suci sebelum sempurna empat puluh hari, maka hendaknya ia mandi, shalat, dan berpuasa.
D. Sunnah-sunnah Puasa
Pada bulan suci Ramadhan Allah swt begitu banyak memberikan pahala kepada ummat Islam, bahkan amalan sunnah yang dilakukan di bulan Ramadhan dinilai sebagai pahala amalan wajib di bulan yang lain. Untuk itu tentunya kita tidak akan menyia-nyiakan amalan-amalan sunnah di bulan yang mulia ini.
Berikut ini amalan-amalan sunnah di bulan suci Ramadhan, yaitu :
1. Mengakhirkan sahur sampai akhir waktu malam, selama tidak khawatir akan terbit fajar.
2. Segera berbuka puasa bila benar-benar matahari terbenam.
3. Memperbanyak amal kebaikan terutama menjaga shalat lima waktu tepat pada waktunya dengan berjama’ah, menunaikan zakat harta benda kepada orang-orang yang berhak menerimanya, memperbanyak shalat sunnah, sedekah, membaca al-Qur’an dan amal kebajikan lainnya.
4. Jika dicaci maki hendaknya mengucapkan : saya sedang berpuasa, dan jangan membalas mengejek orang yang mengejeknya, memaki orang yang memakinya, membalas kejahatan orang yang berbuat jahat kepadanya, tetapi membalas kejahatan dengan kebaikan agar mendapat pahala dan terhindar dari dosa.
5. Berdo’a ketika berbuka sesuai dengan yang diinginkan, seperti membaca do’a :


Artinya : Ya Allah hanya untukMu aku berpuasa, dengan rizkiMu aku berbuka, Maha Suci Engkau dan segala puji bagiMu. Ya Allah terimalah amalku, sesungguhnya Engkau Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui.
6. Berbuka dengan kurma segar, jika tidak punya maka dengan kurma kering, dan jika tidak punya cukup dengan air.
7. Memberi makan untuk orang yang berbuka puasa.
E. Shalat Tarawih dan Tadarrus al-Qur’an
1. Shalat Tarawih
Shalat tarawih termasuk qiyam Ramadhan, karena itu hendaklah bersungguh-sungguh dan memperhatikannya, serta mengharapkan pahala dan balasannya dari Allah swt. Malam Ramadhan adalah kesempatan yang terbatas bilangannya, dan orang mukmin yang berakal akan memanfaatkannya dengan baik tanpa terlewatkan.
Jangan sampai meninggalkan shalat tarawih , agar dapat memperoleh pahala dan ganjarannya. Jangan pulang dari shalat tarawih sebelum imam selesai tarawih dan witir, agar mendapatkan pahala shalat malam semalam suntuk.
Hal ini berdasarkan sabda Nabi saw :

Artinya : Barangsiapa mendirikan shalat malam bersama imam hingga selesai, dicatat baginya shalat semalam suntuk. (HR. Para penulis kitab sunan)
Shalat tarawih adalah sunnah, lebih utama dikerjakan dengan berjama’ah. Hal itu Masyhur dilakukan para sahabat dan diwarisi oleh ummat dari generasi ke generasi.
Shalat ini tidak ada batasannya, boleh 20 raka’at, 36 raka’at, 11 raka’at, atau 13 raka’at. Namun sesuai hadits yang lebih shahih alangkah baiknya jika kita shalat tarawih sebanyak 11 raka’at. Dalam shalat diminta supaya khusyu’, thu’maninah, dihayati dan membaca dengan pelan.
Nabi saw bersabda :

Artinya : Tiadalah Rasulullah saw menambah raka’at, baik di bulan Ramadhan atau di bulan lainnya lebih dari sebelas raka’at. (HR. al-Bukhari dan an-Nasa’i)
2. Tadarrus al-Qur’an
Ditekankan bagi seorang muslim yang mengharap rahmat Allah swt dan takut akan siksaNya untuk memperbanyak membaca al-Qur’anul karim pada setiap waktu, khususnya hari-hari di bulan suci Ramadhan. Al-Qur’anul karim adalah sebaik-baik kitab yang diturunkan kepada Rasul termulia dan untuk ummat yang terbaik, serta untuk agama yang paling sempurna.
Allah swt telah menjamin bagi siapa saja yang membaca al-Qur’an dan mengamalkan isi kandungannya, tidak akan tersesat di dunia dan tidak celaka di akhirat, sesuai firmanNya :

Artinya : Maka barangsiapa yang mengikuti petunjukKu, ia tidak akan sesat dan tidak akan celaka. (QS. Thaha : 123)
Seorang muslim tidak boleh berpaling dari membaca al-Qur’an dan mengamalkan isi kandungannya, karena bila kita berpaling maka akan terkena ancaman dari Allah swt, sebagaimana firmanNya :


Artinya : Barangsiapa berpaling dari al-Qur’an maka sesungguhnya ia akan memikul dosa besar di hari kiamat. (QS. Thaha : 100)







Rangkuman


1. Ramadhan adalah bulan suci yang penuh berkah, rahmat, dan maghfirah (ampunan) dari Allah swt.
2. Shaum (puasa) ialah menahan diri dari makan, minum, dan hawa nafsu, serta segala yang membatalkannya dari terbit fajar sampai terbenam matahari.
3. Tujuan utama diwajibkan berpuasa adalah agar kita bertaqwa kepada Allah swt sesuai surat al-Baqarah : 183.
4. Niat puasa Ramadhan dilakukan pada malam hari dan letak niat itu di dalam hati.
5. Agar ibadah puasa kita sempurna dan diterima oleh Allah swt, maka setiap muslim wajib mengetahui syarat, rukun, pembatal-pembatal, sunnah-sunnah puasa, dll.
6. Di antara hikmah puasa yaitu : sebagai ungkapan rasa syukur, mendidik diri bersifat jujur dan amanah, ikhlas beribadah, menghindari perbuatan tercela, dan meningkatkan iman dan taqwa kepada Allah swt.
7. Hendaknya di bulan suci Ramadhan banyak melakukan kebajikan, seperti sedekah, tadarrus al-Qur’an, amalan-amalan sunnah, qiyamul lail, dan menghindari segala perbuatan tercela dan maksiat.










SURAT AL-MA’UN DAN AL-FIL

Pelajaran 6
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat :
1. Membaca surat al-Ma’un dan al-Fil dengan lancar.
2. Mengartikan surat al-Ma’un dan al-Fil dengan baik.

Sebagai seorang muslim kita dianjurkan membaca dan mempelajari al-Qur’an, serta bagi yang sudah mahir wajib mengajarkannya kepada orang lain. Rasulullah saw bersabda :

Artinya : Sebaik-baik kamu adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan mengajarkannya. (HR. al-Bukhari)
A. Membaca Surat al-Ma’un
Surat al-Ma’un terdiri atas 7 ayat, termasuk surat Makkiyah, dan diturunkan sesudah surat al-Kautsar, serta menempati urutan ke-107 dalam al-Qur’an. Nama surat al-Ma’un sendiri diambil dari ayat ketujuh yang artinya barang-barang yang berguna.
Isi kandungan surat al-Ma’un sendiri menceritakan tentang orang-orang yang hidupnya selalu bertentangan dan mendustakan agama. Tanda-tanda tersebut dijelaskan mulai ayat ke-2 sampai ke-7 sebagai berikut :
1. Menghardik anak yatim.
2. Tidak menganjurkan memberi makan fakir miskin.
3. Lalai dalam shalatnya.
4. Berbuat riya.
5. Enggan memberi bantuan dengan barang-barang berguna.
Baca dan hafalkanlah surat al-Ma’un berikut ini !

A’uudzu billaahi minassyaithaanir rajiim

Bismillaahir rahmaanir rahiim

1. Ara’aitalladzii yukadzdzibu biddiin

2. Fadzaalikalladzii yadu’ul yatiim

3. Walaa yahudhdhu ‘alaa tha’aamil miskiin

4. Fawailul lil mushalliin

5. Alladziinahum ‘an shalaatihim saahuun

6. Alladziinahum yuraa-uun

7. Wayamna’uunal maa’uun.
B. Membaca surat al-Fil
Surat al-Fil terdiri atas 5 ayat, termasuk surat Makkiyah, diturunkan sesudah surat al-Kafirun, dan menempati urutan ke-105 dalam al-Qur’an. Nama surat al-Fil sendiri diambil dari ayat ke-1 yang berarti gajah.
Isi kandungan surat al-Fil menjelaskan tentang usaha dari orang-orang yang sombong dan bertindak sewenang-wenang, namun digagalkan oleh Allah swt hanya dengan mengirimkan burung Ababil. Orang yang dimaksud adalah raja Abrahah yang berasal dari Habsyi dan datang ke Mekkah hendak menghancurkan ka’bah.
Baca dan hafalkanlah surat al-Fil berikut ini !

