young boy reciting quran like qari abdul basit-mashallah

Surah Rahman - Beautiful and Heart trembling Quran recitation by Syed Sadaqat Ali

yatauhid.blogspot.com

Senin, 31 Agustus 2009

Cinta Allah terhadap hambanya

"Mengapa kita sering merasa malas dan berat dalam melaksanakan ibadah dan amal-amal soleh? Jawabannya adalah karena tidak adanya rasa cinta dalam hati kita terhadap Allah SWT. Cinta adalah merupakan motivasi dan enerji yang sangat penting dalam mendorong seseorang untuk patuh dalam melaksanakan suatu perintah, atau mencegah suatu larangan.

Untuk dapat menumbuhkan rasa cinta kita kepada Allah SWT kita harus mengenal dulu tentang cinta Allah kepada kita sebagai hamba-Nya.

Cinta Allah Terhada Hamba-Nya dalam Al-Qur’an

Allah berfirman:
“ Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamaNya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan mereka pun mencintai-Nya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad di jalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya) lagi Maha Mengetahui. (5:54)

Dalam ayat diatas kita lihat Allah mendahulukan cinta-Nya kepada hambanya daripada cinta hamba-Nya terhadap-Nya. Padahal Allah SWT sendiri tidak memerlukan untuk mencintai hamba-Nya atau dicintai.

Cinta Allah Terhadap Hamba-Nya Dalam Hadith Qudsi

Dalam Hadith Qudsi Nabi (S) bersabda bahwa Allah SWT berkata: “Kalau Allah SWT mencintai seorang hamba, maka beliau memanggil Jibril. “O Jibril! Aku mencintai si fulan, maka cintailah dia. Lalu Jibril memanggil penghuni langit. “Wahai penghuni langit! Sesungguhnya Allah mencintai si fulan maka cintailah dia. Lalu penghuni bumipun mencintainya”

Siapakah Diantara Manusia Yang Dicintai Oleh Allah itu?

1. Attawabin Orang-orang yang bertaubat (2:222)
2. Almutatohirin Orang-orang yang suka bersuci (2:222)
3. Al-Muqsitin Orang-orang yang adil (5:42)
4. Al-Mutaqin Orang-orang yang taqwa (3:76)
5. Al-Muhsinin Orang-orang yang suka berbuat kebaikan (3:134)
6. Al-Mutawakilin Orang-orang yang bertawakal kepada Allah (3:159)
7. As-Sobirin Orang-orang yang sabar (3:146)

KETINGGIAN CINTA ALLAH

Dalam Hadith Qudsi Nabi bersabda bahwa Allah (SWT) berkata
“Sesungguhnya antara Aku dan hamba-Ku terdapat berita yang besar:
Aku menciptakan (mereka) tapi mereka menyembah yang lain
Aku Yang memberi rizqi (kepada mereka) tapi mereka malah berterima kasih kepada orang lain
Kebaikan-Ku mengucur terus kepada mereka, tapi mereka malah membalasnya dengan kejelekan
Aku mendekatkan diri-Ku kepada mereka (agar mencintai-Ku), tapi mereka malah menyambutnya dengan dosa-dosa (yang membuat-Ku benci), padahal mereka sangat perlu pada-Ku.
Orang-orang yang senang berzikir, adalah orang-orang suka pada majlis-Ku (berkumpul dengan-Ku). Maka barangsiapa yang ingin selalu hadir dimajlis-Ku, hendaklah dia menbanyakan zikir.
Orang-orang yang ta’at pada-Ku, adalah orang-orang yang Aku cintai
Orang-orang yang suka berbuat ma’siat tidak akan Aku putuskan harapannya (untuk kembali pada-Ku)
Seandainya mereka kembali (bertaubat) pada-Ku, maka Aku adalah kekasih mereka
Barangsiapa yang datang pada-Ku dengan bertaubat maka Aku akan sambut mereka dari jauh
Barangsiapa yang berpaling dari-Ku, Aku akan panggil mereka dari dekat.
Aku berkata pada nya: Mau kemana kamu pergi? Apakah kamu punya tuhan selain Aku?
Satu amal kebaikan Aku balas dengan sepuluh pahala
Sedangkan suatu amal yang buruk aku balas dengan satu kejahatan, atau Aku ampuni.
Demi kemegahan dan keagungan-Ku kalau mereka memohon ampun pada-Ku, niscaya Aku akan mengampuninya”

Disini kita lihat bagaimana Allah mencurahkan rasa cintanya dan rahmatnya kepada hambanya?

Memang tidak aneh kalau seorang hamba mencari-cari untuk dicntai oleh tuannya, tapi yang aneh justru tuannya yang mecari-cari perhatian untuk dicintai oleh hambanya, padahal dia tidak perlu dengan cintanya itu. Yang berbuat demikian itu hanyalah Allah SWT.

UNTUK MENUNJUKKAN RASA CINTANYA, ALLAH TURUN KELANGIT PERTAMA SETIAP MALAM

Nabi (SAW) bersabda: “Apabila sepertiga malam tiba, maka Allah turun kelangit pertama (sesuai dangan keagungan-Nya). Lalu memanggil (hamba-Nya):
Adakah orang yang mau bertaubat? Aku akan menerima taubatnya
Adakah orang yang minta ampun? Aku akan mengampuninya
Adakah orang yang memerlukan sesuatu? Aku akan penuhi keperluannya
Hal seperti itu dilakukan oleh Allah setiap malam”

Memang kita sebagai hamba-Nya kadang-kadang keterlaluan. Bukankah kita sering mengabaikan uluran tangan Allah SWT itu? Kita tetap saja tidur nyenyak, seolah-olah kita tidak perlu pada-Nya. Jangankan menyambut panggilan Allah pada saat itu, malah kita sering mengabaikan perintah-Nya yang wajib, yaitu salat Subuh. Kita tidak malu padaNya, subuh kesiangan terus. Tapi Dia tetap menyediakan semua yang kita perlukan ketika kita bangun. Anggota badan kita tetap berfungsi, sehat afiat, air tersedia, matahari terbit seperti biasa, makanan dan minuman mudah didapat dsb.

KENAPA ALLAH MENCINTAI HAMBANYA SEDEMIKAN RUPA?

Biasanya apa yang kita ciptakan dengan tangan kita sendiri, kita mencintainya. Tulisan yang kita tulis dan dimuat di majalah atau surat kabar atau dicetak dalam sebuah buku, pasti kita mencintainya. Demikan juga anak kita yang baru lahir mesti kita mencintainya.
Begitulah juga halnya dengan Allah, karena Dia yang menciptakan maka Diapun cinta akan ciptaannya.
Allah berfirman: “
"Hai iblis, apakah yang menghalangi kamu sujud kepada yang telah Ku-ciptakan dengan kedua tangan-Ku. Apakah kamu menyombongkan diri ataukah kamu (merasa) termasuk orang-orang yang (lebih) tinggi?" (7:.12)

“Maka apabila Aku telah menyempurnakan kejadiannya, dan telah meniupkan ke dalamnya ruh (ciptaan) Ku, maka tunduklah kamu kepadanya dengan bersujud.”(15:29)

APA TANDA-TANDA KECINTAAN ALLAH TERHADAP HAMBANYA DI DUNIA INI?

Diantara tanda-tanda cinta Allah terhadap hamba-Nya adalah sbb:

1. Tidak Cepat-Cepat Menurunkan Siksaan
Sengaja Allah SWT menunda-nunda siksaan terhadapa hamba-Nya yang berbuat dosa sebagai tanda cinta-Nya dan untuk memberikan kesempatan kepada hamba-Nya agar segera bertaubat.
“Jika Allah menghukum manusia karena kezalimannya, niscaya tidak akan ditinggalkan-Nya di muka bumi sesuatu pun dari makhluk yang melata, tetapi Allah menangguhkan mereka sampai kepada waktu yang ditentukan. Maka apabila telah tiba waktu (yang ditentukan) bagi mereka, tidaklah mereka dapat mengundurkannya barang sesaat pun dan tidak (pula) mendahulukannya.” (16:61)

“Dan kalau sekiranya Allah menyiksa manusia disebabkan usahanya, niscaya Dia tidak akan meninggalkan di atas permukaan bumi suatu makhluk yang melata pun akan tetapi Allah menangguhkan (penyiksaan) mereka, sampai waktu yang tertentu; maka apabila datang ajal mereka, maka sesungguhnya Allah adalah Maha Melihat (keadaan) hamba-hamba-Nya.” (35:45)

2. Allah Menerima Tobat
“Yang Mengampuni dosa dan Menerima tobat lagi keras hukuman-Nya; Yang mempunyai karunia. Tiada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia. Hanya kepada-Nya lah kembali (semua makhluk). (40:3)

3. Satu Kebaikan Dibalas Dengan Sepuluh Pahala
“Barang siapa membawa amal yang baik maka baginya (pahala) sepuluh kali lipat amalnya; dan barang siapa yang membawa perbuatan yang jahat maka dia tidak diberi pembalasan melainkan seimbang dengan kejahatannya, sedang mereka sedikit pun tidak dianiaya (dirugikan). (6:160)

4. Amal sedikit dibalas dengan imbalan pahalan yang besar
Misalnya:
a. Puasa pada hari Arafat menghapuskan dosa tahun lalu dan tahun yang akan datang
b. Puasa Ashura (10 Muharram) menghapuskan dosa setahun yang silam
c. Barangasiapa membaca “Subhanallah” 100X dalam sehari Allah akan mengampuni dosanya maskipun sebesar buih dilautan
d. Seorang suami yang bangun malam dan membangunkan istrinya kemudian melakukan qiamul lail (salat malam) akan dihujani dengan rahmat Allah SWT.
e. Barangsiapa yang berkata malam dan siang
“Aku rela Allah sebagai tuhanku Islam sebagai agamaku, dan Muhammad sebagai Nabi dan Rasulku”
Maka dia akan mendapatkan keridhaan Allah pada hari itu

f. Barangsiapa yang membaca doa berikut ini 3 kali dipagi hari dan dimalam hari, maka tidak akan terkena gangguan apapun pada hari itu.

“Dengan nama Allah, yang dengan nama-Nya tidak ada sesuatupun dilangit dan dibumi dapat menggangunya/mencelakakannya, dan Dia Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui”

g. Barangsiapa yang membaca do’a berikut ini setiap hari 3X, lalu dia mati pada hari itu maka dia akan menjadi penghuni syurga

“Allahumma Anta Rabbee, Laa ilaha illa anta Khalaqtanee Wa Anaa Ab du ka Wa Anaa ala Ahdika wa wa’dika mas tato’tu Auzu be ka min sharri maa so na’to Abu’u laka be ne’ matika alay ya Wa Abu’u be zan bee, fagh fear lee Fa in na who la yagh feru zunuba illa anta..
“O Allah you are my Lord There is no god but You You created me and I am Your servant And I am trying my best to keep my oath (of faith) to You
I seek refuge in You from my greatest-evil deed And I acknowledge Your blessing upon me And I acknowledge my sins So forgive me. For none but You can forgive sins (Read 3times every day)

5. Allah Menenangkan Hamba-Nya Dengan Ketetapan Rahmat-Nya
“Katakanlah: "Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah". Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh-sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan terhadapnya. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman. 6:12

“Sesungguhnya Allah SWT telah menuliskan dibawah Arash bahwa Rahmat-Ku mendahului kemurkaan-Ku” Hadith

“Allah menghendaki kemudahan, dan tidak menyukai kesulitan” (2:185)

Setelah peperangan Uhud dimana kaum muslimin dikelilingi dengan kesedihan karena kalah perang, Rasulullah terluka, Hamzah dan 70 shahabat lainnya gugur, tiba-tiba Allah menghibur mereka dengan menurunkan ayat berikut ini:
“Janganlah kamu bersikap lemah, dan janganlah (pula) kamu bersedih hati, padahal kamulah orang-orang yang paling tinggi (derajatnya), jika kamu orang-orang yang beriman. Jika kamu (pada perang Uhud) mendapat luka, maka sesungguhnya kaum (kafir) itu pun (pada perang Badar) mendapat luka yang serupa. Dan masa (kejayaan dan kehancuran) itu, Kami pergilirkan di antara manusia (agar mereka mendapat pelajaran); dan supaya Allah membedakan orang-orang yang beriman (dengan orang-orang kafir) dan supaya sebagian kamu dijadikan-Nya (gugur sebagai) syuhada. Dan Allah tidak menyukai orang-orang yang zalim, (3:140-141)

6. Allah Mempersiapkan Syurga Oleh Diri-Nya sendiri.
“Aku telah mempersiapkan untuk hamba-Ku yang soleh suatu Syurga dimana mata tidak pernah melihatnya, telinga tidak pernah mendengarnya, dan tidak pernah terlintas dalam hati atau pikiran (bagaimana indahnya syurga itu).” Hadith.

7. Nama-nama Allah Yang Indah (Jamal) Melebihi Nama-nama-Nya Yang Gagah
Seperti Arrahman (Maha Pengasih), Alwadud (Maha Sayang), Al-Ghafur (Pangampun) , Attawab (Penerima tobat), Assobur (Maha Sabar), Al-Halim (Maha Panyantun) dsb.

8. Allahlah Yang Memohon Kita Untuk Berdo’a Kepada-Nya
“Dan Tuhanmu berfirman: "Berdoalah kepada-Ku, niscaya akan Kuperkenankan bagimu. Sesungguhnya orang-orang yang menyombongkan diri dari menyembah-Ku akan masuk neraka Jahanam dalam keadaan hina dina". (40:60)

9. Allah SWT Menjamin Kehidupan Kita Didunia
“Dan tidak ada suatu binatang melata pun di bumi melainkan Allah-lah yang memberi rezekinya, dan Dia mengetahui tempat berdiam binatang itu dan tempat penyimpanannya. Semuanya tertulis dalam kitab yang nyata (Lohmahfuz) (11:6)

10. Membuat Kita Orang Yang Mendekat Keagama
“Sesungguhnya Allah SWT memberi dunia kepada yang suka dan yang tidak suka. Namun Dia tidak memberi agama kecuali kepada yang suka. Barangsiapa yang diberi agama, maka berarti dia telah dicintai oleh Allah” (Hadith).
Maksudnya kalau tiba-tiba kita merasa dekat dengan agama, rajin solat, rajin hadir majlis ilmu itu merupakan tanda akan kecintaan Allah (SWT) kepada kita. Maka kita harus memanfaatkan momentum itu dengan sungguh-sungguh, sebelum syaitan datang mengganggu kita.

11. Menjadikan Kita Senang Mempelajari Agama
Termasuk tanda kecintaan Allah kepada kita adalah apabila kita merasa senang memperdalam ilmu agama. Nabi (SAW) bersabda: “Apabila Allah SWT menyenangi seseorang maka dibuatnya dia senang memperdalam agama”

12. Allah Mengajarkan Kita Untuk Lemah lembut
“Maka disebabkan rahmat dari Allah-lah kamu berlaku lemah-lembut terhadap mereka. Sekiranya kamu bersikap keras lagi berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekelilingmu. Karena itu maafkanlah mereka, mohonkanlah ampun bagi mereka, dan bermusyawarahlah dengan mereka dalam urusan itu. Kemudian apabila kamu telah membulatkan tekad, maka bertawakallah kepada Allah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertawakal kepada-Nya. (3:159)
Misalnya seorang ayah yang bisanya kasar dan bengis tiba-tiba menjadi lemah lembut.

13. Allah Memudahkan Keta’atan
“Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya” (286)
Semua perintah Allah sesungguhanya mudah untuk dilaksanakan, karena Dia tidak membebani seseorang kecuali sesuai dengan kemampuanya. Hal itu merupakan tanda akan kecintaan-Nya terhadap hamba-Nya.

14. Allah Menciptakan Suasana Yang Membuat Kita Mati Dalam Husnul Khatimah
“Apabila Allah mencintai seseorang maka Dia membuatnya mudah untuk berbuat segala amal soleh ketika ajalnya sudah dekat, sehingga tetangganya (dan orang disekitarnya) mengetahuinya”


KALAU ALLAH MENCINTAI HAMBANYA, KENAPA KADANG-KADANG MEREKA DITIMPA COBAAN DAN MUSIBAH?

Jawabannya adalah:

a. Kadang-kadang musibah atau cobaan itu untuk membuat seseorang sadar dari ma’siat yang selama ini dilakukannya

b. Kadang-kadang untuk meningkatkan derajat seseorang diakhirat nanti

c. Kadang-kadang untuk memperingatkan seseorang akan ni’mat yang selama ini diberikan oleh Allah SWT dan dia tidak menyadarinya. Baru ketika ni’mat itu hilang dari tanganya dia sadar akan kebesaran ni’mat itu.

d. Kadang-kadang agar dia menyadari akan realita kehidupan dunia yang fana ini, bahwa tidak ada kebahagian yang sejati. Sehingga akhirnya dia rindu akan kehidupan akhirat.

e. Kadang-kadang untuk menguji seseorang apakah dia ridho dengan ketetapan Allah SWT dan kebijaksanaan-Nya atau tidak.?

f. Kadang-kadang agar seseorang yang ditimpa musibah atau cobaan itu masuk syurga tanpa dihisab lagi karena kesabarannya. “Sesungguhnya hanya orang-orang yang bersabarlah yang dicukupkan pahala mereka tanpa dihisab lagi (39:10)

g. Kadang-kadang untuk menghapuskan dosa seseorang. Karena apapun penderitaan yang menimpa seorang mu’min-meskipun hanya duri yang mengena jari tangannya- akan diberi pahala (dan manghapuskan dosa)

h. Dsb.

Itulah uraian tentang diantara tanda-tanda kecintaan Allah kepada kita. Mari kita renungkan agar kita timbul kesadaran dalam diri kita, sehingga nantinya insha Allah akan tumbuh benih cinta dihati kita terhadap-Nya. Kalau cinta sudah bersemi dihati kita maka pasti kita akan merasa mudah dan ni’mat dalam melaksanakan perintah-Nya.

Wallahu alam
Mohamad Joban

Sumber: Klik di Sini

" Seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. " ( Qaaf ayat 17 - 18 )

Cinta karena Allah

Erwin Arianto

Kata pujangga cinta letaknya di hati. Meskipun tersembunyi, namun getarannya
tampak sekali. Ia mampu mempengaruhi pikiran sekaligus mengendalikan
tindakan. Sungguh, Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih
emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga,
derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mampu
melunakkan besi, menghancurkan batu karang, membangkitkan yang mati dan
meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah
dasyatnya cinta (Jalaluddin Rumi).

Namun hati-hati juga dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang
sehat menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila,
orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cintanya itu disambut
oleh para pecinta palsu. Cinta yang tidak dilandasi kepada Allah. Itulah
para pecinta dunia, harta dan wanita. Dia lupa akan cinta Allah, cinta yang
begitu agung, cinta yang murni.