A’uudzu billaahi minassyaithaanir rajiim

Bismillaahir rahmaanir rahiim

1. Alam tara kaifa fa’ala rabbuka bi ashaabil fiil

2. Alam yaj’al kaidahum fii tadhliil

3. Wa arsala ‘alaihim thairan abaabiil

4. Tarmiihim bihijaaratim min sijjiil

5. Faja’alahum ka’asfim ma-kuul.
C. Mengartikan Surat al-Ma’un
Isi kandungan surat al-Ma’un ialah anjuran Allah swt kepada manusia agar saling menolong terhadap sesama dengan barang yang berguna.
Berikut arti ayat per-ayat dari surat al-Ma’un :

Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah

1. Tahukah kamu orang yang mendustakan agama ?

2. Itulah dia orang yang menghardik anak yatim

3. Dan tidak menganjurkan memberi makan orang miskin

4. Maka kecelakaanlah bagi orang yang shalat

5. (yaitu) orang yang lalai dalam shalatnya

6. Orang-orang yang berbuat riya

7. Dan enggan (menolong) dengan barang yang berguna.
D. Mengartikan surat al-Fil
Peristiwa turunnya surat al-Fil bertepatan dengan tahun kelahiran Muhammad, itulah sebabnya tahun kelahiran Nabi Muhammad saw disebut dengan tahun gajah.
Berikut arti ayat demi ayat surat al-Fil :

Aku berlindung kepada Allah dari godaan syaithan yang terkutuk

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Pemurah

1. Apakah kamu tidak memperhatikan bagaimana Tuhanmu telah bertindak terhadap pasukan bergajah ?

2. Bukankah Dia telah menjadikan tipu daya mereka (menghancurkan ka’bah) sia-sia

3. Dan Dia mengirimkan kepada mereka burung yang berbondong-bondong

4. Yang melempari mereka dengan batu (berasal) dari tanah yang terbakar

5. Lalu Dia menjadikan mereka seperti daun-daun yang dimakan ulat.

Batu panas dari neraka (sijjil) itu menghancurkan pasukan bergajah sehingga porak-poranda bagai daun dimakan ulat. Bersamaan dengan peristiwa tersebut lahirlah seorang utusan Allah swt yakni Nabi Muhammad saw yang akan menjadi manusia agung sebagai nabi akhir zaman.
Demikianlah Allah swt menghancurkan Abrahah dan pasukannya yang terkenal kuat, namun Allah swt berkuasa atas segala sesuatu.
Firman Allah swt :


Artinya : Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (QS. al-Baqarah : 20)
E. Hadits Tentang Menghormati yang Tua dan Menyayangi yang Muda



























Rangkuman


1. Surat al-Ma’un dan al-Fil diturunkan di Mekkah sehingga tergolong surat Makkiyah.
2. Surat al-Ma’un berjumlah 7 ayat dan diturunkan sesudah surat al-Kautsar, sedang surat al-Fil berjumlah 5 ayat dan diturunkan sesudah surat al-Kafirun.
3. Nama surat al-Ma’un diambil dari ayat ke-7 yang artinya barang-barang yang berguna, sedang nama al-Fil diambil dari ayat ke-1 yang artinya gajah.
4. Surat al-Ma’un menceritakan tentang tanda-tanda orang yang mendustakan agamanya sekalipun ia mengerjakan shalat, sedang surat al-Fil menceritakan tentang usaha raja Abrahah yang hendak menghancurkan ka’bah dengan pasukan gajahnya namun digagalkan oleh Allah swt hanya dengan mengirimkan pasukan burung Ababil yang membawa batu panas dari neraka.
5. Segala perbuatan yang bermaksud riya, maka Allah swt tidak akan menerima amalannya.
6. Inti dari surat al-Ma’un adalah larangan untuk bersifat bakhil (pelit) kepada orang yang membutuhkan, sedang inti surat al-Fil adalah larangan untuk bersikap sombong dan sewenang-wenang karena Allah swt tidak akan membiarkannya.













IMAN KEPADA RASUL-RASUL ALLAH

Pelajaran 7
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat :
1. Menjelaskan perbedaan antara nabi dan rasul
2. Menjelaskan tugas utama para rasul
3. Menyebutkan kandungan beriman kepada para rasul
4. Menyebutkan faedah beriman kepada para rasul

A. Perbedaan antara Nabi dan Rasul
Setiap nabi belum tentu ia seorang rasul, namun sebaliknya setiap rasul pastilah ia seorang nabi. Nabi ialah seorang laki-laki yang menerima wahyu Allah swt untuk dirinya sendiri. Sedangkan rasul ialah seorang laki-laki yang menerima wahyu Allah swt untuk dirinya sendiri dan wajib menyampaikan kepada ummatnya.
Berdasarkan petunjuk al-Qur’an jumlah nabi dan rasul yang wajib kita imani ada 25 orang. Namun jumlah nabi yang sesungguhnya adalah puluhan ribu hingga tak terhitung banyaknya, hanya Allah swt saja yang tahu.
Adapun 25 nama nabi dan rasul yang disebutkan dalam al-Qur’an ialah sebagai berikut :
1. Adam as 11. Yusuf as 21. Yunus as
2. Idris as 12. Ayub as 22. Zakaria as
3. Nuh as 13. Zulkifli as 23. Yahya as
4. Hud as 14. Syu’aib as 24. Isa as
5. Sholeh as 15. Musa as 25. Muhammad saw.
6. Ibrahim as 16. Harun as
7. Luth as 17. Daud as
8. Ismail as 18. Sulaiman as
9. Ishak as 19. Ilyas as
10. Yakub as 20. Ilyasa as
B. Tugas Utama Para Rasul
Para rasul datang silih berganti membawa wahyu Allah swt untuk disampaikan kepada ummatnya. Tujuannya ialah agar manusia dapat hidup bahagia di dunia dan akhirat, yakni terhindar dari kehidupan yang sesat dan selalu berada pada jalan yang diridhainya.
Firman Allah swt :


Artinya : Dan sesungguhnya Kami telah mengutus seorang rasul untuk tiap-tiap ummat (untuk menyerukan), sembahlah Allah olehmu semua dan jauhilah thaghut (berhala atau setan). (QS. an-Nahl : 36)
Tugas para rasul begitu berat dan beresiko besar, namun sangat mulia dan terhormat. Jika diuraikan secara global, maka tugas utama para rasul adalah sebagai berikut :
1. Aqidah atau Tauhid
Maksudnya semua rasul bertugas untuk mengajarkan bahwa hanya Allah swt Tuhan yang wajib kita sembah dan kita imani, dengan slogan tauhid yang sangat terkenal : Laailaahaillallah.
2. Akhlak
Yaitu ajaran tentang moral atau etika bagi manusia agar dapat berperilaku terpuji, karena dengan akhlak terpuji ummat manusia dituntun menuju keselamatan hidup di dunia dan di akhirat.
3. Ibadah
Yaitu ajaran tentang pengabdian hanya kepada Allah swt saja, artinya shalatnya, jalan hidupnya, hidup dan matinya hanya untuk Allah swt.
Dalam melaksanakan tugas yang amat berat tetapi sangat mulia itu, Allah swt membekali para rasul dengan beberapa sifat, yakni sifat wajib dan sifat mustahil bagi rasul.
Adapun uraian tentang sifat wajib dan mustahil bagi rasul ialah sebagai berikut :
Sifat wajib rasul
1. Shiddiq : benar
2. Amanah : Dapat dipercaya
3. Fathanah : Cerdas
4. Tabligh : Menyampaikan.
Sifat Mustahil rasul
1. Kidzib : Dusta
2. Khianat : Tidak dapat dipercaya
3. Baladah : Bodoh
4. Kitman : Menyembunyikan.

C. Kandungan Beriman kepada para Rasul
Iman kepada para rasul mengandung empat unsur yaitu :
1. Mengimani bahwa risalah mereka benar-benar dari Allah swt. Barangsiapa mengingkari risalah mereka walaupun hanya seorang dari mereka, maka menurut para ulama ia telah kafir.
Allah swt berfirman :

Artinya : kaum Nuh telah mendustakan para rasul. (QS. asy-Syu’ara : 105)
Berdasarkan keterangan ayat di atas, Allah swt telah menjadikan mereka mendustakan semua rasul, padahal yang mereka dustakan hanya seorang rasul yakni Nabi Nuh as.
Oleh karena itu ummat nasrani juga telah mendustakan para rasul, karena mereka tidak beriman kepada kerasulan Muhammad saw.
2. Mengimani orang-orang yang sudah kita kenali nama-namanya yang tertulis di dalam al-Qur’an, yakni para nabi dan rasul yang berjumlah 25 orang. Terhadap para nabi dan rasul yang tidak kenal nama-namanya juga wajib kita imani keberadaan mereka.
Allah swt berfirman :


Artinya : Dan sesungguhnya telah Kami utus beberapa orang rasul sebelum kamu. Di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antara mereka ada pula yang tidak Kami ceritakan kepadamu. (QS. al-Mukmin : 78)
3. Membenarkan segala berita yang mereka sampaikan, baik yang nyata maupun yang abstrak.
4. Mengamalkan syari’at dari para nabi dan rasul, khususnya syari’at nabi akhir zaman yakni Nabi Muhammad saw, yang diutus Allah swt untuk seluruh ummat manusia.
Allah swt berfirman :


Artinya : Maka demi Rabbmu, mereka tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim terhadap perkara yang mereka perselisihkan. Kemudian mereka tidak merasa dalam hati mereka suatu keberatan terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya. (QS. an-Nisa : 65)
D. Faedah Beriman kepada para Rasul
Faedah beriman kepada para rasul ialah sebagai berikut :
1. Mengetahui rahmat serta perhatian Allah swt kepada hamba-hambaNya, sehingga mengutus para rasul untuk menunjuki mereka ke jalan Allah swt dan menjelaskan bagaimana seharusnya mereka menyembah Allah swt, karena memang akal manusia tidak bisa mengetahui hal itu dengan sendirinya tetapi butuh bimbingan dari seorang rasul.
2. Mensyukuri nikmat Allah swt yang besar ini.
3. Mencintai para rasul, mengagungkannya, dan memujinya, karena mereka adalah para rasul Allah swt
Orang-orang yang menyimpang dari kebenaran mendustakan para rasul dengan menganggap bahwa para rasul bukan manusia, anggapan itu keliru, dan Allah swt berfirman :


Artinya : Dan tidak ada sesuatu yang menghalangi manusia untuk beriman tatkala datang petunjuk kepadanya, kecuali perkataan mereka : Adakah Allah swt mengutus seorang manusia menjadi rasul. (QS. al-Isra : 94)














Rangkuman

1. Nabi ialah seorang laki-laki yang menerima wahyu Allah swt untuk dirinya sendiri.
2. Rasul ialah seorang laki-laki yang menerima wahyu Allah swt untuk dirinya sendiri dan wajib menyampaikan kepada ummatnya.
3. Jumlah nabi dan rasul yang wajib diketahui ada 25 orang sesuai keterangan dari al-Qur’an. Namun jumlah nabi yang sesungguhnya ada ribuan, hanya Allah swt saja yang tahu jumlah sebenarnya.
4. Tugas para nabi dan rasul sangat banyak dan sangat mulia, namun tugas utama mereka adalah menyampaikan 3 hal pokok, yakni : masalah tauhid, akhlak, dan ibadah.
5. Dalam menjalankan tugasnya yang begitu berat, maka para nabi dan rasul dibekali oleh Allah swt dengan mukjizat-mukjizat serta sifat wajib dan sifat mustahil bagi rasul.
6. Para nabi dan rasul juga memiliki kesamaan dengan manusia biasa seperti makan, minum, tidur, dll. Sifat-sifat seperti itulah yang disebut sifat jaiz.
7. Dari jumlah 25 nabi dan rasul, kemudian mengerucut menjadi 5 orang nabi yang memiliki ketabahan luar biasa yang tergabung ke dalam golongan ulul azmi.