Cinta Allah cinta yang tak bertepi. Jikalau sudah mendapatkan cinta-Nya, dan
manisnya bercinta dengan Allah, tak ada lagi keluhan, tak ada lagi tubuh
lesu, tak ada tatapan kuyu. Yang ada adalah tatapan optimis menghadapi
segala cobaan, dan rintangan dalam hidup ini. Tubuh yang kuat dalam
beribadah dan melangkah menggapai cita-cita tertinggi yakni syahid di
jalan-Nya.

Tak jarang orang mengaku mencintai Allah, dan sering orang mengatakan
mencitai Rasulullah, tapi bagaimana mungkin semua itu diterima Allah tanpa
ada bukti yang diberikan, sebagaimana seorang arjuna yang mengembara,
menyebarangi lautan yang luas, dan mendaki puncak gunung yang tinggi demi
mendapatkan cinta seorang wanita. Bagaimana mungkin menggapai cinta Allah,
tapi dalam pikirannya selalu dibayang-bayangi oleh wanita/pria yang
dicintai. Tak mungkin dalam satu hati dipenuhi oleh dua cinta. Salah satunya
pasti menolak, kecuali cinta yang dilandasi oleh cinta pada-Nya.

Di saat Allah menguji cintanya, dengan memisahkanya dari apa yang membuat
dia lalai dalam mengingat Allah, sering orang tak bisa menerimanya. Di saat
Allah memisahkan seorang gadis dari calon suaminya, tak jarang gadis itu
langsung lemah dan terbaring sakit. Di saat seorang suami yang istrinya
dipanggil menghadap Ilahi, sang suami pun tak punya gairah dalam hidup. Di
saat harta yang dimiliki hangus terbakar, banyak orang yang hijrah kerumah
sakit jiwa, semua ini adalah bentuk ujian dari Allah, karena Allah ingin
melihat seberapa dalam cinta hamba-Nya pada-Nya. Allah menginginkan bukti,
namun sering orang pun tak berdaya membuktikannya, justru sering berguguran
cintanya pada Allah, disaat Allah menarik secuil nikmat yang dicurahkan-Nya.

Itu semua adalah bentuk cinta palsu, dan cinta semu dari seorang makhluk
terhadap Khaliknya. Padahal semuanya sudah diatur oleh Allah, rezki, maut,
jodoh, dan langkah kita, itu semuanya sudah ada suratannya dari Allah,
tinggal bagi kita mengupayakan untuk menjemputnya. Amat merugi manusia yang
hanya dilelahkan oleh cinta dunia, mengejar cinta makhluk, memburu harta
dengan segala cara, dan enggan menolong orang yang papah. Padahal nasib di
akhirat nanti adalah ditentukan oleh dirinya ketika hidup didunia,
Bersungguh-sungguh mencintai Allah, ataukah terlena oleh dunia yang fana
ini. Jika cinta kepada selain Allah, melebihi cinta pada Allah, merupakan
salah satu penyebab do'a tak terijabah.

Bagaimana mungkin Allah mengabulkan permintaan seorang hamba yang merintih
menengadah kepada Allah di malam hari, namun ketika siang muncul, dia pun
melakukan maksiat.

Bagaimana mungkin do'a seorang gadis ingin mendapatkan seorang laki-laki
sholeh terkabulkan, sedang dirinya sendiri belum sholehah.

Bagaimana mungkin do'a seorang hamba yang mendambakan rumah tangga sakinah,
sedang dirinya masih diliputi oleh keegoisan sebagai pemimpin rumah tangga..

Bagaimana mungkin seorang ibu mendambakan anak-anak yang sholeh, sementara
dirinya disibukkan bekerja di luar rumah sehingga pendidikan anak
terabaikan, dan kasih sayang tak dicurahkan.

Bagaimana mungkin keinginan akan bangsa yang bermartabat dapat terwujud,
sedangkan diri pribadi belum bisa menjadi contoh teladan

Banyak orang mengaku cinta pada Allah dan Allah hendak menguji cintanya itu.
Namun sering orang gagal membuktikan cintanya pada sang Khaliq, karena
disebabkan secuil musibah yang ditimpakan padanya. Yakinlah wahai saudaraku
kesenangan dan kesusahan adalah bentuk kasih sayang dan cinta Allah kepada
hambanya yang beriman…

Dengan kesusahan, Allah hendak memberikan tarbiyah terhadap ruhiyah kita,
agar kita sadar bahwa kita sebagai makhluk adalah bersifat lemah, kita tidak
bisa berbuat apa-apa kecuali atas izin-Nya. Saat ini tinggal bagi kita
membuktikan, dan berjuang keras untuk memperlihatkan cinta kita pada Allah,
agar kita terhindar dari cinta palsu.

Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan hambanya yang betul-betul berkorban
untuk Allah Untuk membuktikan cinta kita pada Allah, ada beberapa hal yang
perlu kita persiapkan yaitu:

1) Iman yang kuat

2) Ikhlas dalam beramal

3) Mempersiapkan kebaikan Internal dan eksternal. kebaikan internal yaitu
berupaya keras untuk melaksanakan ibadah wajib dan sunah. Seperti
qiyamulail, shaum sunnah, bacaan Al-qur'an dan haus akan ilmu. Sedangkan
kebaikan eksternal adalah buah dari ibadah yang kita lakukan pada Allah,
dengan keistiqamahan mengaplikasikannya dalam setiap langkah, dan tarikan
nafas disepanjang hidup ini. Dengan demikian InsyaAllah kita akan menggapai
cinta dan keridhaan-Nya.




" Seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. " ( Qaaf ayat 17 - 18 )

KEMBALI KEPADA RAMADHAN KAUM SALAF 4

"
'Lady Ukhti Fillah Rahimakumullah 31 Agustus jam 11:10 Balas
Dan membukakan orang yang puasa, Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

من فطر صائماً كان له مثل أجره لا ينقص من أجر الصائم شيئاً.

"Barangsiapa yang membukakan orang yang puasa, niscaya untuknya pahala seperti pahalanya tanpa mengurangi pahala orang yang puasa sedikitpun juga." (HR. Ahmad dan An-Nasai serta dinyatakan shahih oleh Al-Albani)

Banyak sekali dari kaum salaf yang mengutamakan orang lain dengan berbuka mereka, sedangkan mereka berpuasa, di antaranya adalah Abdullah bin Umar radhiyallahu 'anhu, Daud ath-Thai, Malik bin Dinar, Ahmad bin Hanbal rahimahumullah, dan Ibnu Umar radhiyallahu 'anhu tidak berbuka kecuali bersama anak-anak yatim dan orang-orang miskin.

Keenam: I'tikaf dan memperbanyak ibadah di sepuluh hari terakhir (di bulan Ramadhan):
Sunnah I'tikaf banyak ditinggalkan orang kebanyakan manusia yang mampu melakukannya, padahal disebutkan di dalam al-Qur`an dan sunnah. Salafus shaleh sangat bersemangat melakukan dan melaksanakannya karena mengandung pahala besar dan bertepatan sepuluh hari terakhir yang diharapkan padanya lailatul qadar yang lebih baik dari pada seribu bulan. I'tikaf adalah ibadah yang dimudahkan bersamanya segala ibadah, seperti membaca al-Qur`an, shalat, zikir dan do'a. dari Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, ia berkata:

كان النبي يعتكف في كل رمضان عشرة أيام فلما كان العام الذي قبض فيه اعتكف عشرين يوماً.

Dari Aisyah radhiyallahu 'anha, Ibnu Umar dan Anas radhiyallahu 'anhu meriwayatkan: 'Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam i'tikaf setiap bulan Ramadhan selama sepuluh hari, maka tatkala di tahun yang beliau wafat, beliau i'tikaf selama dua puluh hari." (HR. Bukhari & Muslim)

Dan untuk i'tikaf adalah beberapa hukum yang mesti dipelajari oleh yang berpuasa untuk ibadah yang agung ini, maka dengannya i'tikafnya menjadi benar di atas sunnah.

Ketujuh: mengawasi lailatul qadar dan memperbanyak berdoa:
Maka sesungguhnya puasa termasuk salah satu penyebab dikabulkan doa. Maka sudah semestinya orang yang puasa bersungguh-sungguh atasnya sepanjang malam bulan Ramadhan, maka ia adalah pintu kebaikan yang paling luas dan jalan yang paling mudah kepadanya. Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

أعجز الناس من عجز عن الدعاء.

"Manusia yang paling lemah adalah orang yang lemah berdoa." (HR. Ibnu Hibban, Shahih Al-Jami' Ash-Shaghir: 1044)

Terlebih lagi, sesungguhnya kesungguhan seorang muslim shalat di bulan Ramadhan sesuai waktu sahurnya, yaitu waktu penuh berkah yang dikabulkan doa, dihapuskan kesalahan, dan ditunaikan hajat padanya.

Hati-hatilah, wahai saudaraku yang mulia, bahwa engkau keluputan kebaikan besar dan keutamaan yang mulia, yaitu lailatul qadar. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

من قام ليلة القدر إيماناً واحتساباً غُفر له ما تقدم من ذنبه.

"Barangsiapa yang ibadah (shalat) pada lailatul qadar karena iman dan mengharapkan pahala niscaya diampuni dosanya yang terdahulu." (HR. al-Bukhari)

Maka alangkah agungnya seorang muslim itu padanya diampuni segala kesalahan, dicapai derajat dengannya dan sesungguhnya ia harus dicari, mesti ditekuni dengan sungguh atasnya karena mengharapkan taufiq untuk kebaikannya yang agung. Semoga rahmat Allah Subhanahu wa Ta'ala dan selalu tercurah kepada Nabi kita Muhammad Shallallahu 'alaihi wasallam, keluarga dan para sahabatnya sekalian.

Muraja':
Maktabah Jaliyat Rabwah http://www.islamhouse.com dengan penambahan seperlunya.



--
Mutiara Salafus Shalih:

Dari Abdullah bin Mas'ud radliyallahu 'anhu ia berkata :
"Ketahuilah hendaknya jangan satupun dari kalian bertaqlid kepada siapapun dalam perkara agamamu sehingga (bila) ia beriman ikut beriman bila ia kafir ikut pula menjadi kafir. Maka jika kamu tetap ingin berteladan maka ambillah contoh dari yang telah mati sebab yang masih hidup tidak aman dari fitnah." (Al Lalikai 1/93 nomor 130 dan Al Haitsamy dalam Al Majma' 1/180)

Dari Yunus bin Zaid dari Az Zuhri ia berkata :
"Ulama kami yang terdahulu (salaf) selalu mengingatkan bahwa berpegang teguh dengan As Sunnah itu adalah keselamatan dan ilmu akan tercabut dengan segera maka tegaknya ilmu adalah kekokohan agama dan dunia sedang dengan hilangnya ilmu hilang pula semuanya." (Ad Darimy 1/58 nomor 16)

" Seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. " ( Qaaf ayat 17 - 18 )

KEMBALI KEPADA RAMADHAN KAUM SALAF 3

Keempat: adab-adab puasa yang wajib, di antaranya:
1. Menjauhi dusta.
2. Menjauhi ghibah (mengupat).
3. Menjauhi namimah (mengadu domba).
4. Menjauhi bersaksi palsu.
5. Menjauhi menipu dalam transaksi.

Kelima: Adab-adab puasa yang dianjurkan/disunnahkan:
1. Menunda sahur dan menyegerakan berbuka.
2. Menahan lisan dari perkataan sia-sia dan tidak berguna.
3. Membukakan orang yang puasa.
4. Mendekatkan diri kepada Allah I dan sedakah dan amal shalih.

Saudaraku yang mulia, ingatlah selalu bahwasanya mendapat taufiq untuk puasa Ramadhan dengan iman dan mengharap pahala tidak bisa sempurna kecuali dengan menjaga hukum-hukum dan syarat-syaratnya serta mengikuti petunjuk Nabi r padanya. Puasa bukan hanya semata-semata menahan diri dari makan dan minum.
Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

من لم يدع قول الزور والعمل به، فليس لله حاجة في أن يدع طعامه وشرابه

"Barangsiapa yang tidak meninggalkan ucapan palsu dan melakukannya, maka Allah tidak memperdulikan ia dalam meninggalkan makanan dan minumannya." (HR. Al-Bukhari)

Saudaraku, janganlah engkau melewatkan dengan memahami hukum-hukum puasa. Maka sesungguhnya ia adalah pondasi puasa. Dan janganlah engkau ketinggalan mengamalkannya, maka orang yang mengamalkan itu sedikit sekali.

Kedua: Menjaga shalat-shalat wajib:
Shalat adalah tiang agama dan diterimanya puasa mengharuskan diterimanya shalat. Bagaimana bisa manusia melalaikan shalat wajib dan menyia-nyiakannya, sementara ia berpuasa di siang harinya. Sedangkan mereka mengetahui bahwa menjaga shalat dalam waktunya lebih wajib di dalam Islam. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

العهد الذي بينا وبينهم الصلاة فمن تركها فقد كفر

"Perjanjian yang ada di antara kita dan mereka adalah shalat, maka barangsiapa yang meninggalkannya maka sungguh ia menjadi kafir." (HR. Nasa'i, Tirmidzi dan Ahmad)

Tsabit al-Bunani rahimahullah berkata: seorang hamba tidak akan pernah bisa menjadi 'abid (ahli ibadah), sekalipun ia mempunyai semua perkara kebaikan sehingga padanya ada dua perkara ini, yaitu puasa dan shalat, karena keduanya berasal dari darah dan dagingnya.

Mubarak dan Fadhalah rahimahullah berkata: 'Aku berkunjung kepada Tsabit al-Bunani rahimahullah di saat sakitnya. Dia tetap mengingat teman-temannya. Maka tatkala kami masuk kepadanya, ia berkata: 'Wahai saudaraku, kemarin aku tidak bisa shalat seperti biasanya, dan aku tidak bisa puasa seperti biasanya, aku juga tidak bisa mendatangi teman-temanku lalu berzikir kepada Allah bersama mereka seperti biasanya.' Kemudian ia berkata: 'Ya Allah, apabila Engkau menghalangi aku dari tiga perkara ini maka janganlah Engkau biarkan aku di dunia sesaat pun.' Lalu ia meninggal dunia saat itu.' Banyak sekali orang yang terlalaikan oleh film-film dan sinetron, atau tidur dan kelupaan, lalu ia berpaling dari menunaikan shalat. Ia mengira bahwa persoalannya ringan padahal ia sangat besar di sisi Allah.

Ketiga: Menjaga shalat tarawih: Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

من قام رمضان إيماناً واحتساباً غُفر له ما تقدم من ذنبه.

Barangsiapa yang beribadah (shalat) di bulan Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala niscaya diampuni dosanya yang terdahulu." (HR Bukhari)

Dan dalam hadits Sa'ib bin Zaid t, ia berkata: "Umar bin Al-Khaththab menyuruh Ubay bin Ka'ab dan Tamim Ad-Daari untuk mengimami manusia dengan sebelas raka'at". Ia berkata :'Sesungguhnya imam membaca dua ratus ayat, sehingga kami memegang tongkat karena sangat lama berdiri dan kami tidak pulang kecuali saat fajar. (Diriwayatkan oleh Malik 1/115 dengan sanad yang shahih dari jalan Muhammad bin Yusuf)

Dan termasuk yang harus engkau jaga, wahai saudaraku, janganlah engkau pulang sebelum imam, maka sesungguhnya Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

من قام مع إمامه حتى ينصرف كتب له قيام ليلة

"Barangsiapa yang shalat bersama imamnya sampai ia (imam) berpaling (pulang) niscaya ditulis untuknya shalat satu malam." (HR. Abu Dawud No. 1375, Tirmidzi No. 706 dan dishahihkan oleh Asy Syaikh Albani)

Dan sesungguhnya di antara kesempurnaan iman dan mengharapkan pahala dalam puasa adalah bersemangat dalam shalat malam, tidak gelisah darinya, atau menyibukkan diri darinya di bulan Ramadhan. Terutama di masa kita sekarang ini, di mana sangat banyak sebab-sebab fitnah. Berbagai macan canel televisi menayangkan berbagai macam program yang menggiurkan, film dan sinetron langsung setelah berbuka puasa yang membuat orang lupa melaksanakan shalat, dan yang mereka lihat berupa kegilaan dan perbuatan sia-sia yang menggiurkan.

Keempat: Memperbanyak zikir dan membaca al-Qur`an:
Dari Ibnu Abbas radhiyallahu 'anhu, ia berkata: "Nabi Shallallahu 'alaihi wassalam adalah manusia yang paling pemurah, dan terlebih lagi di bulan Ramadhan saat Jibril 'alaihissalam menemuinya, lalu melakukan tadarus al-Qur`an. Jibril 'alaihissalam menemuinya setiap malam di bulan Ramadhan, lalu melakukan mudarasah al-Qur`an kepadanya. maka Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam saat ditemui Jibril 'alaihissalam lebih pemurah dengan kebaikan dari pada angin kencang yang bertiup." (HR. al-Bukhari)

Dan telah kami sebutkan contoh salafus shaleh dalam membaca al-Qur`an dan mudarasahnya di bulan Ramadhan. Bagaimana tidak, dan Allah Subhanahu wa Ta'ala telah menurunkan padanya, firman-Nya:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآنُ هُدىً لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS. al-Qur`an:185)

Maka Allah memuliakan waktunya dengan kemuliaan al-Qur`an dan menjadikan pahala membacanya dilipat gandakan dan kebaikannya melimpat. Az-Zuhri rahimahullah, apabila masuk bulan Ramadhan, meninggalkan membaca hadits dan majelis ilmu, dan menghadapkan diri membaca al-Qur`an dari mushhaf. Sufyan ats-Tsauri rahimahullah, apabila tiba bulan Ramadhan, ia meninggalkan semua ibadah dan menghadapkan diri untuk membaca al-Qur`an.

Dan sudah seharusnya bagimu, wahai saudaraku yang mulia, engkau membacanya dengan tadabbur dan khusyu', hingga engkau merasakan hasil membacanya. Dan hendaklah engkau menjaga zikir-zikir yang diriwayatkan (dalam hadits). Sesungguhnya ia adalah pemukul syetan dan jalan mendapatkan ridha ar-Rahman. Terutama zikir pagi dan sore, hamdalah, tasbih, dan istighfar.

Sungguhnya Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam: 'Apabila telah melaksanakan shalat fajar, beliau duduk di tempat shalat hingga terbit matahari.' Dan diriwayatkan darinya, beliau bersabda:

من صلى الفجر في حماعه ثم قعد يذكر الله حتى تطلع الشمس ثم صلى ركعتين كانت له كأجر حج وعمرة تامة تامة تامة.