KISAH SAHABAT NABI

Pelajaran 8
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat :
1. Menceritakan kisah khalifah Abu Bakar as-Shiddiq ra
2. Menceritakan kisah khalifah Umar bin Khattab ra
3. Menceritakan kisah khalifah Usman bin Affan ra
4. Menceritakan kisah khalifah Ali bin Abi Thalib ra.


Setelah Nabi Muhammad saw wafat, maka ummat Islam pada saat itu bermusyawarah untuk mencari pemimpin pengganti nabi untuk mengatur dan mengurusi kelangsungan ummat Islam. Pengganti nabi yang memimpin ummat Islam inilah yang disebut dengan nama khalifah.
Khalifah artinya pengganti atau pemimpin pengganti, maksudnya ialah sahabat Nabi Muhammad saw yang menjadi kepala negara Islam dalam mengatur dan mengendalikan pemerintahan serta kesejahteraan ummat Islam. Namun tugas mereka sebagai pengganti dalam urusan kepemimpinan ummat, bukan pengganti kenabian, sebab tugas kerasulan sudah berakhir seiring wafatnya rasulullah saw.
Sahabat Nabi Muhammad saw yang menjadi khalifah berjumlah 4 orang di mana keempat sahabat tersebut terkenal dengan sebutan khulafaur rasyidin. Khulafaur rasyidin artinya khalifah-khalifah yang mendapat petunjuk nabi dengan senantiasa mengikuti aturan-aturan Rasulullah saw.
Keempat khulafaur rasyidin yang dimaksud adalah sebagai berikut :
1. Abu Bakar as-Shiddiq ra : tahun 11-13 H / 632-634 M
2. Umar bin Khattab ra : tahun 13-23 H / 634-644 M
3. Usman bin Affan ra : tahun 23-35 H / 644-656 M
4. Ali bin Abi Thalib ra : tahun 35-40 H / 656-661 M

A. Khalifah Abu Bakar as-Shiddiq
Sepeninggal Nabi Muhammad saw, dua golongan besar ummat Islam di Madinah yakni kaum Muhajirin dan Anshar berkumpul dan bermusyawarah untuk mencari pemimpin ummat Islam pengganti nabi. Setelah melalui perdebatan panjang akhirnya semua sepakat untuk memilih Abu Bakar as-Shiddiq sebagai khalifah pertama.
Seorang sahabat yang pertama kali menyatakan baiat dan memberi dukungan penuh terhadap Abu Bakar adalah Umar bin Khattab, baru kemudian disepakati oleh sahabat-sahabat yang lain.
Abu Bakar adalah keturunan bangsa Quraisy dan masih satu keturunan dengan Nabi Muhammad saw dari kakeknya yang ketujuh bernama Ka’ab. Nama asli Abu Bakar ialah Abu Quhafah. Abu Bakar adalah sahabat nabi pertama yang masuk Islam, dan bergelar as-Shiddiq karena beliau selalu membenarkan ucapan atau kabar berita yang datang dari nabi. Usia Abu Bakar 2 tahun lebih muda dari usia Nabi Muhammad saw.
Belum lama menjadi khalifah, Abu Bakar harus menghadapi tugas yang sangat berat yaitu menghadapi orang-orang yang mengaku dirinya sebagai nabi. Para nabi palsu itu tidak mau lagi mengeluarkan zakat dan melakukan pemberontakan.
Di antara nama-nama nabi palsu yaitu :
1. Musailamah al-Kadzab di Yamamah.
2. Aswad al-Anasy di Hadramaut dan Yaman.
3. Malik bin Nuwairiyah dari golongan Bani Tamim.
4. Thulaihah al-Asady yang banyak diikuti orang Yahudi.
Khalifah Abu Bakar bertekad bulat untuk menghancurkan gerakan nabipalsu, seraya berujar : Aku akan perangi mereka dan aku tidak peduli apakah aku akan mati karenanya.
Dan setelah beliau berhasil menumpas nabi palsu, maka beliau berupaya untuk mengamankan wilayah-wilayah di jazirah Arab yang masuk wilayahnya, serta beliau juga mulai melakukan upaya perluasan wilayah. Upaya-upaya perluasan itu antara lain :
1. Menyiarkan Islam ke negeri Persia yang dipimpin oleh raja Khosru II, namun negeri ini baru dikuasai setahun kemudian ketika dipimpin oleh raja Yazdajir III.
2. Pada tahun ke-12 Hijriyah, Islam berhasil masuk dan menguasai Irak di bawah pimpinan panglima Khalid bin Walid.
3. Di bawah pimpinan panglima Khalid bin Walid pula Islam berhasil merebut negeri-negeri jajahan romawi, di antaranya : Palestina, Homs, Damaskus dan Yordania.
Setelah peristiwa penaklukan itulah akhirnya negeri-negeri Syiria, Palestina, Mesir, dan Yordania menyatakan diri masuk Islam pada tahun ke-13 Hijriyah.
B. Khalifah Umar bin Khattab
Di akhir hayatnya Abu Bakar sempat mengumpulkan beberapa orang sahabat untuk diajak musyawarah guna memilih siapa pengganti beliau dalam memimpin pemerintahan Islam selanjutnya. Abu Bakar sendiri mengajukan usul agar memilih Umar bin Khattab sebagai pengganti dirinya. Akhirnya semua sepakat untuk memilih Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua ummat Islam.
Umar bin Khattab berasal dari suku Quraisy, usianya 13 tahun lebih muda dari usia Nabi Muhammad saw. Dulunya Umar adalah musuh besar Islam, namun setelah keislamannya Umar menjadi pembela Islam sejati yang ditakuti lawan maupun kawan.
Kemajuan-kemajuan yang dicapai Umar bin Khattab di antaranya :
1. Mengganti jabatan panglima besar Khalid bin Walid kepada Abu Ubaidah bin Jarrah. Hal itu beliau lakukan agar ummat Islam tidak terlalu memuji kepahlawanan Khalid bin Walid. Panglima Khalid bin Walid menerima keputusan khalifah Umar dengan lapang dada seraya berkata : Aku berperang karena Allah swt, bukan karena Umar.
2. Membentuk katib (juru tulis), qadhi (hakim), kepala keamanan, bendahara negara, dan humas.
3. Mengirim pasukan di bawah pimpinan panglima Abu Ubaidah untuk mengepung Baitul Maqdis Palestina selama 4 bulan sebagai tempat persembunyian sisa-sisa tentara Romawi yang dipimpin panglima Arection. Akhirnya salah seorang panglima Islam Amr bin Ash berhasil menerobos dan menguasai kota Palestina.
4. Pada tahun ke-20 Hijriyah, Khalifah Umar memerintahkan panglima Amr bin Ash dengan 4000 tentaranya untuk merebut dan menaklukan kota Mesir, karena kota ini menjadi pelarian sisa-sisa tentara Romawi yang melarikan diri dari Palestina.
Namun perjuangan ummat Islam di bawah kepemimpinan khalifah Umar harus terhenti pada tahun ke-23 Hijriyah, karena beliau dibunuh oleh seorang budak milik Mughirah bin Syu’bah yang bernama Fairuz atau Abu Lu’lu yang beragama majusi. Khalifah Umar wafat pada usia 63 tahun ketika sedang shalat shubuh di Masjid Nabawi Madinah.