"Barangsiapa yang shalat fajar berjamaah, kemudian ia duduk berzikir kepada Allah hingga terbit matahari, kemudian shalat dua rekaat, adalah baginya seperti pahala haji dan umrah yang sempurna." (Hadits hasan Riwayat Imam At Tirmidz)

Kelima: Pemurah dan bersedakah:
Dari Anas radhiyallahu 'anhu, ia berkata, 'Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

أفضل الصدقة صدقة في رمضان

"Sedekah yang paling utama adalah sedakah di bulan Ramadhan." (HR. imam Tirmidzi)

Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam menjelaskan bahwa menggabungkan di antara puasa dan sedakah termasuk yang menyebabkan masuk surga, di mana beliau Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

إن الجنة غرفاً يرى ظهورها من بطونها، وبطونها من ظهورها ! قالوا لمن يارسول الله؟ قال: لمن طيّب الكلام، وأطعم الطعام وأداما لصيام، وصلى بالليل والناس نيام.

"Sesungguhnya di dalam surga adalah kamar yang bisa dilihat depannya dari dalamnya, dan dalamnya dari depannya.' Mereka bertanya, 'Untuk siapakah wahai Rasulullah? Beliau Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: 'Bagi orang yang memperbaiki ucapan, memberi makan, selalu puasa, shalat di malam hari sedangkan manusia tertidur." (HR. ath-Thabrani, al-Haitsami dengan sanad hasan dan al-Mundziri dengan sanad sahih).

Seorang peminta datang kepada imam Ahmad rahimahullah, lalu dia memberikan dua roti yang disiapkannya untuk sarapan pagi, kemudian dia berpuasa.

Dan gambaran bersedakah dan pemurah beraneka ragam, di antaranya: memberi makan. Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

أيما مؤمن أطعم مؤمناً على جوع أطعمه الله من ثمار الجنة ومن سقى مؤمناًً على ظمأ سقاه الله من الرحيق المختوم

"Seorang mukmin manapun yang memberi makan kepada mukmin yang lain yang sedang kelaparan, niscaya Allah memberinya makanan dari buah-buah surga. Dan barangsiapa yang memberi minum seorang mukmin yang kehausan niscaya Allah I memberi minuman kepadanya dari rahiqul makhtum." (HR. imam Tirmidzi dengan sanad hasan)



" Seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. " ( Qaaf ayat 17 - 18 )

KEMBALI KEPADA RAMADHAN KAUM SALAF 2

"
Maka jadikanlah –wahai saudaraku- dari bulan Ramadhan sebagai bulan ibadah, petunjuk keberuntungan, kebaikan dan tambahan firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

وَتُوبُوا إِلَى اللَّهِ جَمِيعاً أَيُّهَا الْمُؤْمِنُونَ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُونَ [النور:31.

Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS.an-Nuur :31)

Apabila Allah mengajak kepada taubat karena mengharapkan keberuntungan di segala waktu, maka sesungguhnya waktu terbaik untuk bertaubat dan paling bersih adalah bulan Ramadhan karena keutamaan dan keistimewaan yang Allah berikan kepadanya yang menunjukkan keberkahan dan keagungannya.

As-Sirri as-Siqathi berkata: Tahun adalah pohon, bulan adalah cabangnya, hai-hari adalah dahannya, jam adalah daun-daunnya, dan napas hamba adalah buahnya. Maka bulan Rajab adalah hari-hari berdaunnya, Sya'ban adalah hari-hari bercabangnya, dan Ramadhan adalah hari-hari memetiknya, dan orang-orang beriman adalah para pemetiknya.

Saudaraku, andaikan dibukakan bagi ahli kubur pintu angan-angan, niscaya mereka berangan-angan hidup satu hari di bulan Ramadhan.. mereka kelaparan padanya karena Allah, kehausan padanya karena Allah, menghidupkan siangnya dengan membaca al-Qur`an, menambah iman dan memohon ampunan, dan menghidupkan malamnya dengan ibadah, shalat, doa, dan menangis, dan memohon ampunan dan kebebasan dari neraka.

Wahai saudaraku, sekarang engkau masih hidup dalam keadaan wal afiyat, telah datang kepadamu bulan Ramadhan dan engkau membuka lembaran darinya dengan kelupaan, apakah engkau melihat dirimu melupakan kelebihannya? Ataukah engkau melihat dirimu tidak mengetahui keutamaannya? Atau engkau melihat dirimu mendapat jaminan ampunan, maka apakah imanmu tidak bersiap-siap dengan kedatangan Ramadhan?

Engkau berharap –semoga Allah menjagamu padanya- di bulan ini dan alangkah agungnya bulan ini dan ingatlah di hari engkau diletakkan di dalam kubur.

Dan katakanlah tolonglah wahai jiwa dengan sabar sesaat
Maka tidak adalah dia melainkan hanya satu waktu kemudian berlalu
Maka saat bertemu orang yang kerja keras menjadi hilang
Dan jadilah orang yang berduka menjadi senang gembira

Ingatlah, sesungguhnya setiap malam dan siang di bulan Ramadhan, Allah memerdekakan ahli neraka dari neraka dan sesungguhnya bagi setiap muslim memiliki doa yang akan dikabulkan Allah Subhanahu wa Ta'ala.

Ingatlah, sesungguhnya di bulan Ramadhan itu adalah lailatul qadar yang lebih baik dari pada seribu bulan: firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

أَلْفِ شَهْرٍ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ لَيْلَةُ [القدر:3] ).

Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. (QS. al-Qadar:3)

Ingatlah, sesungguhnya:

من صام رمضان إيماناً واحتساباً غُفر له ما تقدم من ذنبه، ومن قام رمضان إيماناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه .

"Barangsiapa yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharap pahala niscaya diampuni dosanya yang terdahulu, dan barangsiapa shalat di bulan Ramadhan niscaya diampuni dosanya yang terdahulu."

Ingatlah, sesungguhnya:

إذا دخل رمضان فتحت أبواب الجنة وغلّقت أبواب جهنم، وسلسلت الشياطين

"Apabila masuk bulan Ramadhan dibukalah pintu-pintu surga dan ditutup pintu neraka serta syetan-syetan dibelenggu." (HR. An Nasai dan Al Baihaqi)

Dan ingatlah: Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman (dalam hadits qudsi):

كل عمل ابن آدم له إلا الصيام فإنه لي وأنا أجزي به

"Setiap amal anak manusia adalah untuknya kecuali puasa maka sesungguhnya ia untuk-Ku dan Aku yang membalasnya…" (HR al-Bukhari, Muslim, an-Nasai, Ibn Majah dan Ahmad)

Saudaraku, renungkanlah waktu yang lepas darimu di bulan rahmat dan ampunan! Dan ingatlah orang yang telah puasa bersamamu dan bulan Ramadhan yang lalu, apakah dia masih bersamamu pada Ramadhan hari ini atau ia telah ditinggalkan oleh angan-angan yang berlalu.

Maka segeralah –semoga Allah memberi rahmat kepadamu- beribadah, taubat dan istighfar, selalu berzikir, berdoa di waktu sahur…

Imam Malik rahimahullah, apabila telah datang bulan Ramadhan, ia menghentikan membaca hadits dan majelis ilmu dan mengkhususkan diri membaca al-Qur`an dari mushhaf.

Sebagian salaf mengkhatamkan al-Qur`an dalam shalat Ramadhan setiap tiga malam, Sebagianya setiap tujuh hari, di antaranya Qatadah. Dan sebagian yang lain setiap sepuluh hari, di antaranya Abur Raja' al-"Atharidi.

Al-Aswad membaca (mengkhatamkan) al-Qur`an setiap dua malam di bulan Ramadhan.

An-Nakha'i melakukan hal itu khusus pada sepuluh hari terakhir dari bulan Ramadhan, dan pada bulan yang lain setiap tiga malam. Dan Qatadah selalu mengkhatamkan al-Qur`an setiap tujuh hari, pada bulan Ramadhan setial tiga hari, dan pada sepuluh hari terakhir setiap malam.

Iman Syafi'i rahimahullah mengkhatamkan enam puluh kali di bulan Ramdhan yang dia membacanya di luar shalat, dan dari imam Abu Hanifah rahimahullah seperti itu juga.

Wahai saudaraku, ingatlah sesungguhnya kebahagiaan di dua negeri bergantung dengan realisasi taqwa dalam jiwamu. Kemudian ingatlah, sesungguhnya Ramadhan adalah jalan menuju taqwa, firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَالبقرة: 183

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertaqwa. (QS. al-Baqarah:183)

Bagaimana seorang muslim beribadah kepada Rabb-nya di bulan Ramadhan, dan bagaimana ia menghabiskan waktu-waktunya sehingga ia menjadi orang yang bertaqwa, yang beruntung dengan mendapatkan karunia dan pahala-Nya?

Bagaimanakah engkau menghabiskan bulan Ramadhan?
Sungguh manusia bergembira dengan kedatangan bulan puasa, mereka mendapatkan padanya kebaikan dan keberkahan, namun sedikit sekali yang menunaikannya menurut cara yang menyebabkan ridha Allah, dan membangunnya dengan taat, ibadah dan menunaikan kewajiban. Terkadang berbagai macam penyimpangan yang belum pernah di bulan-bulan sebelumnya, menjadi ada di bulan Ramadhan, seperti israf (berlebihan), mubazir, menyia-nyiakan shalat, begadang di depan program-program televisi, menghabiskan waktu dalam permainan, dan keluyuran di jalanan. Semua itu dengan alasan karena capek dan hiburan sambil menunggu waktu berbuka.

Jika kita merenungi kondisi salafus shaleh dan meneliti bagaimana mereka menghabiskan waktu-waktu mereka di bulan Ramadhan. Bagaimana mereka memakmurkannya dengan amal shaleh, niscaya kita mengetahui jauhnya jarak di antara kita dan mereka.

Setiap keburukan ada dalam bid'ahnya kaum khalaf
Dan setiap kebaikan ada dalam mengikuti kaum salaf.

Maka bagaimana kita menghidupkan bulan Ramadhan sebagaimana kaum salaf menghidupkannya?

Pertama: menjaga hukum-hukum puasa:
Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun Islam dan rukun ini tidak sah kecuali dengan dua syarat:

1. Ikhlas karena Allah, berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam:

إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل إمرئ ما نوى

"Setiap amal ibadah harus diserta niat dan bagi setiap seorang tergantung apa yang diniatkannya."

2. Ittiba' (mengikuti sunnah Nabi), berdasarkan sabda Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam:

من أحدث في أمرنا هذا ما ليس منه فهو رد

Barangsiapa yang menciptakan dalam perkara kami ini yang bukan merupakan bagian darinya, maka ia ditolak."

Seorang muslim yang melaksanakan puasa wajib menjaga dua syarat ini yang dengannya terealisasi puasanya. Adapun memelihara ikhlas maka dengan cara mengarahkan hati hanya kepada Allah dan hanya mengharapkan pahala dari-Nya saja. Adapun menjaga ittiba' dalam puasa maka dengan cara mengetahui hukum-hukum puasa sehingga sah puasa seorang muslim, didapatkan dengan keutamaan dan pahala, dan tertolak dengannya siksaan.

Apakah mungkin seorang muslim bisa merealisasikan ittiba' kepada Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam dalam puasa, sedangkan ia jahil terhadap puasa-puasa yang wajib, yang membatalkannya, dan rukun-rukunnya.

Saudaraku yang mulia, supaya puasamu berada di atas petunjuk Nabi Shallallahu 'alaihi wasallam, saya memberikan nasehat kepadamu agar mempelajari hukum-hukum puasa, mendalaminya, bertanya kepada para ulama, dan menghadiri pengajian-pengajian. Maka sesungguhnya jahil terhadap hukum-hukum puasa bisa menjerumuskan muslim dalam larangan-larangan puasa atau yang membatalkannya.

Dan yang perlu diperhatikan dalam persoalan ini secara ringkas adalah:

Pertama: rukun-rukun puasa yang terdiri dari empat rukun: 1. niat, 2. menahan diri dari yang membatalkan, 3. waktunya yaitu dari sejak terbit matahari hingga tenggelamnya, 4. orang yang puasa yaitu seorang muslim yang baligh berakal, yang mampu melaksanakan puasa lagi tidak ada halangan.

Kedua: yang membatalkan puasa, yaitu:
1. Jima' (berhubungan suami istri) di siang hari bulan Ramadhan.
2. Mengeluarkan mani secara sengaja.
3. Makan dan minum secara sengaja.
4. Yang sama seperti makan dan minum, seperti suntikan infus dan darah.
5. Berbekam.
6. Muntah secara sengaja.
7. Keluar darah haid dan nifas.

Ketiga: Makruh-makruh dalam puasa, yaitu sangat banyak, di antaranya adalah:
1. Terlalu berlebihan dalam berkumur-kumur dan memasukkan air ke dalam hidung saat berwudhu'.
2. Menyambung puasa.
3. Mengumpulkan air liur dan menelannya.
" Seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. " ( Qaaf ayat 17 - 18 )

KEMBALI KEPADA RAMADHAN KAUM SALAF 1

Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu...
Bismillaahirrohmaanirrohiim



Oleh Abul Hasan bin Muhammad al-Faqih

Segala puji bagi Allah, kami memuji, meminta pertolongan dan ampunan kepada-Nya. Dan kami berlindung kepada Allah dari kejahatan diri kami dan keburukan amal perbuatan kami. Barangsiapa yang Allah memberi petunjuk kepadanya maka tidak ada yang bisa menyesatkannya dan barangsiapa yang Dia menyesatkannya maka tidak ada yang bisa memberi petunjuk. Aku bersaksi bahwa tidak ada Ilah (yang berhak disembah) selain Allah, tidak ada sekutu bagi-Nya, dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba dan rasul-Nya.

Wa ba'du:

Sesungguhnya Allah telah menentukan bulan Ramadhan dengan beberapa keistimewaan yang baik dan keutamaan yang terang, maka Dia menjadikannya sebagai bulan iman dan taqwa, bulan pemisah dan petunjuk. Dia melipat gandakan amal kebaikan, mengangkat derajat orang-orang yang puasa di dunia dan akhirat. Firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang bathil). (QS. al-Baqarah:185)

Maka sangat beruntung bagi orang yang berpuasa karena iman dan mengharapkan pahala dan menjauhkan diri dengannya dari neraka. Maka di siang harinya ia termasuk orang yang berzikir dan di malam harinya termasuk orang yang beribadah lagi bersyukur, serta terhadap lapar dan hausnya termasuk orang yang mengharapkan puasa lagi sabar. Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

من صام رمضان إيماناً واحتساباً غفر له ما تقدم من ذنبه

"Barangsiapa yang puasa Ramadhan karena iman dan mengharapkan pahala niscaya diampuni baginya dosa-dosanya yang terdahulu." (Muttafaqun 'alaih)

Maka seperti apakah kondisi kaum salaf di bulan Ramadhan?

Ramadhan adalah bulan ibadah dan taubat:
Tidak disangsikan lagi bahwa beribadah kepada Allah adalah tujuan akhir seorang muslim dalam kehidupan. Saudaraku yang mulia, ia mencakup semua ucapan dan perbuatan, lahir dan batin yang diridhai, maka beribadah kepada Allah adalah tujuan yang terus berlanjut seperti berlanjutnya kehidupan pada seorang manusia muslim. Akan tetapi tujuan ini lebih ditekankan di bulan yang keutamaan sangat agung, faedahnya sangat banyak, dan manaqibnya sangat besar. Dia telah menurunkan padanya al-Qur`an, melipat gandakan kebaikan, dan menguraikan limpahan ampunan padanya, firman Allah Subhanahu wa Ta'ala:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنزِلَ فِيهِ الْقُرْءَانُ

(Beberapa hari yang ditentukan itu ialah) bulan Ramadhan, bulan yang di dalamnya diturunkan (permulaan) al-Qur'an. (QS. 2:185)

Dan Rasulullah Shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Shuhuf (lembaran) nabi Ibrahim diturunkan di permulaan malam dari bulan Ramadhan dan diturunkan Taurat tanggal enam bulan Ramadhan, Injil diturunkan tanggal tiga belas Ramadhan, dan al-Qur`an diturunkan pada tanggal dua puluh empat Ramadhan." (HR. Ahmad)

Bulan Ramadhan adalah hiburan bagi setiap orang yang berdosa, peringatan bagi orang yang lupa, pendidikan bagi orang yang jahil, pemberi semangat bagi setiap orang yang beramal. Wahai orang yang melewati batas atas dirinya dan mengikuti hawa nafsunya serta menjauhi kebenaran, telah datang kepadamu yang mulia dengan bulan yang mulia, perbaharuilah padanya imanmu, engkau bertaubat padanya dan kembali, dan engkau menolak darimu padanya konsekwensi dosa.

Ingatlah, sesungguhnya engkau menemui bulan yang mulia ini merupakan kenikmatan yang agung dan kerunia yang mulia. Saudaraku! kesempatan dan keuntungan. Dan padanya dibuka pintu-pintu surga, dilipat gandakan pahala dan ibadah. Maka padanya: 'Barangsiapa yang berpuasa karena iman dan mengharapkan pahala niscaya diampuni darinya dosanya yang terdahulu. Bagi orang yang puasa dikabulkan segala do'a!!


" Seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. " ( Qaaf ayat 17 - 18 )

Jumat, 14 Agustus 2009

Kisah cinta sebesar zarrah(atom)

Kisah Cinta Sebesar Biji Zarrah(Atom)
Dikisahkan dalam sebuah kitab karangan Imam Al-Ghazali bahwa pada suatu hari Nabi Isa a.s sedang berjalan di hadapan seorang pemuda yang sedang menyiram air di kebun. Apabila pemuda yang sedang menyiram air itu melihat kepada Nabi Isa a.s berada di hadapannya maka dia pun berkata,
"Wahai Nabi Isa a.s, kamu mintalah dari Tuhanmu agar Dia memberi kepadaku seberat semut Jarrah cintaku kepada-Nya."

Berkata Nabi Isa a.s,
"Wahai saudaraku, kamu tidak akan terdaya untuk seberat Jarrah itu."

Berkata pemuda itu lagi,
"Wahai Isa a.s, kalau aku tidak terdaya untuk satu Jarrah, maka kamu mintalah untukku setengah berat Jarrah."

Oleh kerana keinginan pemuda itu untuk mendapatkan kecintaannya kepada Allah, maka Nabi Isa a.s pun berdoa,
"Ya Tuhanku, berikanlah dia setengah berat Jarrah cintanya kepada-Mu."

Setelah Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun berlalu dari situ.

Selang beberapa lama Nabi Isa a.s datang lagi ke tempat pemuda yang memintanya berdoa, tetapi Nabi Isa a.s tidak dapat berjumpa dengan pemuda itu. Maka Nabi Isa a.s pun bertanya kepada orang yang lalu-lalang di tempat tersebut, dan berkata kepada salah seorang yang berada di situ bahwa pemuda itu telah gila dan kini berada di atas gunung.

Setelah Nabi Isa a.s mendengat penjelasan orang-orang itu maka beliau pun berdoa kepada Allah S.W.T,
"Wahai Tuhanku, tunjukkanlah kepadaku tentang pemuda itu."

Selesai saja Nabi Isa a.s berdoa maka beliau pun dapat melihat pemuda itu yang berada di antara gunung-ganang dan sedang duduk di atas sebuah batu besar, matanya memandang ke langit.