C. Khalifah Usman bin Affan
Nasab beliau
Beliau adalah 'Utsman bin 'Affan bin Abul 'Ash bin Umayyah bin Abdis Syams bin Abdi Manaf, suku Quraisy dari Bani Umayyah. Beliau dilahirkan tahun keenam setelah kelahiran Rasulullah saw. Beliau termasuk angkatan yang pertama kali masuk Islam, tepatnya setelah Islamnya Abu Bakar, Ali dan Zaid bin Haritsah. Beliau sendiri masuk agama Allah atas dakwah Abu Bakar as-Shiddiq. Ketika di masa jahiliyyah beliau terkenal orang yang sangat bagus akhlaknya, sangat pemalu untuk berbuat nista, lemah lembut dan dicintai oleh semua orang Quraisy
Keislaman dan hijrahnya
Ketika ia masuk Islam, pamannya Al-Hakam bin Abul 'Ash mengikatnya erat-erat seraya berkata, "Engkau akan berpaling dari ajaran leluhurmu dan beralih ke agama Muhammad?! Demi Allah, aku tidak akan melepasmu selamanya sampai engkau kembali kepada agama semula!". Ia menjawab, "Demi Allah, aku tidak akan meninggalkan dan berpisah dari agama Muhammad saw selama-lamanya!". Ketika Al-Hakam melihat keteguhan Utsman terhadap Islam tersebut, Al-Hakam pun akhirnya melepaskannya.
Utsman merupakan menantu Rasulullah saw dari kedua putrinya yaitu Ruqayyah dan Ummu Kultsum, dimana tidak ada sebelumnya seorang yang menikahi dua putri seorang nabi selain beliau. Oleh karena itu beliau mendapat julukan Dzun Nurain (pemilik dua cahaya).
Beliau adalah yang termasuk pertama kali hijrah ke Habasyah (Ethiopia) bersama keluarganya, sehingga beliaulah yang pertama kali berhijrah kepada Allah bersama keluarganya setelah Nabi Luth as. Beliau setelah itu hijrah ke Madinah. Sehingga beliau sering dijuluki Dzun Nurain wal Hijratain (pemilik dua cahaya dan yang berhijrah dua kali).
Rasa takutnya kepada Allah swt.
Beliau adalah seorang yang memiliki khasyyah (rasa takut) yang sangat besar kepada Allah swt. Pernah salah seorang sahabat bertanya kepadanya, "Wahai 'Utsman, kenapa setiap kali disebutkan di sisimu tentang kubur selalu engkau menangis, tetapi jika disebutkan tentang surga dan neraka engkau tidak menangis?". Beliau menjawab, "Karena aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda, 'Kubur adalah persinggahan pertama dari persinggahan-persinggahan akherat, barangsiapa yang selamat di dalamnya maka urusan sesudahnya akan lebih mudah lagi, tetapi barangsiapa yang tidak selamat di dalamnya (disiksa) maka urusan sesudahnya jauh lebih sulit lagi'."
Kedermawanannya
Beliau terkenal sebagai pedagang yang berhasil dan kaya raya, namun demikian ia sangat pemurah dan rendah hati. Diantara kedermawanan Utsman terlihat saat persiapan perang Tabuk, iklim jazirah Arab saat itu sangat panas dan kekurangan bahan pangan dan harta. Ketika itu, kondisi itu dilukiskan oleh Al Qur'an dengan istilah sa'atil 'usrah (saat yang sulit). Rasulullah saw menyerukan kepada umat Islam agar menyumbangkan harta mereka untuk persiapan jihad. Beliau bersabda,, مَنْ جَهَّزَ جَيْشَ الْعُسْرَةِ فَلَهُ الْجَنَّةُ.
"Barangsiapa yang membekali tentara perang Tabuk maka baginya surga". (HR. Bukhari), maka datanglah 'Ustman bin 'Affan ra kepada Rasulullah saw seraya berkata, "Wahai Rasulullah, saya siap membekali tentara dengan 300 ekor unta lengkap dengan perlengkapannya di jalan Allah." Mendengar itu Rasulullah saw berkata, "Tidak masalah bagi 'Utsman apa yang akan dia perbuat setelah ini."
Di samping itu beliau juga menyumbangkan hartanya sebanyak 1000 dinar, beliau datang menghampiri nabi saw seraya menuangkan uang tersebut ke pangkuan nabi saw. Nabi saw membalik-balikkan uang tersebut seraya bersabda, "Tidak masalah bagi 'Utsman apa yang akan dia perbuat setelah ini." Nabi mengulangi sabdanya itu dua kali.
Suatu ketika, kaum muslimin di Madinah pernah kekurangan air dan sangat membutuhkan sumur yang banyak airnya. Nabi saw menyeru kaum muslimin untuk membuat sumur seraya bersabda: مَنْ حَفَرَ بِئْرَ رُوْمَة فَلَهُ الْجَنَّةُ.
"Barangsiapa yang menggali sumur Ruumah (nama tempat) maka baginya surga". Lalu datanglah 'Utsman untuk membiayai pembuatan sumur tersebut.
Pada saat yang lain, di kota Madinah tertimpa musim paceklik yang membuat harga bahan pangan sangat mahal karena langkanya. Di tengah kelangkaan bahan pangan itu datanglah iring-iringan kafilah dagang Utsman bin Affan ra dari Syam, dengan seribu ekor unta yang penuh dengan muatan gandum, minyak dan anggur. Mendengar hal itu para pedagang di Madinah serentak mendatangi Utsman untuk membeli bahan pangan tersebut. Maka Utsman ra berkata kepada mereka, "Berapa kalian mampu membeli barang dagangan tersebut ?" sebagian menjawab, "Kami mampu membeli lima kali lipat dari harga belinya."
Utsman bertanya, "Siapa yang sanggup membelinya dengan harga sepuluh kali lipat dari harga belinya ?" Mereka berkata, "Siapa yang sanggup dengan harga sebesar itu ?! ini sungguh harga yang sangat mencekik !"
Maka Utsman berkata, "Sesungguhnya Allah swt menjanjikan kepadaku untuk memberikan keuntungan sebanyak sepuluh kali lipat dari setiap dirham dengan firmannya, 'Siapa yang membawa satu kebaikan, maka baginya sepuluh yang semisalnya.' (QS. Al An 'am: 160) Adakah diantara kalian yang bisa membelinya?" Mereka menjawab, "Tidak!". Maka Utsman ra berkata, "Persaksikanlah oleh kalian bahwa barang dagangan ini semua aku sedekahkan bagi kaum fakir miskin di Madinah."
Ibadahnya
Beliau terkenal seorang sholeh yang sangat tekun dalam beribadah. Setiap malamnya ia lewati dengan berdiri, ruku' dan sujud. Beliau hanya tidur sejenak saja di awal malam sedangkan siang harinya beliau lewati dengan puasa sunnah. Seorang tabi'in, Muhammad bin Sirin -rahimahullah- berkata, "'Utsman ra senantiasa menghidupkan seluruh malamnya dengan shalat. Di samping itu beliau terkenal sangat banyak membaca Al Qur'an dan selalu mengkhatamkannya setiap 3 hari. Beliau pernah berkata, "Seandainya hati kita suci, niscaya kita tidak akan pernah bosan membaca Al Qur'an. Sungguh, aku tidak suka apabila datang padaku suatu hari yang di situ aku tidak melihat mushaf (Al Qur'an)."
Jasa-jasanya
Beliau adalah sahabat Rasulullah saw yang sangat setia. Sumbangan harta beliau dalam jihad-jihad yang dilakukan oleh Rasulullah saw tidak terhitung.
Sebelum perjanjian Hudaibiyah nabi saw mengutus 'Utsman bin Affan ra untuk menemui dan berunding dengan orang-orang Quraisy. Beliau tertahan di Makkah beberapa hari sehingga tersebar berita bahwa beliau telah dibunuh oleh orang Quraisy. Mendengar berita itu Rasulullah saw langsung meminta kepada seluruh sahabatnya ketika itu untuk berbai'at (berjanji setia) kepada nabi saw untuk memerangi orang-orang Quraisy yang telah membunuh 'Utsman ra maka seluruh sahabat ketika itu membai'at Rasulullah saw dan beliau saw bersabda, "Sesungguhnya 'Utsman bin 'Affan sedang melaksanakan urusan Allah dan Rasul-Nya." Lalu beliau saw menepukkan sebelah tangannya ke tangannya yang lain (sebagai isyarat tangan sebelahnya itu adalah tangan 'Utsman). Peristiwa bai'at tersebut dikenal dengan bai'atur ridhwan.
Sepeninggal Umar bin Khoththob ra, umat Islam bersepakat bulat untuk membai'at beliau sebagai khalifah, beliau menjabatnya selama 12 tahun. Ketika masa pemerintahannya wilayah Islam meluas karena banyaknya kemenangan-kemenangan (futuuhat) yang diraih oleh tentara Islam sehingga baitul maal melimpah ruah dengan ghanimah maupun jizyah (pajak yang diambil dari ahli kitab) sehingga kesejahteraan umat Islam ketika itu sangat baik.
Beliaulah yang pertama kali membukukan Al Qur'an dalam satu mushaf dan menyatukan bacaan kaum muslimin dalam satu huruf (dialek) dalam rangka menghindari perselisihan kaum muslimin terhadap kitab sucinya, sehingga mushaf yang ada di muka bumi ini mengikuti mushaf yang ditetapkan oleh khalifah 'Utsman ra.
Kabar gembira bagi Utsman
Murrah bin Ka'ab ra berkata, "Aku mendengar pada suatu hari Rasulullah saw pernah menyebut tentang suatu fitnah (ujian) yang akan menimpa umatnya, maka ketika itu lewatlah seorang yang menutup kepalanya dengan kain maka beliau saw bersabda, "Orang ini ketika itu berada di atas petunjuk." Lalu aku berdiri untuk melihat orang itu, ternyata ia adalah Utsman bin Affan. Lalu aku menghadap Rasulullah saw dengan sepenuh wajahku seraya bertanya, "Orang ini?" beliau saw menjawab, "Ya." (HR. At-Tirmidzi, Al-Hakim dan Ibnu Majah)
Beliau termasuk salah satu dari sepuluh sahabat utama Rasulullah saw yang mendapat kabar gembira dari Nabi saw bahwa mereka akan menjadi penduduk surga.

D. Khalifah Ali bin Abi Thalib
Seusai ditandatanganinya perjanjian Hudaibiyyah di bulan Dzulqa'dah tahun keenam Hijriyah, Rasulullah saw dan kaum muslimin merasa lega karena musuh yang paling sengit selama ini memerangi kaum muslimin yaitu Quraisy telah menawarkan perdamaian dan gencatan senjata selama 10 tahun.
Akan tetapi masih ada satu musuh lagi yang selalu menunjukkan permusuhannya dan melancarkan berbagai jurus makarnya untuk menghabisi kaum muslimin atau melemahkan kekuatan Islam. Musuh tersebut adalah kaum Yahudi yang telah berulang kali melakukan pengkhianatan terhadap Rasulullah saw dan kaum muslimin. Ketika awal mula Rasulullah saw dan kaum muslimin berhijrah ke Madinah beliau telah membuat suatu perjanjian dengan kaum Yahudi yang isinya adalah kesepakatan bersama untuk hidup berdampingan secara damai di kota Madinah dan bersama-sama menjaga keamanan kota tersebut dari setiap serangan yang datang dari luar. Tetapi perjanjian tersebut mereka langgar berulang kali, bahkan salah satu suku dari mereka yaitu Bani Nadzir pernah membuat suatu makar jahat yaitu upaya pembunuhan terhadap Rasulullah saw.
Kekuatan Yahudi kini terpusat di Khaibar, satu kota yang besar, memiliki beberapa benteng yang berlapis-lapis dan kebun-kebun kurma yang subur. Mereka memiliki 8 benteng yang besar di kota tersebut dan mereka sangat yakin sekali bahwa kekuatan mereka tidak akan mungkin dikalahkan oleh tentara manapun karena benteng-benteng tersebut sangat kokoh dan berlapis-lapis. Kota tersebut terletak 60 – 80 mil di utara Madinah.
Keberadaan mereka di Khaibar sangat membahayakan Islam dan kaum muslimin. Telah terbukti sebelumnya bahwa kaum Yahudi Khaibar inilah yang memprovokasi suku Quraisy dan Ghothofan (dua suku besar Arab) untuk berkoalisi menyerang kaum muslimin dalam suatu peperangan yang dikenal dengan perang Ahzab (perang Khandaq). Mereka juga yang telah mendesak suku Quraidhah, suku Yahudi di Madinah yang belum pernah melanggar perjanjiannya terhadap Nabi saw, untuk melanggar perjanjiannya dan ikut bergabung dalam pasukan Ahzab (sekutu) memerangi Rasulullah saw dan kaum muslimin.
Bukti-bukti tersebut cukup kuat bagi Rasulullah saw untuk memberikan hukuman yang setimpal atas kejahatan-kejahatan mereka. Maka pada akhir bulan Muharram tahun ketujuh Hijriyah keluarlah Rasulullah saw bersama 1.400 sahabatnya menuju Khaibar. Sementara Yahudi Khaibar memiliki kekuatan tentara tak kurang dari 10.000 prajurit dan memiliki persenjataan yang lengkap.
Peperangan yang cukup sengit terjadi di sekitar benteng Naa'im, satu dari delapan benteng mereka yang terkenal kokoh. Berkali-kali tentara kaum muslimin mencoba untuk menjebol benteng tersebut tetapi selalu gagal. Kemudian pada suatu malam Rasulullah saw bersabda kepada para sahabatnya : "Sungguh aku akan menyerahkan panji perang ini besok kepada seorang laki-laki yang Allah akan memberikan kemenangan lewat kedua tangannya, dia mencintai Allah dan Rasul-Nya serta dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya." Maka para sahabat sibuk membicarakan tentang siapakah yang akan menerima panji tersebut. Maka ketika di pagi hari para sahabat mendatangi Rasulullah saw masing-masing mengharap bahwa dialah yang akan diserahi panji perang tersebut. Lalu beliau saw bersabda, "Di manakah 'Ali bin Abi Thalib?" Para sahabat menjawab, "Wahai Rasulullah, dia sedang sakit mata." Beliau bersabda, "Panggillah dia untuk datang kesini." Ia pun didatangkan lalu Rasulullah saw meludah pada kedua matanya dan mendo'akannya maka sembuhlah sakitnya bahkan seolah-olah tidak pernah sakit sebelumnya. Kemudian beliau menyerahkan panji perang tersebut kepadanya. Lalu 'Ali bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah aku perangi mereka hingga menjadi muslim seperti kami?" Beliau bersabda, "Berjalanlah dengan perlahan sampai engkau mendatangi halaman mereka, kemudian serulah mereka untuk masuk Islam dan beritahulah tentang hak-hak Allah yang wajib atas mereka. Demi Allah! Seandainya Allah memberi hidayah kepada satu orang saja dengan sebabmu maka itu lebih baik bagimu daripada engkau memiliki unta yang merah-merah." (HR. Bukhari)
Adapun pengaruh dari tiupan ludah Rasulullah saw kepada 'Ali tersebut dilukiskan sendiri olehnya sebagai berikut, "Aku tidak pernah sakit mata dan tidak pernah pusing semenjak Rasulullah saw mengusap wajahku dan meludah pada kedua mataku pada waktu perang Khaibar yaitu saat beliau menyerahkan panji perang kepadaku." (HR. Ahmad dan Abu Ya'la, hadits shahih)
Kemudian kaum muslimin menggempur sekali lagi benteng-benteng Yahudi tersebut dengan semangat yang baru. 'Ali bin Abi Thalib keluar memimpin kaum muslimin menuju benteng tersebut. Sebelum melakukan penyerangan dia menyeru orang-orang yang Yahudi terlebih dahulu untuk masuk Islam akan tetapi mereka menolak seruan tersebut dan mereka menantang kaum muslimin dengan dipimpin oleh Marhab, raja mereka. Marhab menantang perang tanding seraya berkata : "Medan Khaibar telah tahu bahwa akulah Marhab! Penyandang senjata pahlawan yang teruji! Jika peperangan telah berkecamuk dan menyala!"
Amir bin Al-Akwa' ra maju untuk menghadapinya, perang tanding berjalan seru akan tetapi pada akhirnya Amir terbunuh sebagai syahid, maka Nabi saw bersabda, "Sesungguhnya baginya dua pahala –seraya beliau mengisyaratkan dengan kedua jarinya- sesungguhnya dia telah bersungguh-sungguh dan mujahid yang sedikit sekali seorang Arab yang berjalan seperti dia." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kemudian dengan sombongnya Marhab menantang sekali lagi perang tanding seraya melantunkan bait-bait syair di atas, maka 'Ali bin Abi Thalib maju seraya berkata : "Akulah yang diberi nama oleh ibuku dengan Haidar (singa), bagaikan singa hutan yang seram tampangnya.…. "
Sekejap saja beliau berhasil memukul kepala Marhab dan menewaskannya saat itu juga. Kemudian kemenangan kaum muslimin dapat diraih dengan kepemimpinan 'Ali bin Abi Thalib.
Ibnu Ishak meriwayatkan dari Abu Rafiq ra bahwa ia berkata, "Ketika peperangan berkecamuk, 'Ali bin Abi Thalib sempat mengambil salah satu pintu benteng untuk dijadikan tamengnya, pintu tersebut senantiasa dipegangnya sambil berperang menghadapi lawan sampai Allah memberikan kemenangan atas kami, setelah itu beliau lemparkan pintu tersebut. Sungguh aku menyaksikan bahwa delapan orang di antara kami berupaya keras untuk membalikkannya tetapi kami tak kuasa (karena beratnya)."
Demikianlah 'Ali bin Abi Thalib seorang pahlawan Islam yang pemberani lagi zuhud terhadap dunia. Dia pernah berkata, "Sesungguhnya sesuatu yang paling aku takuti adalah hawa nafsu dan panjang angan-angan. Hawa nafsu akan menghalangi seseorang dari mengikuti kebenaran, sedangkan panjang angan-angan akan membuat seorang hamba lupa terhadap akhiratnya. Ingatlah sesungguhnya dunia berlalu ke belakang (meninggalkan kita) sementara akherat datang menjemput kita. Masing-masing dari keduanya memiliki putra, maka jadilah kalian putra-putra akherat dan janganlah menjadi putra-putra dunia. Sungguh hari ini adalah saat beramal dan tidak ada hisab, dan kelak yang ada hanyalah hisab dan tidak ada lagi kesempatan beramal."
Alangkah butuhnya Islam terhadap pemuda-pemuda seperti beliau yang tulus mencintai Allah dan Rasul-Nya, lemah lembut terhadap orang yang beriman, tegas terhadap orang-orang kafir, berjihad di jalan Allah dan tidak takut cercaan orang-orang yang suka mencerca. Inilah sifat-sifat generasi yang diharapkan oleh Islam. Inilah kriteria generasi yang akan membawa perubahan (Qs. Al-Maidah : 54).
Imam Malik –rahimahullah- pernah berkata, "Tidak akan menjadi baik kondisi generasi akhir umat ini kecuali dengan apa yang generasi awal umat ini menjadi baik dengannya." Ya, benar! Generasi awal umat Islam tidak melejit menjadi mulia kecuali dengan meluruskan aqidah dan tauhidnya, menjadikan Allah, Rasul dan berjihad di jalan-Nya lebih dicintai dari pada dunia dan seisinya (Qs. At Taubah : 24)



Rangkuman

1. Khalifah artinya pengganti atau pemimpin pengganti, maksudnya ialah sahabat Nabi Muhammad saw yang menjadi kepala negara Islam dalam mengatur dan mengendalikan pemerintahan serta kesejahteraan ummat Islam.
2. Shahabat nabi yang menjadi khalifah ada 4 orang, yaitu : Abu Bakar, Umar bin Khattab, Usman bin Affan, dan Ali bin Abi Thalib. Mereka berempat bergelar khulafaur rasyidun.
3. Khulafaur rasyidin artinya khalifah-khalifah yang mendapat petunjuk Allah dan rasulNya dengan senantiasa mengikuti petunjuk / aturan-aturan Rasulullah saw.
4. Sepeninggal Nabi saw pada zaman khalifah Abu Bakar banyak orang-orang yang mengaku menjadi nabi. Di antara nabi-nabi palsu itu ialah Musailamah al-Kadzab, Aswad al-Anasy, Thulaihah al-Asadi, dan Malik bin Nuwairiyah.
5. Sahabat Umar bin Khattab meninggal dibunuh oleh Fairuz (Abu Lu’lu) pada usia 63 tahun ketika sedang shalat shubuh di Masjid Nabawi Madinah.