Nabi Isa a.s pun menghampiri pemuda itu dengan memberi salam, tetapi pemuda itu tidak menjawab salam Nabi Isa a.s, lalu Nabi Isa berkata,
"Aku ini Isa a.s."

Kemudian Allah S.W.T menurunkan wahyu yang berbunyi,
"Wahai Isa, bagaimana dia dapat mendengar perbicaraan manusia, sebab dalam hatinya itu terdapat kadar setengah berat Jarrah cintanya kepada-Ku. Demi Keagungan dan Keluhuran-Ku, kalau engkau memotongnya dengan gergaji sekalipun tentu dia tidak mengetahuinya."


" Seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. " ( Qaaf ayat 17 - 18 )

Jalan Menuju cinta ALLAH..

Allah Azza wa Jalla berfirman,
"Di antara manusia ada orang yang mengorbankan dirinya karena mencari keridhaan Allah, dan Allah Maha Penyantun kepada pada hamba-Nya"
(Al-Baqarah: 207).

Setiap manusia tidak akan mampu dan tidak dapat melepaskan diri dari cinta, karena cinta merupakan asal dari proses penciptaan manusia itu sendiri. Cinta adalah syu'ur (perasaan) yang tiada dapat dilihat oleh mata, didengar oleh telinga. Dan secara fitri manusia akan merasakan hentakan cinta yang meledak-ledak pada sosok yang menyandang segudang kesempurnaan predikat seperti indah, cantik, agung, anggun, penyantun, ramah, pemurah, penyayang, lembut. Di samping itu orang juga tertarik untuk mencintai sosok yang serba lebih, dari keperkasaannya, kekayaan, keadilan, kecanggihan, dan segala sifat kesempurnaan yang ada padanya . Dan cara untuk mencintai sosok ideal dan idaman itu adalah dengan mengenal, menginteraksi diri atau (bergaul) dengannya, menyendiri, berasyik-masyuk tanpa ingin diganggu. Itulah cinta. Dan sebagai wujud rasa cinta seseorang rela mengorbankan apa saja yang ada padanya, waktu, tenaga, pikiran, perasaan, harta, bahkan jiwa raganya untuk membahagiakan dirinya. Mengapa? Karena seorang pecinta butuh pengakuan dari yang dicintainya, sanjungan, penghargaan, penghormatan dan sebagainya.

Bila direnungkan orang-orang yang berimanpun merasakan getar-getar cinta tersebut. Dan getaran tersebut demikian agung karena yang dicintainya adalah dzat atau sosok yang sempurna dalam segala sisinya, tanpa cela sedikitpun. Maka orang mukminpun mencintai Allah sebagai Dzat yang Maha Sempurna, dengan cinta yang mendalam "Walladziina aamanuu asaddu hubbal lillahi... dan orang-orang yang beriman amat sangat cintainya kepada Allah..." (Al-Baqarah: 165).
Namun patut diingat untuk meraih "manisnya cinta" segudang pengorbanan harus diberikan, jalan terjal harus didaki, sejuta rintang harus diterjang... Demikian juga cinta kepada Allah sebagai semulia-mulia cinta butuh berbagai "tumbal" untuk menggapainya, diantaranya dengan:

1. Taubat Nashuha

Agar kecintaan seseorang diterima, maka ia harus memohon ampun (bertaubat) kepada yang dicintainya, yakni Allah Azza wa Jalla, atas segala dosa dan kesalahan, dengan taubat yang sebenar-benarnya (At-Tahrim: 8), dengan meninggalkan segala dosa dan kesalahan, menjauhkan diri dari maksiat, menyesalinya, tidak mengulangi kesalahan, dan berjanji serta berusaha untuk berbuat yang lebih baik di masa depan. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat (al-Baqarah: 222).

2. Sabar dan Syukur

Orang yang dicintai biasanya akan memberikan beberapa ujian kepada yang mencintainya. Demikian juga dalam menggapai mahabbatullah seseorang akan mengalami berbagai macam ujian untuk melihat kesungguhan, cobaan untuk mengetes kesabaran, menilai kecintaan, dan mengukur pengorbanan (Al-Baqarah: 155-156). Bentuk ujianpun ada dua, dapat berupa kesenangan maupun kesusahan. Adapun ujian kesyukuran merupakan ujian bagi seseorang tentang nilai rasa dan perhatian terhadap apa yang sudah diberikan oleh sang kekasih (Ibrahim: 7). Makin meningkat kesyukuran makin ditambah kenikmatan yang sudah dikaruniakan, tetapi bila ingkar, tidak mau bersyukur sungguh akan mengundang kemurkaan Kekasih yang telah memberi.

3. Tadabbur Al-Qur'an

Yakni dengan membaca Al-Qur'an, memahami kandungan maknanya, menghubungkannya dengan kehidupan sehari-hari (Muhammad: 24). Dengan memahami kandungan Al-Qur'an akan semakin mengenalkan diri kita kepada sang Kekasih, dengan apa yang diperintahkan dan dicintainya, mengetahui hal-hal yang dilarang dan dibenci. Karena semakin banyak kita mengenal sifat-sifat sang Kekasih akan semakin tumbuh rasa cinta untuk terus membahagiakannya dan mencontoh atau berimitasi dengan sifat-sifat-Nya... Dengan tadabbur Al-Qur'an kita akan mendapat petunjuk hidup yang tepat untuk dapat diwujudkan pada saat-saat yang tepat pula.

4. Taqarrub Ilallah

Salah satu cara meraih cinta sang Kekasih adalah banyak mendekatkan diri dan bertemu sesering mungkin, disaat-saat yang orang lain tidak banyak berdekatan dengan-Nya. Hentakan cinta seorang mukmin mendorongnya untuk selalu dan senantiasa dekat dengan sang Kekasih, yaitu dengan memperbanyak ibadah sunah setelah menunaikan ibadah fardhu. Semakin banyak amal-amal sunah yang dicintai Allah kita kerjakan, semakin besar cinta kita dan semakin besar pula cinta-Nya kepada kita. Itulah cinta yang bersambut, "yuhibbuhum wa yuhibbuunahu... Dia mencintai mereka dan mereka(pun) mencintai-Nya..." (Al-Maidah: 54).

5. Dzikrullah

Sang Kekasih akan merasakan senang dan cinta bila namanya sering disebut, dibaca, diulang-ulang. Sikap mukmin dalam bercinta adalah dengan memperbanyak dzikrullah, mengingat Allah, baik dengan hati, lisan maupun amal perbuatan. Baik dalam keadaan berdiri, duduk maupun berbaring (Ali Imran: 190-191). Baik dalam kondisi puncak keberhasilan, dalam posisi biasa atau saat kalah. Baik saat berkuasa, menjadi rakyat biasa atau bahkan saat terzhalimi.

Cara tepat untuk lebih banyak mengingat dan menyebut asma Allah adalah dengan memperhatikan hasil karya-Nya yang terbentang di seantero semesta.

6. Mempelajari Asma dan Sifat-sifat Allah

Setiap asma dari asma Allah dan sifat-sifat-Nya bila dipelajari, dipahami, direnungkan, sungguh akan meneteskan rasa cinta ke dalam lubuk hati yang paling dalam.

Demikian di antara cara untuk menggapai cinta-Nya dan meraih mahabbah-Nya. Semoga semakin tumbuh cinta kita kepada Allah dan semoga pula Allah menganugerahkan cinta-Nya kepada kita.

Rasulullah SAW bersabda dalam sebuah hadits qudsi Allah berfirman,
"...Dan tidaklah seorang hamba-Ku mendekatkan pada-Ku dengan suatu amal yang lebih Kusukai daripada amal yang telah Aku fardhukan dan selama hamba-hamba-Ku mendekat-Ku dengan amal-amal sunah sehingga Aku mencintai- nya. Apabila Aku mencintainya, maka Aku menjadi pendengarannya yang ia gunakan untuk mendengar, menjadi penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, menjadi tangannya yang ia gunakan untuk beramal dengannya, menjadi kakinya yang ia gunakan untuk berjalan, maka jika ia meminta kepada-Ku pasti Aku mengabulkannya, dan kalau ia memohon perlindungan niscaya Aku melindunginya"
(HR. Bukhari).

" Seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. " ( Qaaf ayat 17 - 18 )
sumber www.ramadhanmulia.blogspot.com

Bid'ahkah ucapan “Shodaqallahul adzim” ?