PERILAKU TERPUJI

Pelajaran 9
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat :
1. Meneladani akhlak khalifah Abu Bakar as-Shiddiq ra
2. Meneladani akhlak khalifah Umar bin Khattab ra
3. Meneladani akhlak khalifah Usman bin Affan ra
4. Meneladani akhlak khalifah Ali bin Abi Thalib ra.


Dalam kesempatan kali ini kita akan membahas tentang akhlak khulafaur rasyidin yang patut kita teladani agar kita menjadi manusia yang berperilaku terpuji.
A. Meneladani Perilaku Abu Bakar as-Shiddiq ra
Ketika sebagian besar pasukan Islam sedang berada di Yarmuk, khalifah Abu Bakar wafat pada tahun 13 Hijriyah. Yarmuk merupakan sebuah medan pertempuran yang sangat menentukan bagi kelangsungan pemerintahan dan perkembangan Islam selanjutnya. Dalam keadaan sakit keras Abu Bakar mengumpulkan para sahabatnya untuk bermusyawarah tentang siapa pengganti dirinya ketika beliau wafat nanti. Beliau sendiri mengusulkan agar Umar bin Khattab diberikan kepercayaan untuk menggantikan dirinya menjadi khalifah.
Sikap Abu Bakar yang mengusulkan Umar untuk menggantikannya merupakan sikap yang berani dan terpuji. Selain dikenal sebagai seorang yang berani dalam mengambil keputusan, ia juga sebagai seorang yang shaleh, taat beribadah, tidak sombong, sopan santun, jujur, setia, dan berbudi luhur. Bahkan Nabi Muhammad saw sangat menghormati dan mengakui kejujuran dan kesetiaan Abu Bakar, sehingga Nabi memberinya gelar as-Shiddiq artinya orang yang selalu membenarkan apa saja yang datang dari Nabi Muhammad saw. Pemberian gelar as-Shiddiq kepada Abu Bakar ketika terjadi peristiwa Isra Mi’raj, di saat orang-orang pada meragukannya, Abu Bakar justru tetap membenarkan apa saja yang disampaikan oleh Nabi saw.
Abu Bakar tidak mau menerima uang negara dalam melaksanakan tugas pemerintahannya, serta sangat bertanggung jawab terhadap tugas dan kewajibannya. Terhadap orang-orang yang hendakmerusak kesucian agamanya ia sangat tegas dan keras, terutama terhadap orang-orang yang murtad dan para nabi palsu. Beliau memerintah selama 2 tahun 3 bulan.
B. Meneladani Perilaku Umar bin Khattab
Sepeninggal khalifah Abu Bakar, maka atas kesepakatan kaum muslimin pada saat itu, Umar bin Khattab akhirnya terpilih menjadi khalifah kedua dalam sejarah ummat Islam menggantikan pendahulunya khalifah Abu Bakar.
Pada hari pengangkatannya Umar berpidato di depan kaum muslimin : Wahai kaum muslimin demi Allah aku bersumpah, kamu semua akan aku bawa ke jalan yang benar. Mendengar pidato Umar, kaum muslimin merasa tenang hatinya karena mereka yakin Umar akan menepati janjinya.
Pribadi Umar bin Khattab sangat disegani kawan dan lawan, sehingga pemerintahannya sangat dipatuhi. Umar sangat sederhana, senantiasa berfikir untuk kemajuan Islam, tegas dalam bertindak demi membela kebenaran dan keadilan, adil dan bijaksana dalam memutuskan, pemberani dalam menghadapi siapapun, keras terhadap orang kafir, serta sangat disegani dan dipatuhi segala ucapan dan perintahnya.
Sebagai sosok pribadi kehidupan Umar sangat sederhana, sedang sebagai sosok pemimpin pribadi Umar sangat kokoh dan perkasa. Semua itu ia lakukan agar dapat mengangkat harkat dan martabat ummat Islam.
Pada masa pemerintahannya, ia berhasil memperindah dan memperluas bangunan Masjidil Haram di Mekah dan Masjid Nabawi di Madinah. Pemerintahannya yang selama 10 tahun 6 bulan telah berhasil menjadikan agama Islam berkembang dengan pesat. Rakyat merasa aman, tenteram, dan sejahtera, sehingga ekonomi negara pun semakin makmur. Sangat pantas bila kaum muslimin menjuluki beliau dengan gelar Amirul Mukminin yang artinya pemimpin orang-orang beriman.

C. Meneladani Perilaku Usman bin Affan
Ketika di masa jahiliyyah beliau terkenal orang yang sangat bagus akhlaknya, sangat pemalu untuk berbuat nista, lemah lembut dan dicintai oleh semua orang Quraisy. Beliau adalah yang termasuk pertama kali hijrah ke Habasyah (Ethiopia) bersama keluarganya, sehingga beliaulah yang pertama kali berhijrah kepada Allah bersama keluarganya setelah Nabi Luth as. Beliau setelah itu hijrah ke Madinah. Sehingga beliau sering dijuluki Dzun Nurain wal Hijratain (pemilik dua cahaya dan yang berhijrah dua kali).
Beliau adalah seorang yang memiliki khasyyah (rasa takut) yang sangat besar kepada Allah swt. Pernah salah seorang sahabat bertanya kepadanya, "Wahai Utsman, kenapa setiap kali disebutkan di sisimu tentang kubur selalu engkau menangis, tetapi jika disebutkan tentang surga dan neraka engkau tidak menangis?". Beliau menjawab, "Karena aku pernah mendengar Rasulullah saw bersabda : Kubur adalah persinggahan pertama dari persinggahan-persinggahan akhirat, barangsiapa yang selamat di dalamnya maka urusan sesudahnya akan lebih mudah lagi, tetapi barangsiapa yang tidak selamat di dalamnya (disiksa) maka urusan sesudahnya jauh lebih sulit lagi'."
Beliau adalah sahabat Rasulullah saw yang sangat setia. Sumbangan harta beliau dalam jihad-jihad yang dilakukan oleh Rasulullah saw tidak terhitung.
Beliau terkenal sebagai pedagang yang berhasil dan kaya raya, namun demikian ia sangat pemurah dan rendah hati. Diantara kedermawanan Utsman terlihat saat persiapan perang Tabuk, iklim jazirah Arab saat itu sangat panas dan kekurangan bahan pangan dan harta. Ketika itu, kondisi itu dilukiskan oleh Al-Qur'an dengan istilah sa'atil 'usrah (saat yang sulit). Rasulullah saw menyerukan kepada umat Islam agar menyumbangkan harta mereka untuk persiapan jihad. Beliau bersabda : مَنْ جَهَّزَ جَيْشَ الْعُسْرَةِ فَلَهُ الْجَنَّةُ.
"Barangsiapa yang membekali tentara perang Tabuk maka baginya surga". (HR. Bukhari), maka datanglah Ustman bin 'Affan ra kepada Rasulullah saw seraya berkata, "Wahai Rasulullah, saya siap membekali tentara dengan 300 ekor unta lengkap dengan perlengkapannya di jalan Allah." Mendengar itu Rasulullah saw berkata, "Tidak masalah bagi Utsman apa yang akan dia perbuat setelah ini." Di samping itu beliau juga menyumbangkan hartanya sebanyak 1000 dinar, beliau datang menghampiri nabi saw seraya menuangkan uang tersebut ke pangkuan nabi saw. Nabi saw membalik-balikkan uang tersebut seraya bersabda, "Tidak masalah bagi Utsman apa yang akan dia perbuat setelah ini." Nabi mengulangi sabdanya itu dua kali.
Suatu ketika, kaum muslimin di Madinah pernah kekurangan air dan sangat membutuhkan sumur yang banyak airnya. Nabi saw menyeru kaum muslimin untuk membuat sumur seraya bersabda : مَنْ حَفَرَ بِئْرَ رُوْمَة فَلَهُ الْجَنَّةُ.
"Barangsiapa yang menggali sumur Ruumah (nama tempat) maka baginya surga". Lalu datanglah 'Utsman untuk membiayai pembuatan sumur tersebut.
Beliau terkenal seorang shaleh yang sangat tekun dalam beribadah. Setiap malamnya ia lewati dengan berdiri, ruku' dan sujud. Beliau hanya tidur sejenak saja di awal malam sedangkan siang harinya beliau lewati dengan puasa sunnah. Seorang tabi'in, Muhammad bin Sirin -rahimahullah- berkata, "'Utsman ra senantiasa menghidupkan seluruh malamnya dengan shalat. Di samping itu beliau terkenal sangat banyak membaca Al-Qur'an dan selalu mengkhatamkannya setiap 3 hari. Beliau pernah berkata, "Seandainya hati kita suci, niscaya kita tidak akan pernah bosan membaca Al Qur'an. Sungguh, aku tidak suka apabila datang padaku suatu hari yang di situ aku tidak melihat mushaf (Al Qur'an)."
Sebelum perjanjian Hudaibiyah nabi saw mengutus Utsman bin Affan ra untuk menemui dan berunding dengan orang-orang Quraisy. Beliau tertahan di Makkah beberapa hari sehingga tersebar berita bahwa beliau telah dibunuh oleh orang Quraisy. Mendengar berita itu Rasulullah saw langsung meminta kepada seluruh sahabatnya ketika itu untuk berbai'at (berjanji setia) kepada nabi saw untuk memerangi orang-orang Quraisy yang telah membunuh 'Utsman ra maka seluruh sahabat ketika itu membai'at Rasulullah saw dan beliau saw bersabda, "Sesungguhnya 'Utsman bin 'Affan sedang melaksanakan urusan Allah dan Rasul-Nya." Lalu beliau saw menepukkan sebelah tangannya ke tangannya yang lain (sebagai isyarat tangan sebelahnya itu adalah tangan 'Utsman). Peristiwa bai'at tersebut dikenal dengan bai'atur ridhwan.
Beliaulah yang pertama kali membukukan Al Qur'an dalam satu mushaf dan menyatukan bacaan kaum muslimin dalam satu huruf (dialek) dalam rangka menghindari perselisihan kaum muslimin terhadap kitab sucinya, sehingga mushaf yang ada di muka bumi ini mengikuti mushaf yang ditetapkan oleh khalifah 'Utsman ra.
Beliau termasuk salah satu dari sepuluh sahabat utama Rasulullah saw yang mendapat kabar gembira dari Nabi saw bahwa mereka akan menjadi penduduk surga.

D. Meneladani Perilaku Ali bin Abi Thalib
Pada suatu malam Rasulullah saw bersabda kepada para sahabatnya : "Sungguh aku akan menyerahkan panji perang ini besok kepada seorang laki-laki yang Allah akan memberikan kemenangan lewat kedua tangannya, dia mencintai Allah dan Rasul-Nya serta dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya." Maka para sahabat sibuk membicarakan tentang siapakah yang akan menerima panji tersebut. Maka ketika di pagi hari para sahabat mendatangi Rasulullah saw masing-masing mengharap bahwa dialah yang akan diserahi panji perang tersebut. Lalu beliau saw bersabda, "Di manakah 'Ali bin Abi Thalib?" Para sahabat menjawab, "Wahai Rasulullah, dia sedang sakit mata." Beliau bersabda, "Panggillah dia untuk datang kesini." Ia pun didatangkan lalu Rasulullah saw meludah pada kedua matanya dan mendo'akannya maka sembuhlah sakitnya bahkan seolah-olah tidak pernah sakit sebelumnya. Kemudian beliau menyerahkan panji perang tersebut kepadanya. Lalu 'Ali bertanya, "Wahai Rasulullah, apakah aku perangi mereka hingga menjadi muslim seperti kami?" Beliau bersabda, "Berjalanlah dengan perlahan sampai engkau mendatangi halaman mereka, kemudian serulah mereka untuk masuk Islam dan beritahulah tentang hak-hak Allah yang wajib atas mereka. Demi Allah! Seandainya Allah memberi hidayah kepada satu orang saja dengan sebabmu maka itu lebih baik bagimu dari pada engkau memiliki unta yang merah-merah." (HR. Bukhari)
Adapun pengaruh dari tiupan ludah Rasulullah saw kepada 'Ali tersebut dilukiskan sendiri olehnya sebagai berikut, "Aku tidak pernah sakit mata dan tidak pernah pusing semenjak Rasulullah saw mengusap wajahku dan meludah pada kedua mataku pada waktu perang Khaibar yaitu saat beliau menyerahkan panji perang kepadaku." (HR. Ahmad dan Abu Ya'la, hadits shahih)
Marhab menantang perang tanding seraya berkata : "Medan Khaibar telah tahu bahwa akulah Marhab! Penyandang senjata pahlawan yang teruji! Jika peperangan telah berkecamuk dan menyala!" Amir bin Al-Akwa' ra maju untuk menghadapinya, perang tanding berjalan seru akan tetapi pada akhirnya Amir terbunuh sebagai syahid, maka Nabi saw bersabda, "Sesungguhnya baginya dua pahala –seraya beliau mengisyaratkan dengan kedua jarinya- sesungguhnya dia telah bersungguh-sungguh dan mujahid yang sedikit sekali seorang Arab yang berjalan seperti dia." (HR. Bukhari dan Muslim)
Kemudian dengan sombongnya Marhab menantang sekali lagi perang tanding seraya melantunkan bait-bait syair di atas, maka 'Ali bin Abi Thalib maju seraya berkata : "Akulah yang diberi nama oleh ibuku dengan Haidar (singa), bagaikan singa hutan yang seram tampangnya." Sekejap saja beliau berhasil memukul kepala Marhab dan menewaskannya saat itu juga. Kemudian kemenangan kaum muslimin dapat diraih dengan kepemimpinan 'Ali bin Abi Thalib.
Ibnu Ishak meriwayatkan dari Abu Rafiq ra bahwa ia berkata, "Ketika peperangan berkecamuk, 'Ali bin Abi Thalib sempat mengambil salah satu pintu benteng untuk dijadikan tamengnya, pintu tersebut senantiasa dipegangnya sambil berperang menghadapi lawan sampai Allah memberikan kemenangan atas kami, setelah itu beliau lemparkan pintu tersebut. Sungguh aku menyaksikan bahwa delapan orang di antara kami berupaya keras untuk membalikkannya tetapi kami tak kuasa (karena beratnya)."
Alangkah butuhnya Islam terhadap pemuda-pemuda seperti beliau yang tulus mencintai Allah dan Rasul-Nya, lemah lembut terhadap orang yang beriman, tegas terhadap orang-orang kafir, berjihad di jalan Allah dan tidak takut cercaan orang-orang yang suka mencerca. Inilah sifat-sifat generasi yang diharapkan oleh Islam. Inilah kriteria generasi yang akan membawa perubahan (Qs. Al-Maidah : 54).
Imam Malik –rahimahullah- pernah berkata, "Tidak akan menjadi baik kondisi generasi akhir umat ini kecuali dengan apa yang generasi awal umat ini menjadi baik dengannya." Ya, benar! Generasi awal umat Islam tidak melejit menjadi mulia kecuali dengan meluruskan aqidah dan tauhidnya, menjadikan Allah, Rasul dan berjihad di jalan-Nya lebih dicintai dari pada dunia dan seisinya (Qs. At Taubah : 24)



Rangkuman

1. Abu Bakar memerintah selama 2 tahun 3 bulan, khalifah pertama yang bergelar as-Shiddiq dan wafat pada tahun 13 Hijriyah.
2. Sikap Abu Bakar yang patut diteladani, yaitu :
a. Berani mengambil keputusan.
b. Akhlaknya sangat mulia.
c. Shaleh dan taat beribadah.
d. Hartawan tetapi sangat dermawan.
e. Berjiwa luhur dan tidak sombong.
f. Jujur, setia, sopan, dan lurus hatinya.
3. Umar bin Khattab memerintah selama 10 tahun 6 bulan, khalifah kedua yang bergelar al-Faruq dan Amirul Mukminin, dan wafat pada tahun 23 Hijriyah.
4. Sikap Umar bin Khattab yang perlu diteladani, yaitu :
a. Sikapnya sangat tegas dan perkasa.
b. Tindakannya adil dan bijaksana.
c. Memiliki pribadi yang sangat sederhana.
d. Selalu berfikir untuk kemajuan Islam.
e. Disegani oleh kawan dan lawan.
5. Usman bin Affan memerintah selama 12 tahun, khalifah ketiga yang bergelar Dzunnurain dan Hijratain, dan wafat pada tahun 35 Hijriyah.
6. Sikap Usman bin Affan yang dapat diteladani, yaitu :
a. Hartawan yang sangat dermawan.
b. Sangat pemalu dan lemah lembut.
c. Shaleh dan tekun beribadah.
d. Rajin membaca dan mengkhatamkan al-Qur’an.
e. Akhlaknya sangat mulia.
7. Ali bin Abi Thalib memerintah selama 5 tahun, khalifah keempat yang bergelar Madinatul Ilmi, dan wafat pada tahun 40 Hijriyah.
8. Sikap Ali bin Abi Thalib yang bisa diteladani, yaitu :
a. Sangat mencintai Allah dan Rasul-Nya.
b. Pemberani dan perkasa.
c. Ramah terhadap muslimin dan tegas terhadap kafirin.
d. Sangat luas ilmunya.

















PUASA SUNNAH

Pelajaran 10
Tujuan Pembelajaran
Siswa dapat :
1. Mengenal macam-macam puasa sunnah.
2. Mengenal macam-macam puasa yang diharamkan.
3. Mengenal masalah haid.
4. Mengenal mandi wajib.