Penulis: Ustadz Abu Hamzah Yusuf

Dasar agama Islam ialah hanya beramal dengan Kitabullah dan Sunnah rasulNya. Keduanya adalah sebagai marja’ –rujukan- setiap perselisihan yang ada di tengah-tengah kaum muslimin. Siapa yang tidak mengembalikan kepada keduanya maka dia bukan seorang mukmin. Allah berfirman, “Maka demi Rabmu, mereka (pada hakekatnya) tidak beriman hingga mereka menjadikan kamu hakim dalam perkara yang mereka perselisihkan, kemudian mereka tidak merasa keberatan dalam hati mereka terhadap putusan yang kamu berikan, dan mereka menerima dengan sepenuhnya.” (QS An Nisa : 65).
Telah mafhum bersama bahwa Allah menciptakan manusia bukan untuk suatu urusan yang sia-sia, tetapi untuk satu tujuan agung yang kemaslahatannya kembali kepada manusia yaitu agar beribadah kepadaNya. Kemudian tidak hanya itu saja, tetapi Allah juga mengutus rasulNya untuk menerangkan kepada manusia jalan yang lurus dan memberikan hidayah –dengan izin Allah- kepada sirotil azizil hamid. Allah berfirman, “Dan Kami tidak menurunkan kepadamu Al Kitab (Al Quran) ini, melainkan agar kamu dapat menjelaskan kepada mereka apa yang mereka perselisihkan itu dan menjadi petunjuk dan rahmat bagi kaum yang beriman.” (QS An Nahl : 64).
Sungguh, betapa besar rahmat Allah kepada kita, dengan diutusnya Rasulullah, Allah telah menyempurnakan agama ini. Allah telah berfirman, “…Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Kucukupkan kepadamu ni’matKu dan telah Kuridhoi islam itu jadi agama bagimu…” (QS Al Maidah : 3). Tak ada satu syariatpun yang Allah syariatkan kepada kita melainkan telah disampaikan oleh rasulNya. Aisyah berkata kepada Masyruq, “Siapa yang mengatakan kepadamu bahwa Muhammad itu telah menyembunyikan sesuatu yang Allah telah turunkan padanya, maka sungguh ia talah berdusta !” (HR. Bukhori Muslim).
Berkat Al Imam As Syatibi, “Tidaklah Nabi meninggal kecuali beliau telah menyampaikan seluruh apa yang dibutuhkan dari urusan dien dan dunia…” Berkat Ibnu Majisyun, “Aku telah mendengar Malik berkata, “Barang siapa yang membuat bid’ah (perkara baru dalam Islam), kemudian menganggapnya baik, maka sungguh dia telah mengira bahwa Muhammad telah menghianati risalah, karena Allah telah berfirman, “Pada hari ini telah Kusempurnakan unutukmu agamamu…””” (QS Al Maidah : 3).
Kaum muslimin –rahimakumullah-, sahabat Ibnu Mas’ud telah berkata, “Ikutilah, dan jangan kalian membuat perkara baru !”. Suatu peringatan tegas dimana kita tidak perlu untuk menambah–nambah sesuatu yang baru atau bahkan mengurangi sesuatu dalam hal agama. Banyak ide atau atau anggapan–anggapan baik dalam agama yang tidak ada contohnya bukanlah perbuatan terpuji yang akan mendatangkan pahala, tetapi justru yang demikian itu berarti menganggap kurang atas syariat yang telah dibawa oleh rasulullah, dan bahkan yang demikian itu dianggap telah membuat syariat baru. Seperti perkataan Iman Syafi’i, ”Siapa yang membuat anggapan-anggapan baik dalam agama sungguh ia telah membuat syariat baru.”
Ucapan “sodaqollahul adzim” setelah membaca Al Quran atau satu ayat darinya bukanlah hal yang asing di kalangan kita kaum muslimin -sangat disayangkan-. Dari anak kecil sampai orang tua , pria atau wanita sudah biasa mengucapkan itu. Tak ketinggalan pula –sayangnya- para qori Al Quran dan para khotib di mimbar-mimbar juga mengucapkannya bila selesai membaca satu atau dua ayat AlQuran. Ada apa memangnya dengan kalimat itu ?
Kaum muslimin –rahimakumullah-, mengucapkan “sodaqollahul adzim” setelah selasai membaca Al Quran baik satu ayat atau lebih adalah bid’ah, perhatikanlah keterangan- keterangan berikut ini.

Pertama
Dalam shahih Bukhori no. 4582 dan shahih Muslim no. 800, dari hadits Abdullah bin Mas’ud berkata, “Berkata Nabi kepadaku, “Bacakanlah padaku.” Aku berkata, “Wahai Rasulullah, apakah aku bacakan kepadamu sedangkan kepadamu telah diturunkan?” beliau menjawab, “ya”. Maka aku membaca surat An Nisa hingga ayat “Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila Kami mendatangkan seorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).” (QS An Nisa : 41) beliau berkata, “cukup”. Lalu aku (Ibnu Masud) menengok kepadanya ternyata kedua mata beliau berkaca-kaca.”
Sahabat Ibnu Mas’ud dalam hadits ini tidak menyatakan “sodaqollahul adzim” setelah membaca surat An Nisa tadi. Dan tidak pula Nabi memerintahkannya untuk menyatakan “sodaqollahul adzim”, beliau hanya mengatakan kepada Ibnu Mas’ud “cukup”.

Kedua
Diriwayatkan oleh Bukhori dalam shahihnya no. 6 dan Muslim no. 2308 dari sahabat Ibnu Abbas beliau berkata, “Adalah Rasulullah orang yang paling giat dan beliau lebih giat lagi di bulan ramadhan, sampai saat Jibril menemuinya –Jibril selalu menemuinya tiap malam di Bulan Ramadhan- bertadarus Al Quran bersamanya”.
Tidak dinukil satu kata pun bahawa Jibril atau Nabi Muhammad ketika selesai qiroatul Quran mengucapkan “sodaqollahul adzim”.

Ketiga
Diriwayatkan oleh Bukhori dalam shahihnya no. 3809 dan Muslim no. 799 dari hadits Anas bin Malik –radiyallahu anhuma-, “Nabi berkata kepada Ubay, “Sesungguhnya Allah menyuruhku untuk membacakan kepadamu “lam yakunil ladzina kafaru min ahlil kitab” (“Orang-orang kafir yakni ahli kitab dan orang-orang musyrik (mengatakan bahwa mereka) tidak akan meninggalkan (agamanya)…”) (QS Al Bayyinah : 1). Ubay berkata , ”menyebutku ?” Nabi menjawab, “ya”, maka Ubay pun menangis”.
Nabi tidak mengucapkan “sodaqollahul adzim” setelah membaca ayat itu.

Keempat
Diriwayatkan oleh Bukhori dalam shahihnya no. 4474 dari hadits Raafi’ bin Al Ma’la –radiyallahu anhuma- bahwa Nabi bersabda, “Maukah engkau kuajari surat yang paling agung dalam Al Quran sebelum aku pergi ke masjid ?” Kemudian beliau (Nabi) pergi ke masjid, lalu aku mengingatkannya dan beliau berkata, “Alhamdulillah, ia (surat yang agung itu) adalah As Sab’ul Matsaani dan Al Quranul Adzim yang telah diberikan kepadaku.”
Beliau tidak mengatakan “sodaqollahul adzim”.

Kelima
Terdapat dalam Sunan Abi Daud no. 1400 dan Sunan At Tirmidzi no. 2893 dari hadits Abi Hurairah dari Nabi, beliau bersabda, “Ada satu surat dari Al Quran banyaknya 30 ayat akan memberikan syafaat bagi pemiliknya –yang membacanya/ mengahafalnya- hingga ia akan diampuni, “tabaarokalladzii biyadihil mulk” (“Maha Suci Allah yang ditanganNyalah segala kerajaan…”) (QS Al Mulk : 1).
Nabi tidak mengucapkan “sodaqollahul adzim” setelah membacanya.

Keenam
Dalam Shahih Bukhori no. 4952 dan Muslim no. 494 dari hadits Baro’ bin ‘Ajib berkata, “Aku mendengar Rasulullah membaca di waktu Isya dengan “attiini waz zaituun” , aku tidak pernah mendengar seorangpun yang lebih indah suaranya darinya”.
Dan beliau tidak mengatakan setelahnya “sodaqollahul adzim”.

Ketujuh
Diriwatkan oleh Imam Muslim dalam Shahihnya no. 873 dari hadits Ibnat Haritsah bin An Nu’man berkata, “Aku tidak mengetahui/hafal “qaaf wal qur’aanil majiid” kecuali dari lisan rasulullah, beliau berkhutbah dengannya pada setiap Jumat”.
Tidak dinukil beliau mengucapkan setelahnya “sodaqollahul adzim” dan tidak dinukil pula ia (Ibnat Haritsah) saat membaca surat “qaaf” mengucapkan “sodaqollahul adzim”.
Jika kita mau menghitung surat dan ayat-ayat yang dibaca oleh Rasulullah dan para sahabatnya serta para tabiin dari generasi terbaik umat ini, dan nukilan bahwa tak ada satu orangpun dari mereka yang mengucapkan “sodaqollahul adzim” setelah membacanya maka akan sangat banyak dan panjang. Namun cukuplah apa yang kami nukilkan dari mereka yang menunjukkan bahwa mengucapkan “sodaqollahul adzim” setelah membaca Al Quran atau satu ayat darinya adalah bid’ah –perkara yang baru- yang tidak pernah ada dan di dahului oleh genersi pertama.
Kaum muslimin –rahimakumullah-, satu hal lagi yang perlu dan penting untuk diperhatikan bahwa meskipun ucapan “sodaqollahul adzim” setelah qiroatul Quran adalah bid’ah, namun kita wajib meyakini dalam hati perihal maknanya bahwa Allah maha benar dengan seluruh firmannya, Allah berfirman, “Dan siapa lagi yang lebih baik perkataanya daripada Allah”, dan Allah berfirman, “Dan siapa lagi yang lebih baik perkataanya dari pada Allah”. Barang siapa yang mendustakanya –firman Allah- maka ia kafir atau munafiq.
Semoga Allah senantiasa mengokohkan kita diatas Al Kitab dan Sunnah dan Istiqomah diatasnya. Wal ilmu indallah.

(Dikutip dari tulisan Ustadz Abu Hamzah Yusuf, dari bulletin Al Wala wal Bara Edisi ke-5 Tahun ke-1 / 10 Januari 2003 M / 06 Dzul Qo'dah 1423 H, judul asli Ucapan "Shodaqollahul Adhim" setelah Qiro`atul Qur`an Bid'ah. Url sumber http://fdawj.atspace.org/awwb/th1/5.htm

" Seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan ada didekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir. " ( Qaaf ayat 17 - 18 )