Puasa merupakan rukun Islam yang keempat bagi seorang muslim. Ibadah puasa merupakan salah satu sarana penting untuk mencapai taqwa, salah satu sebab untuk mendapatkan ampunan dosa-dosa, pelipatgandaan kebaikan, dan pengangkatan derajat. Allah swt telah menjadikan ibadah puasa khusus untuk diri-Nya dari amal-amal ibadah lainnya.
A. Macam-macam Puasa Sunnah
Puasa sunnah ialah puasa selain puasa wajib. Bagi yang mengerjakan akan mendapat pahala dan keutamaan, dan bagi yang tidak mengerjakan tidak berdosa karenanya.
Ada beberapa macam puasa sunnah, yaitu :
a. Puasa Senin dan Kamis.
Rasulullah  bersabda :

Artinya : Dari Aisyah, Nabi Muhammad  membiasakan puasa Senin dan Kamis. (HR. Tirmidzi)
b. Puasa yaumul bidh (13,14,15) yakni puasa tengah bulan.
Sabda Rasulullah  :

Artinya : Dari Abu Dzar, Rasulullah  bersabda : Hai Abu Dzar, apabila engkau hendak berpuasa hanya 3 hari dalam 1 bulan, hendaklah engkau puasa tanggal 13, 14, dan 15. (HR. Ahmad dan Nasa’i)
c. Puasa Asyura, tanggal 10 Muharram.
Rasulullah  bersabda :

Artinya : Puasa pada hari Asyura dapat menghapus dosa 1 tahun yang telah lalu. (HR. Muslim)
d. Puasa Arafah, tanggal 9 Zulhijjah.
Sabda Rasulullah  :

Artinya : Puasa hari Arafah dapat menghapus dosa selama 2 tahun, dosa 1 tahun yang lalu dan dosa 1 tahun yang akan datang. (HR. Muslim)
e. Puasa syawal 6 hari.
Rasulullah  bersabda :


Artinya : Dari Abi Ayyub, Rasulullah  bersabda : Barangsiapa puasa dalam bulan Ramadhan, kemudian ia puasa 6 hari pada bulan syawal, bagaikan puasa sepanjang tahun. (HR. Muslim)
f. Puasa bulan Sya’ban
Sabda Rasulullah  :


Artinya : Dari Aisyah, saya tidak melihat Rasulullah  menyempurnakan puasa 1 bulan penuh selain pada bulan Ramadhan, dan saya tidak melihat beliau dalam bulan-bulan yang lain berpuasa lebih banyak daripada bulan Sya’ban. (HR. Bukhari-Muslim)

B. Macam-macam Puasa yang Diharamkan
Ibadah puasa adalah ibadah yang sangat mulia dan berlipat ganda pahalanya, namun apabila tidak mengikuti petunjuk Allah dan Rasul-Nya maka puasanya tidak saja tidak sah dan bahkan bisa menjadi haram karenanya.
Di antara puasa yang haram dan diharamkan, yaitu :
a. Puasa pada hari raya Idhul fitri, tanggal 1 syawal.
Rasulullah  bersabda :

Artinya : Rasulullah  melarang puasa pada 2 hari raya, yaitu hari raya Idul Fitri dan Idhul Adha. (HR. Bukhari dan Muslim)
b. Puasa pada hari raya Idhul Adha, tanggal 10 Zulhijjah.
Rasulullah  bersabda :

Artinya : Rasulullah  melarang puasa pada 2 hari raya, yaitu hari raya Idul Fitri dan Idhul Adha. (HR. Bukhari dan Muslim)
c. Puasa pada hari-hari tasyrik, yaitu tanggal 11,12, 13 Zulhijjah.
Rasulullah  bersabda :

Artinya : Hari tasyrik adalah hari untuk makan, minum, dan zikir kepada Allah yang Maha Perkasa lagi Maha Mulia. (HR. Muslim)
d. Puasa wishal, puasa terus-menerus tanpa berbuka.
Rasulullah  bersabda :

Artinya : Bahwasanya Tuhanmu mempunyai hak atasmu yang wajib engkau bayar, begitu juga dirimu dan keluargamu, semua mempunyai hak yang wajib engkau bayar. Maka dari itu, hendaklah engkau berpuasa, berbuka, dan tidur. Dekatilah ahlimu dan berikanlah hak mereka masing-masing. (HR. Bukhari)
e. Puasa khusus hari Jum’at
Rasulullah  bersabda :

Artinya : Jangan sekali-kali seseorang di antara kalian berpuasa pada hari Jum’at, kecuali jika ia berpuasa 1 hari sebelum atau sesudahnya. (HR. Bukhari dan Muslim)
C. Masalah Haid
1. Pengertian Haid
Haid berasal dari bahasa Arab yang artinya mengalir. Secara istilah haid berarti darah yang keluar secara berkala dari kemaluan perempuan dalam keadaan normal pada usia subur yang bukan disebabkan oleh luka, sakit, atau setelah melahirkan.
Nama lain haid adalah menstruasi atau sering disebut datang bulan dikarenakan terjadinya rutin tiap bulan. Pada umumnya dimulai mulai usia 9 tahun dan terus berlanjut hingga mencapai usia 50 tahun. Usia perempuan yang tidak lagi mengalami masa haid disebut masa menopause.
Dalil tentang haid tercantum dalam firman Allah swt surat al-Baqarah ayat 222 :

Artinya : Mereka bertanya kepadamu tentang haid, katakanlah haid itu adalah kotoran. (QS. Al-Baqarah : 222)
2. Batas Waktu Haid
Haid mempunyai batas waktu tertentu di mana antara perempuan yang satu dengan yang lainnya tidak sama, tergantung dari kesehatan, kejiwaan, dan fisik wanita. Lamanya waktu haid paling sedikit sehari semalam,paling lama 15 hari hingga 15 malam. Adapun kebiasaannya 6 hari 6 malam atau 7 hari 7 malam.
3. Hal-hal yang Dilarang bagi Orang Haid
Ada beberapa hal yang tidak boleh dilakukan oleh perempuan selama masa haid, yaitu :
a. Mengerjakan shalat
Nabi saw bersabda :

Artinya : Tinggalkanlah shalat selama hari-hari haid itu.
b. Mengerjakan thawaf
Thawaf ialah mengelilingi ka’bah sebanyak 7 putaran.
Hadits Rasulullah saw :


Artinya : Dari Aisyah, tatkala kami sampai di Syarif saya haid, maka Nabi saw bersabda : kerjakanlah semua yang dikerjakan orang berhaji, tetapi engkau tidak boleh thawaf di Baitullah hingga engkau suci. (HR. Muttafaq alaih)
c. Membaca al-Qur’an
Sabda Rasulullah saw :

Artinya : Tidak boleh bagi orang yang junub dan haid membaca sesuatu dari al-Qur’an. (HR. Tirmidzi, Abu Daud, dan Ibnu Majah)
d. Menyentuh mushaf al-Qur’an
Rasulullah saw bersabda :

Artinya : Tidak boleh menyentuh al-Qur’an kecuali orang yang suci. (HR. Ad-Daruquthni)
e. Berpuasa
Nabi Muhammad saw bersabda :


Artinya : Dari Abu Said al-Khudri, Nabi saw berkata kepada beberapa perempuan : Bukankah perempuan haid tidak shalat dan tidak puasa ? Perempuan yang hadir menjawab : ya benar, kata Rasulullah : itulah kekurangan agama perempuan. (HR. Abu Daud)
f. Berdiam di Masjid
Sabda Nabi saw :

Artinya : Saya tidak menghalalkan Masjid bagi orang yang sedang haid dan tidak pula bagi orang yang junub. (HR. Abu Daud)
D. Mandi Haid dan Janabat
Seorang perempuan yang masa haidnya sudah selesai maka wajib melaksanakan mandi haid, demikian pula sepasang suami-istri yang telah melakukan hubungan intim suami-istri wajib mandi junub (janabat).
Allah swt berfirman :

Artinya : Dan sesungguhnya bila kamu junub, maka mandilah. (QS. Al-Maidah : 6)
Rasulullah saw bersabda :

Artinya : Rasulullah saw berkata kepada fatimah binti Abi Hubais, apabila datang haid itu hendaklah engkau tinggalkan shalat, dan apabila habis haid itu hendaklah engkau mandi dan shalat. (HR. Al-Bukhari)
Tata cara mandi wajib setelah haid dan janabat sebagai berikut :
1. Berniat dan membaca basmallah.
2. Membasuh kedua telapak tangan sebanyak tiga kali.
3. Membersihkan kedua lubang (qubul dan dubur) dan kotoran di sekitarnya.
4. Berwudhu secara sempurna.
5. Menyiramkan air ke kepala sebanyak tiga kali, sambil memasukkan air dengan jari-jari tangan ke sela-sela rambut sehingga membasahi kulit kepala.
6. Menyiramkan air ke seluruh tubuh dimulai dari sisi kanan kemudian sisi kiri sambil menggosok-gosok bagian tertentu.

Rangkuman
1. Puasa sunnah ialah puasa selain puasa wajib. Bagi yang mengerjakan akan mendapat pahala dan keutamaan, dan bagi yang tidak mengerjakan tidak berdosa karenanya.
2. Ada beberapa macam puasa sunnah, yaitu :
f. Puasa Senin dan Kamis.
g. Puasa yaumul bidh (13,14,15) yakni puasa tengah bulan.
h. Puasa Asyura, tanggal 10 Muharram.
i. Puasa Arafah, tanggal 9 Zulhijjah.
j. Puasa syawal 6 hari.
3. Macam-macam puasa yang diharamkan, yaitu :
a. Hari raya Idhul Fitri
b. Hari raya Idhul Adha
c. Hari-hari Tasyrik
d. Sepanjang masa
e. Khusus hari Jum’at.
4.

MARAJI KITAB


1. Syarhu Ushulil Iman (Prinsip-prinsip Dasar Keimanan) oleh Syaikh Muhammad Shalih al-Utsaimin.
2. Cara Mudah Memahami Rukun Iman oleh tim pustaka Ibnu Katsir.
3. Risalah Ramadhan oleh Syaikh Abdullah bin Jarullah bin Ibrahim al-Jarullah.
4. Talkhisu Kitabi Ahkamil Udhiyah wa adz-Dzakat (Berqurban Cara Nabi saw) oleh Syaikh Muhammad bin Shaleh al-Utsaimin.
5. Ahkamul Aqiqah (Perayaan Aqiqah menurut Islam) oleh Syaikh Abu Muhammad Ishom bin Mar’ie.
6. Pelajaran Aqidah oleh tim LP3T Jakarta.
7. Fadhailus Shahabah oleh Imam Ibnu Hajar al-Asqalani.
8. Ar-Rahiqul Makhtum oleh Shafiyyurrahman Al Mubarakfuri.
9. Tarikhul Khulafa' oleh Al-Hafidh Jalaluddin As-Suyuthi.



" Seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. " ( Qaaf ayat 17 - 18 )